📌|24| Ternyata ...

1.2K 93 219
                                    

Ternyata benar ... Semakin kita percaya pada orang lain, harusnya semakin paham bahwa resiko setelahnya bisa jadi kecewa.

- Satifa Danela -

☕☕☕

Pak Hans berjalan di parkiran sambil membawa gitar, semua siswi yang di sekelilingnya langsung menatap dengan kagum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pak Hans berjalan di parkiran sambil membawa gitar, semua siswi yang di sekelilingnya langsung menatap dengan kagum. Ketampanannya tidak bisa terkalahkan, seorang guru seperti Pak Hans akan menjadi guru idaman para siswi di setiap sekolah, kan?

"Pak kepsek, aku mencintai salah satu guru Atma," celetuk seorang siswi membuat Pak Hans tertawa pelan.

"Omg manis."
"Parah tuh guru, gue jadi diabetes."
"Beruntung banget gue masuk Atma."
"Ada untungnya gue anak pindahan di Atma."
"Eh suami gue itu."
"Halu ketinggian lu, Ra."

Pak Hans kini berjalan di koridor sambil tersenyum, membuat para siswi terkagum-kagum.

"Zinah mata gue kalau gini."
"Dosa tiap hari."
"Ga apa-apa demi cogan."
"Ogah gue masuk neraka gara-gara liat Pak Hans doang apa lagi tambah Pak Clive."

Tiba-tiba seorang guru lain berjalan di depan Pak Hans, guru yang itu adalah Pak Gibran.

Semua siswi yang tadinya menatap ke arah Pak Hans, kini tiba-tiba sibuk menatap ke arah lain, sibuk masing-masing.

"Masuk kelas, ini udah bel!" sentak Pak Gibran sambil menyodorkan tongkat kayu, membuat para siswa dan siswi langsung masuk kelas.

Pak Gibran berhenti tiba-tiba, membuat Pak Hans menabraknya.

"Maaf, Pak."

"Bapak Hans yang saya hormati, jangan suka tebar pesona depan semua murid perempuan di Atma," ucap Pak Gibran membuat Pak Hans terkejut, setelahnya Pak Hans hanya tertawa pelan.

"Bilang aja bapak sirik sama ketampanan Pak Hans," celetuk Bu Ellena tiba-tiba. "Pak Hans ini emang ganteng jadi wajar kalau murid perempuan terpesona," lanjutnya.

"Bu Elle pecinta brondong, makanya belain Pak Hans." Pak Gibran langsung pergi menuju gedung IPS lantai dua.

Bu Ellena tersenyum pada Pak Hans, Pak Hans yang merasa dirinya geli, langsung berjalan menuju kelas 11 IPS 7 tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Bu Ellena.

"Untung ganteng," kata Bu Ellena.

🎟️🎟️🎟️


Jam istirahat berbunyi, Pak Hans langsung mengambil gitar di atas meja.

"Oke waktunya istirahat," ucapnya. "Oh iya, siswa ... Kamu ikut ke ruangan saya dulu, ya." Pak Hans menunjuk Regas yang duduk di pojok sambil bermain ponsel.

"Mampus lu, Reg. Punya masalah apaan?" tanya Leon kepo.

Regas memasukkan ponsel ke dalam saku celana. "Kepo lu, ah."

Willy merangkul Xean yang langsung berjalan keluar kelas. "KANTIN BRO!" teriak Willy.

"Gua ke sana dulu, ya." Regas menepuk bahu Gavar dan Abyan, setelahnya ia berjalan keluar kelas langsung ke ruangan Pak Hans.

Sesampainya di ruangan Pak Hans, ia mengetuk pintu dan masuk, di sana sudah ada Binta sedang duduk berhadapan dengan Pak Hans.

"Pak," ucap Regas yang diangguki Pak Hans, kemudian Regas masuk dan duduk di sebelah Binta.

Pak Hans mengambil map biru yang langsung ditunjukkan pada Regas dan Binta. "Ini rundown acara Pensi angkatan 19, di sini tertera nama kalian untuk duet isi acara pensi. Kalian bisa, kan? Saya kurang tau siapa yang cantumin nama kalian, tapi saya cuma disuruh sampein aja, karena guru penanggung jawab musiknya saya."

Regas menatap Pak Hans dan Binta bergantian. "Saya udah lama ga nyanyi apa lagi main gitar, pak."

Binta mengacungkan tangan sedikit. "Aku bisa ajarin, pak."

Regas menoleh. "Lu bisa main gitar?" tanyanya.

Binta mengangguk, kemudian Pak Hans ikut mengangguk. "Tapi kalian setuju untuk duet, kan?" tanya Pak Hans meyakinkan.

Regas tersenyum sambil menatap Binta. "Siap," jawabnya.

"Oke bapak cuma mau bilang itu aja. Kalau untuk olimpiade silakan kalian bertiga sama Satifa diskusi. Karena olimpiade ini kalian satu tim."

"Baik, pak." Binta tersenyum.

"Kalian boleh istirahat," ucap Pak Hans yang langsung membuat Binta dan Regas keluar dari ruangan, namun tiba-tiba Regas masuk lagi ke dalam ruangan.

"Maaf, pak. Boleh pinjem gitar bapak? Saya mau belajar gitar," ucap Regas menyengir.

"Boleh, bawa aja. Habis ini saya ga ada ngajar pelajaran musik."

"Makasih, pak." Regas kini mengambil gitar itu, kemudian ia keluar dari ruangan Pak Hans.

Di luar ruangan ada Binta yang berdiri di sana, menunggu Regas.

"Mau belajar gitar sekarang?" tanya Binta.

"Iya."

🎙️🎙️🎙️

"Gua mau nyanyi nih, dengerin." Regas kemudian mengatur senar gitar, lalu ia mainkan intro dengan tatapan fokus menatap seorang gadis yang duduk di sampingnya.

Gavar dan Abyan sibuk memakan makanan mereka yang baru saja di antar oleh Mang Edi.

"Hareudang ... hareudang ... hareudang, panas ... Panas ... Panas ..." Abyan menyanyikan lagu yang virak di tiktok.

"Uhuk ... Anjir lu, gua jadi keselek." Gavar memukul bahu Abyan.

Abyan memberi kode pada Gavar, menatap gadis lain berdiri di belakang Regas.

"E-" Gavar berhenti berucap karena gadis yang di belakang Regas memberi isyarat untuk mereka diam.

"Anjir gua masih ga bisa main gitar, terakhir belajar SMP." Regas masih mencoba menghafal chord gitarnya.

Gadis di sebelah Regas adalah Binta, kini dirinya memegang tangan Regas mengajarkan cara memetik senar gitar dan memberi tahu macam-macam chord gitar.

"HAREUDANG!" teriak Abyan memberi kode, namun Regas hanya menoleh kemudian belajar lagi bersama Binta.

Gadis di belakang Regas adalah satifa, Satifa kini pergi meninggalkan mereka di kantin. Tadinya ia mau mengajak Regas belajar untuk olimpiade matematika, namun melihat Regas bersama Binta justru membuat moodnya buruk. Jadi, ia memutuskan untuk pergi saja, biarkan Regas bersama Binta. Toh, Satifa siapanya Regas? Tidak ada hak untuk menegur, apa lagi cemburu buta.

'Ga apa-apa, sabar.' batin Satifa.

🧦🧦🧦

Iya udah sabar aja, Satifa:(
Si Binta kenapa si wkwk, si Regas juga ga peka. Fakboy gitu, ya? Ga pekaan hehehehe.

See you next part ❤️

-Lady-glad🍁

| 'SATGAS' |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang