-4-

50 8 12
                                    

Happy reading:*

Kamu hanyalah sebatas kata dan rasa yang kupinta dalam doa
-pejuang cinta-


Riuh suasana pondok pesantren Darussalam sebab kedatangan santri baru yang membuat para santriwati heboh bukan main, siapa sangka seorang cowok yang menyandang status bad boy itu menyetujui perintah ayahnya untuk mondok disalah satu pesantren modern di daerah Mojokerto Jawa Timur.

Rangga dan ayahnya beriringan memasuki kompleks santri putra yang letaknya tak jauh dari kompleks santri putri. Beberapa bisikan yang ia dengar saat menginjakan kaki menuju kompleks.

"Wahh, kita kedatangan santri cogan baru nihh." Ucap santriwati yang berpapasan dengan Rangga

"Duhh kalo gini caranya hafalan ku bisa ilang, gawattt." Lalu santriwati tersebut langsung merapalkan beberapa bait alfiyah seolah olah takut hafalannya mendadak hilang karena melihat cogan. Dasar santriwati!

"Lihatinnya biasa aja neng!" Ucap salah satu santriwati lalu menyenggol lengan temannya.

Dan masih banyak lagi bisikan-bisikan takjub akan kedatangan santri baru yang gantengnya kelewat batas. Rangga yang mendengar serta melihat semua itu hanya acuh, dirinya sudah terbiasa mendapat tatapan lapar seperti itu, mereka belum tahu saja bagaimana sifat asli Rangga.

Salah satu pengurus pondok tersebut menyambut kedatangan mereka dengan sangat ramah. Dia menyalami tangan Ayah Rangga, kemudian mempersilahkan masuk kedalam rumah sang pemilik pondok.

"Mari saya antar Bapak kedalam untuk menemui abah yai, saya akan memanggilkan sebentar." Pengurus pondok tersebut mempersilahkan Ayah Hendra dan Rangga kedalam.

" Oh iya, terima kasih." Ucap Ayah Hendra dengan sopan.

Mereka duduk di kursi yang telah disediakan untuk para tamu. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya abah yai datang diikuti dengan pengurus tadi yang berada dibelakangnya.

Ayah Hendra dan Rangga mengecup tangan abah yai tersebut, kemudian mereka duduk.

"Panji, tolong buatkan minum untuk mereka berdua." Perintah abah yai kepada pengurus yang bernama panji tersebut.

"injih yai." Panji menunduk pamit.

Setelah kepergian panji ke dapur, akhirnya Ayah Hendra melontarkan suara.

"hm, begini pak yai, maksud kedatangan saya kesini untuk menitipkan anak saya kepada pak yai agar dididik menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Saya rasa, sebagai orang tua, saya masih belum bisa mendidik anak semata wayang saya dengan baik, sehingga dia perlu dititipkan di pondok pesantren ini. Saya harap pak yai sabar dalam mendidik anak saya yang bernama Rangga ini." Ucap Ayah Hendra dengan penuh wibawa.

Senyum terukir diwajah pak yai yang sudah tak nampak muda lagi. "Baik pak, selagi saya masih hidup saya akan berusaha untuk membimbing anak bapak semaksimal mungkin, seperti santriwan santriwati lainnya. Disini saya tidak akan membeda-bedakan status sosial, semua yang menetap disini resmi menyandang status sebagai santri. Saya harap anak bapak bisa betah di pondok pesantren ini, syukur-syukur mendapatkan ilmu yang bermanfaat."

Tak lama Panji datang dengan membawa nampan berisi teh hangat. "Silahkan diminum Pak, nak." Sudah menjadi kebiasaan para santri memuliakan tamu yang datang.

Disana Rangga hanya menatap malas dua cangkir teh itu. Sedangkan ayahnya berterima kasih kepada pengurus tersebut.

Ayah Hendra mengamini ucapan pak yai. "Makasih banyak pak yai, kalo begitu saya pamit dulu, titip anak saya, kalo dia bandel jewer aja kupingnya." Mereka terkekeh.

Ayah Hendra pamit undur diri kepada pak yai. Kemudian menepuk pelan bahu anaknya. "Rangga, kamu disini ngga boleh nakal! Patuhi aturan pesantren, jangan sekali kali melawan perintah pak yai."

Apa apaan, dikira gue anak kecil apa. Batin Rangga.

Rangga hanya mengangguk malas. Setelah itu, mobil ayahnya mulai menjauh dari pelataran kompleks putra. Ia hanya bisa menatap kepergian ayahnya tanpa berkata-kata, walaupun ia pria yang bandel tapi ia tetap menjadi anak yang penurut, ia sudah berjanji kepada mamanya saat itu untuk tidak menjadi anak pembangkang. Maka dari itu, semua ini ia lakukan demi menepati janji pada mamanya.

Saat Rangga tengah melamun, ia dikagetkan dengan tepukan pelan sang pengurus tadi. "Permisi, maaf saya belum sempat mengetahui namamu."

"Saya Rangga." Ucap Rangga singkat.

"Oh iya, kenalin saya Panji. Mari saya antar kekamar kamu." Panji mengantar Rangga, menuju kompleks putra.

Terdengar suara gaduh dari dalam kamar.

Gubrak
Gubrak
Jedug
Prang

Saat Panji dan Rangga membuka pintu sontak suara tersebut langsung senyap seketika penghuni kamar menoleh kaget menatap kedua pria diambang pintu.

Saat itu juga Rangga menyesal menuruti perintah ayahnya.

Hiyaaa, ada apakah didalam kamar???

Kepoin kelanjutannya yu!

Jan lupa vote and coment ya gaes

Butuh krisar!


Salam sayang<3

8 Mei 2020.

laa buddaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang