Hari ini mereka berdua telah janjian bertemu di taman kota pada sore harinya.
"Kemarin kok kamu gak hubungin aku sih?
Kamu gak tahu, seharian aku tuh nungguin kabar dari kamu. Aku khawatir sama kamu," ujarnya pada Ale."Tapi kan malamnya aku udah chat kamu kan? Kamu lupa? Sorry sudah buat kamu khawatir, Lun."
"Aku ingat kok. Sangat ingat, kamu hubungin aku cuman bilang gak bisa jemput karena mau berangkat bareng Fasya kan?" tanyaku dengan nada sedikit sinis.
"Kamu kok aneh sih? Kamu marah? Kamu PMS? Kamu kenapa sih sayang? Aku gak ngerti."
"Udahlah kamu gak usah tau, lagian kalau aku bilang toh kamu juga gak bakalan peduli kan? Kamu anggapnya cuman angin lalu aja."
"Kamu kenapa sih? Aku gak paham sama kamu, kenapa tiba-tiba kamu kayak gini? Kamu cemburu sama Fasya? Astaga Luna udah berapa kali sih aku bilang Fasya tuh cuman sahabat aku, kenapa sih kamu kekanak-kanakan gini. Kamu tuh udah dewasa bukan bocah lagi."
Jlebb
Sakit rasanya hati Aluna mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Ale. Tega sekali Ale mengatakannya seperti bocah, pacar macam apa itu.
"Aku bocah? Terus kenapa kamu gak putusin aku aja. Kenapa kamu masih mau pacaran sama aku dan berakting layaknya mencintai aku? Kamu jahat, Al!" Lalu dia mendorong tubuh Ale dengan tenaga yang dia miliki.
"Bukan gitu maksud aku, kamu ..." Belum selesai ucapan Ale, namun Aluna langsung memotong ucapannya dengan sepihak.
"Mending kita sendiri dulu, aku perlu berfikir apa iya harus tetap bertahan sama kamu atau engga."
Ale pun dengan sigap menarik tangan Aluna saat hendak pergi meninggalkannya.
"Kamu kenapa sih? Apa yang buat kamu masih ragu sama aku? Aku sayang sama kamu. Kamu juga sayang kan sama aku?Terus kenapa kamu masih gak percaya sama cinta aku?"
"Aku gak tahu, Al. Intinya aku mau kita sendiri-sendiri dulu. Plis lepasin aku!" Pintanya pada Ale.
"Aku gak bakal lepasin." Aluna pun dengan sigap berusaha melepaskan pelukan dari Ale namun belum lepas juga, tenaga Ale sangat kuat.
"2 menit lagi, please!" Akhirnya Aluna berhenti memberontak dan langsung diem anteng di dalam pelukan Ale.
"Aku gak tahu apa yang buat kamu sampai masih berfikir ragu akan cinta aku ke kamu. Tapi yang harus kamu tahu aku benar-benar cinta sama kamu sekarang, nanti, dan selamanya," ujarnya dengan suara yang terdengar mulai serak.
"Udah 2 menit, silahkan kalau kamu mau pergi." Ale pun kemudian melepaskan pelukannya pada Aluna.
Aluna pun melangkah pergi dengan fikiran di kepala yang rasanya sudah hampir full dan mau pecah, maklum kapasitas memori otaknya tidaklah banyak. Dia akan cepat lelah jika berfikir terlalu banyak.
Lihatlah sekarang! Dia telah berhenti berjalan dan sedang duduk selonjoran di atas trotoar, seperti pengemis yang belum dikasih makan 1 bulan.
"Gue gak sanggup jalan lagi," keluhnya pada dirinya.
Kemudian tak lama ada mobil mewah yang lewat mirip mobilnya Raga. Mobil tersebut berhenti tepat di depan Aluna duduk. Sang pengemudi membuka pintu mobil dan ternyata benar orang itu adalah raga.
"Luna?" serunya kaget melihat kondisi Aluna sekarang.
"Raga. Tolongin gue!" Setelah melambaikan tangannya ke atas dan meminta tolong Aluna pun langsung pingsan, padahal Raga sangat penasaran apa yang membuat Aluna bisa seperti itu, melihat kondisinya yang bisa dikatakan tidak baik-baik saja, mencubit hati Raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNALE
Teen Fiction[ON GOING] WARNING!!! HATI-HATI MEMBACA CERITA INI KARENA KURANG BAIK UNTUK KESEHATAN JIWA, HATI, DAN FIKIRAN. Kalau sudah cinta Berarti apapun kekuranganmu harus siap dia terima, Sebab cinta bukan hanya menerima kelebihan, Tetapi juga kekurangan K...