Bagian IV

144 31 12
                                    

"Cha Eunwoo, ini terakhir kalinya aku memperingatkanmu. Jika aku melarangmu pergi maka kau tak boleh pergi!" Ucap Manager Kim memperingatkan Eunwoo yang masih duduk menunduk memandang ujung meja.

Presdir Cho sendiri sudah tidak berada di sana, sudah pergi beberapa saat lalu setelah beliau memberitahukan pada Chaeyeon bahwa sore ini akan diadakan konferensi pers untuk menyelesaikan skandal yang diciptakan sang artis.

"Dan ini," Ucap Manager Kim sambil meletakkan satu bendel kertas di depan Chaeyeon, "-- script yang harus kau hafalkan untuk konferensi pers nanti sore Chaeyeon. Berlatihlah agar terlihat natural."

Chaeyeon memandang satu bendel kertas yang sudah diletakkan di depannya itu dengan tatapan kosong sebelum akhirnya meraih kertas kertas itu dan membacanya.

"Maafkan aku Hyung. Karena aku kau terkena masalah." Ucap Eunwoo lirih pada akhirnya.

Sang manager tersenyum hangat dan berjalan mendekati Eunwoo. Memang manager Kim tidak bisa berlama lama marah pada kedua artisnya ini. Mereka berdua sudah dianggap seperti adik sendiri.

"Sudahlah jangan meminta maaf padaku, Eunwoo-ya." Ucap sang manager sambil menepuk sebelah pundak Eunwoo, "-- Jika kau harus meminta maaf, minta maaflah pada..." Manager Kim memberi isyarat dengan matanya, seolah minta Eunwoo untuk meminta maaf pada sosok gadis yang duduk di depan mereka, gadis cantik berkacamata hitam yang masih sibuk membolak balikkan kertas script dan berusaha menghafalnya. Jung Chaeyeon.

Chaeyeon yang merasa perhatian kedua pria di depannya tertuju padanya pun mendongak. Menatap bingung kedua sosok itu dari balik kaca mata hitamnya. Kemudian dia beranjak karena merasa tidak nyaman menjadi bahan perbincangan.

"Sampai jumpa nanti sore, Oppa." Pamit Chaeyeon buru buru keluar ruangan tanpa menoleh sedikit pun pada Eunwoo.

Menjauh dari Eunwoo adalah satu-satunya hal yang diinginkan Chaeyeon saat ini. Karena bersamanya, dia selalu merasa sedih. Dia selalu merasa rendah karena menjadi kekasih yang tidak diinginkan. Padahal selama ini dia selalu menjadikan Eunwoo sebagai prioritas utama selain karirnya.

Chaeyeon selalu memikirkan pria itu setiap kali akan melakukan sesuatu. Apakah Eunwoo akan senang atau tidak, apakah Eunwoo akan setuju dengannya atau tidak, apakah Eunwoo akan marah atau tidak, Chaeyeon selalu berpikir seperti itu, semuanya selalu berporos pada pria itu, tapi sepertinya Eunwoo tidak. Eunwoo selalu melakukan semua hal sesuai dengan kehendaknya, tak pernah sekalipun ia peduli padanya dan itu membuat Chaeyeon selalu merasa sedih.

Manager Kim menghela nafas berat saat melihat punggung sempit Chaeyeon yang sudah menghilang di balik pintu. Dia tidak bodoh untuk mengetahui apa yang sebenarnya gadis itu rasakan. Bahkan dia tahu ada sepasang mata sembab yang Chaeyeon sembunyikan dibalik kaca mata hitamnya sedari tadi.

Manager Kim mendudukkan dirinya di kursi kosong di depan Eunwoo. Tempat dimana Chaeyeon duduk tadi. Matanya bertemu tatap dengan manik kelam milik Eunwoo yang menyiratkan penyesalan mendalam.

Sekali lagi Manager Kim menghela nafas berat sebelum akhirnya ia berujar untuk menasihati artisnya, "Semalam dia menunggumu. Hanya karena kau berjanji akan datang, maka dia terus menunggu. Hingga acara selesai dan panggung di bersihkan, dia tetap menunggu. Meski banyak pasang mata yang menatapnya bertanya-tanya, tapi sama sekali tidak dia hiraukan. Dia tetap menunggumu Eunwoo."

Eunwoo tercekat. Hatinya terasa teriris setelah mendengar cerita manager Kim. Diam diam dia merutuki dirinya, karena telah membuat Chaeyeon menunggu begitu lama.

"Eunwoo, ku rasa jika kau perlu meminta maaf, itu bukan padaku... Chaeyeon lebih berhak untuk itu." Lanjut Manager Kim lagi.

Eunwoo terpaku, meski sebenarnya dia ingin sekali bergerak menyusul Chaeyeon. Mendekap gadis itu dan membisikkan kata maaf sebanyak yang dia bisa. Namun sayangnya, kinerja otot ototnya tak sejalan, tubuhnya mematung seakan akan ada gravitasi yang menariknya untuk tak beranjak dari kursi.

Behind the showTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang