🍭🍭🍭
"Balikkin hape gue, njing!" Ganesha mengumpat kesal karena Reagan usil merampas ponselnya. Seketika Reagan mengulas senyum jahil saat membaca chatroom yang masih terbuka dengan pesan yang belum sempat dikirimkan.
"Ganesha!" Sontak, seisi kelas menjadi hening, sementara dua orang yang jadi pusat perhatian justru sibuk sendiri. Bu Murni, dengan wajah garangnya yang mulai keriput, kini melangkah mendekati meja deret kedua dari pintu kelas. Amarahnya yang memuncak, dilampiaskan pada jeweran keras di telinga Ganesha. "Mulutmu gak punya filter, ya? Gak pantes anak sekolahan ngomong kasar kayak gitu!"
"A-ampun, Bu, sakit." Ganesha berusaha melepaskan tangan Bu Murni, namun jeweran wanita itu semakin menjadi. "Bang Agan gangguin saya, Bu!"
Reagan yang dituduh, kontan melotot dan langsung mengibaskan tangannya dengan tampang tak berdosa sambil menggeleng beberapa kali. Di sebelahnya, Geovano terbahak puas melihat Ganesha yang akan bernasib sial. Sementara Alzevin hanya diam dan sibuk berkutat pada bukunya. Alzevin sangat malas mendengar keributan pagi ini.
Bel berdenting, menandakan jam pelajaran telah usai. Ganesha mengembuskan napas berat saat Bu Murni telah kembali di tempatnya. "Ganesha, jangan pikir kamu bebas dari hukuman saya. Sebelum pulang sekolah, temui saya!" Bu Murni menunjuk Ganesha dengan penggaris kayu, kemudian menyapu pandang ke penjuru kelas. "Kita sudah pelajaran hari ini. Selamat pagi."
"Pagi, Bu." Semua murid memberi hormat, saat Bu Murni keluar kelas, semuanya langsung menghela napas lega. Akhirnya, mata pelajaran yang paling tidak disukai, didukung dengan guru yang menyebalkan, berakhir sudah.
"Bang Agan anjeng!" Ganesha masih menyerapah, menatap nyalang pada Reagan yang justru tertawa puas. "Tunggu pembalasan gue!"
"Baperan." Alzevin bangkit dari duduk dan meninggalkan ketiganya. Kontan, Geovano dan Reagan mengekori Alzevin, sementara Ganesha kembali disibukkan dengan kegiatannya yang sempat tertunda.
"Ganesh!" Gadis berambut cokelat datang menghampiri Ganesha. Kedua tangannya mendekap beberapa buku, kemudian duduk di meja cowok berkacamata itu. Hening, Ganesha tak merespons. Lantas dengkusan terlontar dari mulut gadis itu. "Gue dicuekkin, ih!"
"Eh, Melody!" Ganesha memekik ketika ponselnya direbut Melody, pesan yang masih terbuka itu langsung dibaca gadis itu. "Jangan rese, Mel. Balikkin. Gue mau bales chat Nanas dulu."
Melody mencebikkan bibir, lalu diserahkan ponsel itu pada Ganesha. "Ganesh, jangan lupa nanti ada rapat OSIS."
Ganesha mengangguk-angguk, mata birunya terfokus pada pesan yang sedang diketiknya. Jangan sampai salah kirim pesan, karena Natasha bermulut ember yang suka mengadu pada orangtuanya. Helaan napas berat diembuskan Ganesha saat dihadapkan dengan kebawelan adiknya yang minta ditemani beli laptop baru. Sebagai abang yang baik, mau tak mau, Ganesha harus menemani daripada kena omel mamanya. Urusan bisa makin ribet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ganesha [Completed]
Teen FictionIris biru yang dihiasi kacamata bulat dan penampilan normal, jelas menunjukkan jika Ganesha bukanlah berandalan, seperti tokoh novel pada umumnya. Meski begitu, Ganesha justru tergabung di sirkel pertemanan level teratas di SMA Galasta. Ia tergabung...