[2] Afraid

1.4K 180 45
                                    

Huek...huek...

Kembali Jennie memuntahkan cairan bening dari mulutnya. Kepalanya terasa pening di tambah perutnya yang terus mual sejak pagi tadi. Padahal Jennie belum memasukkan apapun untuk di makan.

Wanita itu menghela napas pelan dan berjalan kearah pantry untuk mengambil segelas air sebelum perutnya kembali mual dan ingin memuntahkan isinya.

Keluar dari kamar mandi, sudah seminggu dia merasa mual di pagi hari di saat bahkan belum satu makananpun masuk ke dalam perutnya. Menghela napas, Jennie memutuskan untuk memeriksakan keadaaanya ke dokter. Siapa tahu dirinya terserang gejala flu yang memang sedang musimnya.

Mengaplikasikan bedak tipis dan mewarnai bibirnya yang sedikit pucat dengan lip blam natural, wanita itu sudah siap untuk menuju rumah sakit terdekat.

Matanya membulat terkejut selepas mendengar perkataan selamat dari dokter setengah baya di hadapannya. Wanita itu tertawa jenaka dan menggeleng pelan,

"Hamil dok? 3 minggu?" tanyanya memastikan, mungkin saja telinganya sempat mendadak tersumbat dan salah mendengar. Tapi ketika mendapat anggukan tegas dari sang dokter, Jennie tak dapat menahan rasa takut dan terkejutnya.

Pikirannya melayang kembali pada kejadian dua bulan lalu, malam itu, ketika hal yang berharga miliknya di renggut oleh seseorang. Min Yoongi, BTS Suga. Yang baru ia sadari ketika ia terbangun keesokan harinya.

"Kandungan anda masih rentan, tolong jangan terlalu bekerja berat atau banyak pikiran dan jangan sampai kecapaian. Saya akan berikan resep obat dan vitaminnya, dan bisa di ambil di apotek nanti."  Dokter tersebut mengambil kertas, menuliskan beberapa resep dan menyerahkanya pada Jennie, yang wanita itu terima dengan tangan bergetar.

Lidahnya terasa kelu hanya untuk sekedar mengucapkan terima kasih. Tubuhnya serasa lemas untuk di pakai berjalan keluar ruang periksa. Perasaannya takut. Namun pada akhirnya, wanita itu memaksakan senyum dan berjalan lesu keluar ruangan.

Matanya berkaca-kaca kala mendapati dua garis merah pada testpack yang sengaja di belinya di apotek tadi, hanya untuk menyakinkan bahwa mungkin saja dokter salah prediksi dan dia hanya masuk angin biasa. Namun kenyataan-nya begitu menampar kuat dirinya. Ia benar-benar takut, tak mengerti harus melakukan apa.

Astaga, dirinya bahkan belum menikah! Apa yang akan dikatakan orang-orang tentang dirinya yang memiliki bayi bahkan saat dia sendiri belum menikah? Bagaimana ia akan menjawab ketika di tanya siapa ayah dari bayinya?

Mengakui bahwa BTS Suga yang menghamilinya? Cih, jangan bercanda! Jennie masih waras dan ingin hidup tenang untuk diserang oleh fans, bahkan yang paling mengerikan di serang oleh fans fanatik.

Lalu apa? Mendatangi Min Yoongi dan meminta pertanggung jawaban?

Astaga, bahkan Jennie benar-benar tidak ingin lagi bertemu ataupun berurusan dengannya setelah malam itu.

Air matanya mengalir. Di satu sisi ia senang, ada kehidupan di dalam rahimnya. Tapi di satu sisi ia juga ketakutan, apa yang harus dilakukannya? Masalah ini bukan main-main, ia benar-benar belum siap dan Jennie bukanlah ibu yang kejam dengan menggugurkan bayinya yang tidak memiliki salah apapun. Ia menyayangi bayinya.

Tubuhnya luruh ke lantai dengan bersandar pada pintu kamar mandi, menangis hebat di sana. Hanya ada satu nama yang melintas di kepalanya, walau ia tahu sama saja terbongkar jika ia menceritakan hal ini pada orang tersebut mengingat bahwa orang itu juga termasuk dari anggota member Bangtan dan yang terdekat dengan Min Yoongi. Tapi setidaknya hanya orang itu yang bisa ia percaya.

Wanita itu berjalan keluar kamar mandi dan mengambil ponselnya di dalam tas yang terletak pada meja dapur. Menekan beberapa digit nomor dan mendekatkan benda persegi itu pada telinga. Begitu suara di seberang sana menyahut, Jennie kembali tak dapat membendung air matanya. Terisak keras.

Unexpected ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang