📌|9| Kasar

1.7K 125 70
                                    

Yang namanya sisi itu ada banyak, terus kenapa menilai orang lain cuma dari satu sisi aja? Sisi yang lain blur, apa gimana?

- Satifa Danela -

🔥🔥🔥

Sudah seminggu terakhir Satifa merasa dirinya dekat dengan Regas, ntah kenapa di setiap harinya ada rasa yang muncul dan selalu berbeda. Satifa rasa ada yang aneh dengan hatinya.

"Jadi kan besok malem ajarin gua matematika?" tiba-tiba ada Regas berdiri di sebelah Satifa yang sedang duduk dan Regas melontarkan pertanyaan, membuat Satifa sadar dari lamunannya.

"Eh ... Iya, kak. Tapi, jam berapa dan di mana?" tanya Satifa menoleh pada Regas sambil menutup proposal FPSH.

Regas bersandar di tembok dengan posisi masih berdiri, satu kakinya menekuk ke belakang menyentuh tembok, kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celana. Kemudian, ia menurunkan kakinya dan duduk di sebelah Satifa. "Rumah lu, jam 7."

"Sebenernya Tifa aga takut bawa cowo ke rumah, takut Ibu marah. Waktu kak Regas datang ke rumah itu ga ada Ibu. Tapi, nanti Tifa izin dulu deh, lagian nanti malem juga pacarnya kak Zalifa sama pacarnya kak Ranifa ke rumah, ga tau mau apa." Satifa menyandarkan punggungnya ke tembok.

Regas menepuk bahu Satifa. "Nah pas, triple date di rumah lu." Regas menaikkan kedua alisnya sambil tersenyum.

"Date? Ngarep!" Satifa memalingkan wajahnya.

"Eh lu cewek cupu yang lucky tau ga, first time gua ngajakin belajar dan first time juga gua main ke rumah cewek." Ucapan Regas membuat Satifa menoleh terkejut.

"Serius belum pernah ke rumah cewek? Brandalan, kan? Masa iya ga pernah ke rumah cewek," sindir Satifa.

Regas berdiri. "Anjir! Gua brandalan cuma dalam berpakaian aja, cupu. Emang di mata lu, gua brandalan banget ya?" tanyanya.

"Banget, banget nya kali seribu."

🌾🌾🌾

Satifa masih duduk diam menunggu Fareno di dalam ruang OSIS untuk mengambil map organigram OSIS beserta visi misi ketua OSIS.

Dilain sisi ada segerombolan gadis yang tak jauh dari Satifa.

"Ajak aja main suit yang kaya di tiktok, kalau menang nampar yang kalah. Lu harus menang, biar bisa nampar tuh cewe." Gadis dengan rok sangat pendek itu memberi ide, membuat gadis lain yang berambut panjang mengangguk.

Mereka berlima menghampiri Satifa dengan ekspresi ramah dan hendak berdrama.

Dari balik tembok, ada seorang pria yang mendengarkan pembicaraan itu, pria itu menatap Satifa.

'Dia itu mau jadi korban tampar?' batin pria itu.

"Hai, aku Syadila anak kelas 12. Aku lagi ada sosial eksperimen tentang aksi reaksi, kamu mau bantu ga?" tanya gadis itu dengan ramah, Syadila.

Satifa menoleh ke kanan dan ke kiri. "Aku?" Setelahnya ia mengangguk.

Syadila duduk di sebelah Satifa. "Jadi sosial eksperimen aksi reaksinya aku pake cara suit kertas gunting batu. Kalau yang kalah itu kena tampar dari yang menang. Kamu menang atau kalah nanti bisa dijelasin aksi atau reaksinya, ya? Kita suit sekali aja, yang nampar jangan keras, biasa aja." Syadila tersenyum, namun dalam hatinya ia tertawa licik.

| 'SATGAS' |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang