MY GIRL - 05

2.9K 396 62
                                    

Lian melangkah menuju ruang kelas Luna dengan rasa panik yg sudah tidak bisa dibendung lagi, sudah satu minggu lebih dia tidak bertemu dengan gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lian melangkah menuju ruang kelas Luna dengan rasa panik yg sudah tidak bisa dibendung lagi, sudah satu minggu lebih dia tidak bertemu dengan gadis itu. Dan entah mengapa Lian merindukan sosok dingin yg bermulut pedas tersebut.

Sesampainya di ruang kelas MIPA 1 seperti biasa kedatangan Julian memancing teriakan histeris para siswi yg ada di sana. Tetapi Lian sama sekali tidak menghiraukan nya, karena tujuan kedatangannya adalah untuk mencari Luna.

"Luna mana?"

Jolicia hanya melirik sekilas ke arah Lian, lalu kembali melanjutkan aktifitasnya membaca buku. Lian yg melihat itu dengan tidak sabaran menarik novel di tangan Jolicia dengan kasar dan tanpa pikir panjang melemparnya ke sembarang arah.

"Jol jawab pertanyaan gue! Dimana Aluna?" Jolicia memutar kedua bola matanya, lalu tersenyum remeh menatap Lian yg sedang berapi-api. "Apa gunanya gue kasih tau lo dimana Luna? Bukannya lo udah bilang kalau lo gak peduli sama Luna?"

"Cepet kasih tau gue dimana Aluna sebelum gue main pake kekerasan sama lo!" Jolicia tidak meladeni dia malah dengan santai memasang earphone lalu memutar lagu sekencang-kencangnya, seolah-olah tidak ada Lian disana.

Baru saja Lian akan membalik meja di depan Jolicia dan menggeret gadis sialan itu ke parkiran sekolah untuk mengantar dirinya kepada Aluna, tetapi suara gemetar milik Reena seketika membuat Lian menghentikan niat buruknya itu.

"T-tunggu dulu, gue tau dimana Luna"

•♡♡♡•

"Rumah sakit? Jadi selama satu Minggu ini Luna gak masuk gara-gara di rawat inap?" Tanya Lian kaget, saat menyadari bahwa Reena menunjukkan jalan kearah rumah sakit, sedangkan Reena hanya menganggukkan kepala guna menjawab pertanyaan Lian.

Tidak terasa setelah perjalanan singkat yg meraka lalui, akhirnya mobil mewah Lian telah memasuki area parkir rumah sakit. Tanpa membuang waktu Reena turun dan di susul oleh Lian yg tak bisa menyembunyikan raut wajah khawatirnya.

Melewati lorong-lorong rumah sakit yg lumayan sepi mereka pun sampai di kamar inap Aluna yg berada di lantai ke-4. Dengan perlahan Reena membuka pintu putih tersebut, dan disana terlihat Luna yg terbaring tak berdaya di atas hospital bed.

"Luna?" Panggil Reena dengan suara super pelan yg membuat Aluna perlahan mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. "Reena? Kok jam segini sih datengnya? Bukannya jam pulang sekolah masih lama?"

"G-gini gue sebenernya cuma mau nganterin Lian doang kok kesini, soalnya tadi dia cariin lo ke kelas. Jadi sekarang gue pamit pulang dulu, bye!" Tanpa menunggu balasan dari Luna, Reena memilih langsung berlari meninggalkan ruang inap Luna.

"Kalau mau cari masalah lebih baik jangan sekarang, karena gue bener-bener gak ada tenaga buat ngomongin hal yg gak penting sama orang asing" Potong Aluna cepat saat Lian baru saja akan membuka suara.

Mendengar ucapan ketus dan juga dingin itu membuat Lian menghela napas. Laki-laki dengan seragam putih abu-abu lengkap itu berjalan mendekat ke arah Luna dan mendaratkan bokongnya tepat di pinggir ranjang dimana Luna tengah berbaring.

"Gue kesini karena gue khawatir sama keadaan lo" Lian menarik nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya. "Gue minta maaf. Gue akui kalau sebenernya gue yg salah karena terlalu emosian waktu itu sampe secara gak sadar ngebentak lo"

"Lebih baik mulai sekarang lo urusin Naya"

Hening, satu kalimat yg diucapkan Luna sukses membuat Lian bungkam. Menyerah, Lian lebih memilih untuk meninggalkan ruang inap Luna, tetapi tepat sebelum keluar dari ruangan Lian mengajukan satu pertanyaan yg membuat Luna terdiam.

"Apa buat suka sama gue emang sesusah itu ya?"

•♡♡♡•

Beberapa hari setelah Luna pulih ia pun kembali masuk sekolah. Di koridor menuju perpustakaan, Aluna, Jolicia, Reena, dan Liana tidak sengaja berpapasan dengan Naya. Dengan segera Naya menghalangi jalan mereka, hingga membuat langkah mereka terhenti.

"Dasar lonte lu! Setelah apa yg gue lakuin hari itu apa lo masih gak kapok juga buat gatel ke Lian?" Suara Naya yg terbilang sangat keras itu membuat siswa siswi yg tengah berlalu lalang berhenti sejenak untuk menyaksikan aksi labrak-labrakan itu.

Aluna diam, membuat Naya semakin emosi. Baru saja gadis bersurai blonde itu akan melayangkan tangannya menyentuh pipi Luna, namun dengan cepat dicegah oleh Jolicia. Ya, Jolicia mencekal pergelangan tangan Naya dengan kuat.

"Gue gak bakalan sudi tangan haram punya lo nyentuh pipi sahabat gue untuk yg kedua kalinya ya bangsat!" Jolicia menghempaskan lengan Naya kasar, sehingga membuat sang empu kehilangan keseimbangan dan jatuh ke atas lantai.

"Jolicia anjing! Berani-beraninya ya lo berbuat kayak gini sama gue!" Pekik Naya marah sekaligus malu lantaran melihat banyak sekali siswa dan juga siswi yg dengan terang-terangan menertawakan dan mengejek dirinya saat ini.

"Kenapa? Lo pikir cuma lo doang yg bisa giniin orang lain? Hey Nay, katakanlah lo emang primadona di sekolah ini, tapi bukan berarti gue takut sama lo dan kedua bestie lo yg udah bantuin lo ngejalanin rencana jahat lo ke Aluna!" Ujar Jolicia menohok.

Keadaan semakin riuh, saat sosok yg menjadi oknum pertengkaran ini muncul dengan ketiga sahabatnya dengan raut muka kebingungan. "Ngapain? Kok reme-rame gini?"

"Pas banget lo ada disini. Gue cuma mau bilang sama lo Nay, kalo emang lo mau si brengsek ini jadi punya lo seutuhnya, tuh silahkan ambil aja. Lagian Luna juga gak bakalan mau bersaing sama cewek rendahan yg hobinya ngerusak hubungan orang!" Ujar Jolicia dengan enteng.

Jolicia mengambil napas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. "Juga buat lo Lian, tolong jangan ganggu sahabat gue lagi! Dan bilangin ke cewek murahan ini buat gak usik kehidupan Luna lagi dengan cara ngebully sampe Luna dirawat dirumah sakit!"

Tidak menunggu respon dari kedua belah pihak yg kini tengah terbungkam dengan deretan kalimat yg diucapkannya, Jolicia lebih memilih mengajak ketiga sahabatnya untuk pergi meninggalkan koridor dan kembali ke kelas.

Tidak menunggu respon dari kedua belah pihak yg kini tengah terbungkam dengan deretan kalimat yg diucapkannya, Jolicia lebih memilih mengajak ketiga sahabatnya untuk pergi meninggalkan koridor dan kembali ke kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang