'Hidup itu biariin aja ngalir kek air, hadapiin semua masalahnya jangan pernah lari'
"Ray, buruan woy! Ditungguin temen lo tuh di depan" teriak Satria tanpa mengalihkan pandangannya dari layar tv.
"Hah? Siapa Bang?" tanya Raya sambil menyembulkan kepalanya dipintu untuk melihat Satria.
Satria tidak menjawab pertanyaan Raya, dirinya fokus dengan film yang ditontonnya merasa bahwa dirumah ini hanya dirinya seorang. Raya yang melihat Satria mengabaikannya pun melihat sekelilingnya apa yang bisa ia gunakan untuk melempar abangnya itu. Raya membalikkan tubuhnya berjalan ke arah meja belajarnya, dan mengambil beberapa helai tisu lalu menjadikannya bulatan yang tidak sempurna dan kembali lagi kedepa pintu kamarnya, lalu melemparkanya ke arah Satria yang sedang asik dengan layar tv rumahnya. Dan yap.. tepat, sasaran mengenai kepala Satria. Satria menoleh dengan wajah horornya.
"Ngapaiin si lo? Tinggal keluar aja susah banget si" ujar Satria yang seakan tau Raya akan kembali bertanya, mungkin saja tadi dirinya mendengar tapi mengabaikan Raya.
"Belum selesai pake seragamnya" jawab Rata ketus sambil menutup pintunya dengan keras.
"Terusiin sampe copot tuh pintu!" teriak Satria.
Ersa tegopoh-gopoh masuk kedalam rumah saat mendengar suara pintu di tutup dengan keras. Tapi yang dilihatnya hanya Satria yang sedang menonton tv.
"Bang" panggil Ersa.
"Apa Mah" ujar Satria menoleh ke arah Ersa.
"Tadi siapa yang banting pintu keras banget?"
"Raya lah, siapa lagi"
"Kalian berantem?"
"Engga, Rayanya aja yang ga jelas" jawab Satria melanjutkan menontn film.
Ersa hanya geleng-geleng kepala, Ersa berjalan ke arah pintu kamar putrinya itu, dan membukanya. Dilihatnya Raya sedangkan merapikan rambutnya. Raya melihat pantulan Ersa di cermin dan membalikkan tubuhnya.
"Loh Mah, kenapa?"
"Angkasa udah nunggu diluar tuh, kasian kalo kelamaan nunggu" ujar Ersa memberi tau.
"Hah? Angkasa? Kok bisa?" tanya Raya heran, "Jadi yang nungguin gue Angkasa, hmm" batin Raya.
"Kok malah tanya Mamah, Mamah mana tau" ujar Ersa, "Cepetan kasian dia, nanti dia di tanyain yang aneh-aneh lagi sama Papah"
Raya segera mengambil tasnya dan menyalimi tangan Ersa.
"Mah berangkat dulu ya" ujar Raya.
"Hati-hati ya" ujar Ersa mengelus pucuk kepala Raya.
Raya segera keluar, tapi saat sudah diluar kamar manik matanya melihat Satria sedang fokus menonton tv. Raya pun menghampiri Satria dan menjitak kepalanya dan Raya segera mengambil langkah seribu.
"Mandi bang!" teriak Raya sambil berlari.
"Adek ga ada akhlak, udah sinting!" teriak Satria tak kalah keras.
Sesampainya didepan benar saja, Papanya sedang mengobrol dengan Angkasa.
"Sa" panggil Raya.
Serentak Papahnya dan Angkasa menoleh ke arahnya. Pahlevi lalu tersenyum ke arahnya.
"Kok lama banget kamu? Kasian Angkasa" ujar Pahlevi.
"Ga tau kalo ada Angkasa, lagian dia ga bilang kalo mau berangkat bareng" ujar Raya.
"Ya udah, sana berangkat, nanti keburu siang, telat lagi"
"Iya Pah, berangkat ya. Assalamualaikum" ujar Raya menyalimi tangan papahnya.
Angkasa mengikuti Raya menyalimi tangan Pahlevi, lalu berpamitan.
"Berangkat dulu Om" ujar Angkasa.
"Ya ya, hati-hati ya. Jangan ngebut bawa anak saya, kalo dia kenapa-napa nanti kamu saya cincang" ujar Pahlevi sambil tertawa renyah.
"Pah" tegur Raya menatap papahnya itu tidak percaya.
Pahlevi hanya memainkan kedua alisnya, menaik turunkannya, untuk menggoda anaknya itu.
"Haha. Siap Om" ujar Angkasa sambil mengatikan helem yang akan dipakainya.
"Jangan lupa yang tadi" ujar Pahlevi mengingatkan Angkasa.
Angkasa menggangguk dan tersenyum. Pahlevi pun masuk ke dalam setelah mengingatkan Angkasa.
"Apaan?" tanya Raya bingung.
"Kepo" jawab Angkasa terkekeh.
"Ish" ujar Raya mencubit Angkasa.
"Sakit Ray" ujar Angkasa lembut sambil memegang tangan Raya agar Raya berhenti mencubitnya.
"Ya siapa suruh" ujar Raya.
"Buruan naik, marah-marahnya nanti aja"
Motor Angkasa sudah meninggalkan perkarangan rumah Raya, dan melaju dengan cepat menuju sekolah mereka. Pagi ini sangat cerah, sesekali angin berhembus menerpa rambut Raya yang terurai, untungnya dia menggunakan helem yang dibawakan Angkasa. Meskipun jalanan ini sedikit padat dengan kendaraan, tetap tidak mengurangi udara sejuk pagi ini. Setelah beberapa lamanya mereka saling terdiam, Angkasa membuka pembicaraan.
"Nanti baliknya bareng gue lagi ya" ujar Angkasa.
"Apa Sa? Beruang? Mana?" tanya Raya dengan suaranya yang sedikit keras, lalu memajukan kepalanya kedekat kepala Angkasa.
"Hahaha" Angkasa tertawa mendengar ucapan Raya.
"Loh, kok ketawa?" ujar Raya memukul Angkasa dari belakang.
"Abisnya, lo cantik-cantik budek. Gue tadi bilang nanti baliknya bareng gue" ujar Angkasa membesarkan suaranya.
Raya hanya membulatkan mulutnya, dan menganggukkan kepalanya. Setelahnya mereka kembali terdiam sampai akhirnya mereka tiba disekolah.
***
-ANGKASA-
Sorry ya gaes ceritanya pendek, hehe..
Semangat buat kalian puasanya hari ini dan seterusnya..
Gimana masih betah dirumah aja? Klo gue sih jujur aja engga, wkwkwkwkwk..Sabtu, 09 Mei 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA
Romance*** "Aku bukanlah salah satu dari banyak orang yang terpukau denganmu" Araya Putri Pahlevi. _______________________________ "Kamu sudah menarik, meskipun dirimu tak beranjak dari titik koordinatmu" Angkasa Raya. ...