6. Angkasa

9 0 0
                                    

'Satu dua tiga, kau ingin dipilih atau memilih?'

Hari ini adalah hari jum'at, dan agenda pagi ini adalah senam untuk seluruh siswa dan siswi SMA Karya Bangsa. Seluruh siswa dan siswi sudah mulai berhamburan menuju lapangan untuk membentuk barisan, barisan senam biasanya di atur berdasarkan setiap angkatan.

"Itu geser-geser yang dibawah pohon" ujar seorang guru laki-laki menggunakan speaker.

"Yah Pak" teriak murid-murid yang barisannya berada dibawah pohon.

"Ga usah banyak alasan, kalian ini udah kelas 12, jangan susah di atur. Liat barisan belakang kalian kelas 11 sama 10 rapih-rapih, masa kalian kelas tertinggi ga bisa ngasih contoh yang baik"

Setelah barisan sudah rapih, senam pun dimulai. Semua siswa siswi mulai dari kelas 10 hingga kelas 12 mulai menggerakkan tubuh mereka mengikuti irama musik senam yang berasal di speaker ruang TU. Setelah 15 menit semua siswa siswi mengikuti kegiatan senam rutin, mereka bubar meninggalkan lapangan, ada yang pergi ke kantin, ada yang masih berkeliaran diluar, dan ada yang langsung pergi kekelas mereka masing-masing.

   "Woy, main futsal bentar gimana? Kita kan masuk jam 8, masih jam 7 lewat 20 nih" ujar Senda berjalan mundur demi melihat wajah teman-temannya.

   "Boleh tuh, Skuy" ujar Tulen.

   Angkasa, Bara dan Fabian pun mengangguk menyetujui ajakan Senda. Mereka pun segera menuju lapangan futsal, mereka sengaja mengambil jalan ke arah ruang guru, untuk mengambil kunci ruang olahraga terlebih dahulu. Senda mendorong Tulen masuk ke ruang guru dengan paksa.

   "Eh, eh" ujar Tulen menahan dorongan Senda dengan pegangan di pintu.

   "Cepetan lo aja yang bilang sama pak Apri" ujar Senda.

   "Kalo pak Sagam yang pegang gimana bego!"

   "Engga. Gue jamin"

   Tulen pun pasrah, dia berjalan menghampiri meja pak Apri, setelahnya Tulen pun menyalimi guru itu dan memberitahukan tujuannya.

   "Pagi Pak Apri" sapa Tulen.

   "Kenapa?" tanya pak Apri menyelidik.

   "Mau minjem kunci ruang olahraga sebentar Pak, mau minjem bola"

   "Di pulangiin tapi, kalo bolanya ga balik kalian harus ganti!"

   "Iya Pak, yakali mau dijual"

   "Biasanya anak-anak kalo minjem ga balik bolanya" ujar pak Apri "Nih kuncinya"

    "Makasih Pak, tenang aja nanti balik bolanya" ujar Tulen dan kembali menyalimi tangan pak Apri dan segera keluar dari ruang guru.

   Senda mengancungkan jempolnya.

   "Mantab lo Len" ujar Angkasa terkekeh.

   "Alah, lo orang ga tau gue deg-degan diliatiin guru-guru didalem" ujar Tulen dengan malas.

   "Udah berlalu, ga usah di ungkit, ayo cabut ke lapangan futsal" ujar Bara menepuk pundak Tulen.

   "Wah anak itu kurang ajar" ujar Tulen menggebu-gebu.

   Angkasa, Senda dan Fabian pun hanya bisa terkekeh. Mereka pun segera meninggalkan lorong ruang guru menyusul Bara, mereka berbelok ke arah kanan melewati lorong kelas 11 Ips dan Masjid. Masih banyak siswa siswi yang duduk-duduk di teras kelas bercanda gurau menunggu guru mereka masuk.

   "Woy Zikri, yang bersih sikat lantainya biar lantai masjid nya makin kinclong" ujar Tulen terkekeh.

   "Sini Han bantuiin, ga cuman ngomong aja" jawab Zikri sambil tersenyum.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang