🍭🍭🍭
"Guys, duluan, ya." Ganesha pamit, karena harus mengantar Melody pulang. Gadis itu terus mengingatkan agar tidak meninggalkan dirinya. Saat menyusuri koridor hendak menuju parkiran, Ganesha tak sengaja menubruk seseorang yang tiba-tiba berhenti di depannya. "Eh, sorry!"
Gadis itu berbalik, kemudian memutus sambungan teleponnya. "Eh, iya, Kak. Gak papa," jawabnya.
Ganesha mengernyit melihat ekspresi yang ditatapnya saat ini. "Lo kenapa, Tam?"
Tamara mengulas senyum yang terlihat dipaksakan, lalu mengembuskan napas berat. "Sopir gue kena musibah, Kak. Mobil yang dipake buat jemput gue tiba-tiba mogok. Gue disuruh nebeng temen sama nyokap."
"Kenapa gak nunggu aja?" tanya Ganesha heran.
Tamara menggeleng, bibirnya mengerucut dan pandangan menekuri sepatu hitamnya. "Kalo gue nunggu, bisa lama. Badan gue udah pegel banget, sumpah!"
"Pesan taksi online, gih," ujar Ganesha.
"Gue gak dibolehin naik kendaraan umum. Nyokap parnoan, takut kalo gue kenapa-napa," jawab Tamara, tampak wajahnya menyiratkan kesedihan yang mendalam.
Ganesha menghela napas berat, ia mengedarkan padangan ke sekitar. Suasana sekolah ramai, semua murid berbondong-bondong untuk pulang. Ada yang bawa motor sendiri, dijemput sopir pribadi, atau naik kendaraan umum. Kini, manik birunya menatap manik cokelat milik Tamara. "Terus, lo maunya gimana?"
Tamara tampak berpikir sejenak sembari meremas kedua tali ranselnya. Ia menggigit bibir bawahnya dan berucap. "Boleh gak, gue nebeng lo?"
"Hah?" Ganesha menaikkan satu alisnya, kebingungannya dijawab anggukan Tamara. Ia tak tau harus menjawab apa, karena ia sudah janji dengan Melody. Kalo ingkar, pasti Melody marah. "Gimana ya, Tam. Gue udah ada janji nih."
"Kak, please? Gue beneran gak tau harus nebeng siapa lagi." Tamara memohon sembari menyentuh lengan Ganesha, berusaha mendapatkan apa yang dimintanya saat ini.
Ganesha mengembuskan napas kasar, merasa dilema. Ia tak tega melihat Tamara yang seperti ini, tapi di lain sisi ia juga tak ingin membuat Melody marah.
"Kak Ganesh?" Tamara bergelayut di lengan Ganesha, dengan puppy eyes. Ia tak peduli jika Ganesha berpikir buruk tentangnya, ia hanya ingin pulang bersama kakak kelasnya itu. "Anterin balik, ya?" rengeknya. Ganesha mengusap wajah secara kasar, kepalanya terasa sakit. Dihadapkan dengan dua wanita yang membuatnya sulit untuk memilih.
Sementara di ujung sana, dua siswi tengah berjalan santai sambil membahas program kerja kegiatan OSIS. Gadis berambut hitam kecokelatan itu terus tertawa mendengar rencana kerja Ririn yang terkesan gokil, tapi cukup hebat untuk memajukan OSIS SMA Galasta. Tiba-tiba langkah keduanya terhenti, saat Ririn menahan Melody. "Mel, itu Tamara ngapain sama Ganesh?"
Melody mengikuti arah pandang Ririn, sedetik kemudian senyumnya pudar ketika melihat pemandangan itu. Dari kejauhan, ia melihat kemesraan yang dilakukan mereka. Ponsel yang digenggamnya tak sengaja ia remas, sedetik kemudian ponsel itu bergetar. Manik cokelatnya langsung membaca pesan, dan benar saja ... pengirimnya pastilah cowok itu.
Helaan napas kasar terlontar dari mulut Melody, bersamaan dengan pergerakkan Ganesha yang menyerahkan helm pada gadis lain. Ia menggeram, janji yang seharusnya dipenuhi, rusak karena pihak ketiga.
Ririn terdiam melihat Melody yang diselimuti emosi, kemudian ia mengelus lengan gadis itu. "Stay positive thinking, bisa jadi mereka ada keperluan mendadak."
Melody menoleh menatap Ririn, senyum getir terukir di bibirnya. "Gue percaya sama Ganesh. Dia gak mungkin main sama cewek lain."
🍭🍭🍭
Published : 8 Juni 2020
Jangan lupa vote dan komen, ya.
Love,
KAMU SEDANG MEMBACA
Ganesha [Completed]
Teen FictionIris biru yang dihiasi kacamata bulat dan penampilan normal, jelas menunjukkan jika Ganesha bukanlah berandalan, seperti tokoh novel pada umumnya. Meski begitu, Ganesha justru tergabung di sirkel pertemanan level teratas di SMA Galasta. Ia tergabung...