"ughh!"
Saat Ten bilang dia ingin melakukannya di mobil, laki-laki itu benar-benar bermaksud demikian. Irene sama sekali tidak menduga dengan wajah jenaka yang manis seperti itu Ten ternyata senang bermain-main dengan hal seperti ini, bukan berarti Irene tidak menyukainya. Irene tidak akan membiar Ten menyentuhnya jika ia tidak menyukainya dan tidak bisa membuatnya nyaman dengan keberadaan laki-laki itu disekitarnya.
Lagu Apocalypse masih terputar saat Ten memutar tubuh Irene dan mendudukan gadis itu diatas pangkuannya tanpa melepaskan penyatuan mereka. Irene masih mengatur napasnya tapi Ten telah menyambar bibirnya dan melumat mulutnya dengan tidak sabaran. Kedua tangan Ten memegangi pinggang Irene dan menuntun tubuh Irene bergerak diatasnya. Irene menyumpahi Ten dalam ciuman mereka. Dia baru saja orgasme tapi Ten tetap mrnggerakkan dirinya dalam tubuh Irene. Gadis itu mencengkram erat sisi jok mobil hang di duduki Ten sekarang.
Ten melepaskan ciumannya dan beralih pada payudara Irene. Ia menggigit pelan puncak Irene sebelum memasukkannya ke dalam mulut dan mengisapnya dengan kuat.
"Ahh... Tennhh."
"ughh"
Ten memeluk Irene erat sambil bersandar pada gadis itu, mengatur napasnya yang berantakkan tanpa melepaskan menyatuan mereka mengabaikan keringat mereka yang kini telah bercampur. "ini menyenangkan." Ten terkekeh pelan.
"kau tidak pernah melakukannya dengan Lisa?" tanya Irene penasaran sambil turun dari pangkuan Ten beralih kesampingnya.
Ten menggeleng pelan, kemudian mengambil tisu. "Lisa terlalu takut aku merusak karirnya." Jawab Ten masam sambil melepaskan pengamannya, mengikatnya lalu membungkusnya dengan tisu.
"dia model 'kan? Kehamilan memang bisa menghancurkan karirnya."
Ten mengangkat bahunya pelan, jelas tidak tertarik memikirkan kemungkinan tersebut. "dia bahkan beranggapan kalau kami ciuman karirnya akan hancur."
Irene mengerutkan dahinya. "yang benar saja? Kau berlebihan Ten." Ujarnya sambil mulai berpakaian.
Ten menghela napas dan juga mulai mengenakkan pakaiannya. "aku tidak tahu apa yang salah. Dia terasa berada di dunia yang berbeda denganku."
Irene tidak punya banyak pengalaman percintaan untuk bisa memberikan Ten saran, jadi ia hanya bisa mendengar apa yang dikatakan Ten. "tapi Ten," kata Irene akhirnya. "kalau Lisa mengetahui hal ini, bukannya hubungan kalian akan makin jauh?"
Ten tertawa hambar. "aku tidak yakin dia peduli." Ujarnya dan Irene tidak punya hal lain lagi untuk dikatakan pada Ten. "dan aku baru menyadari sesuatu..." lanjut Ten. "bicara denganmu terasa menyenangkan."
Irene mendengus, meskipun ia merasakan hal yang sama, tapi ia tidak yakin apakah itu murni karena mereka memang cocok satu sama lain atau efek dari percintaan mereka. "but nothing good starts in a getaway car."
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartement 1001 | TEN WAYV ✔
FanfictionSorry but not sorry~ Warning! - Alternatif Universal - Out Of Character - Trash Content - Mature Content Start : 22/07/2020 Rinvelly ❤