-7-

13 2 0
                                    

Happy reading

Iyan berlari ke musholla, sesampainya disana ia langsung menghampiri Rangga yang tengah bergelung dengan sarungnya, "ckckck, nih bocah pelor amat yak, enaknya diapain nih." Iyan berdecak sambil berkacak pinggang melihat kelakuan teman barunya itu, kemudian ia mengambil sesuatu.

"WOY KEBAKARAN, KEBAKARAN, BANGUN WOY!" Iyan berkoar-koar sambil menciprati wajah Rangga dengan air.

"BANJIR MANA BANJIR?!" Rangga yang diciprati oleh temannya itu langsung bangun.

"Kebakaran woy bukan banjir!" Iyan tampak sewot.

"Lah lo ada kebakaran kenapa masih disini?" Tanyanya linglung.

"Aila nih bocah minta diseret." Kemudian Iyan menyeret Rangga keluar dari musholla sedangkan yang diseret hanya bisa teriak-teriak kaya tarzan. Wkwkwk

***

Dipagi yang sangat cerah, secerah wajah kelima cowok yang tengah bersenandung ria melewati jalan untuk pergi ke sekolah hingga tak sadar kalau mereka tengah menutup jalan.

"sopo seng kuat nandang kahanan, sopo sing ora kroso kelangan, ditinggal pas sayang sayang e pas lagi jeru jeru ne koe milih dalan liyane." Satria, Iyan, Rehan dan Alpin mendendangkan lagu yang berjudul dalan liyane, lagu yang sedang booming saat ini.

Walaupun mereka anak pondok tapi mereka juga tidak kudet karena di ponpes sudah tersedia televisi yang biasa diputar seminggu sekali, lumayan kan daripada lumanyun. Wkwkwkwk

"Hewaaaaahhh serrrrr, tarik maaang." Kali ini Rangga juga ikut bergoyang sampai sebuah kerikil mengenai kepala Rangga.

"WOY, KALO MAU KONSER JANGAN DITENGAH JALAN DONG, SANA DISAWAH!!! DIKIRA JALAN PUNYA BUYUT LO?!" terdengar teriakan perempuan dari arah belakang, kelima cowok tersebut menoleh, mereka mendapati seorang santriwati yang tengah berkacak pinggang dan mata elangnya sudah siap menerkam mangsanya.

"Wahhh, ada neng Aish nih, mau berangkat sama kang Satria ya?"  Genit Satria dengan gaya menyisir rambut kebelakang.

"Galak bener jadi cewek, gak ada yang naksir tau rasa lo!" Sinis Rangga meremehkan.

"Mau gue laku atau enggak! Itu bukan urusan lo ya. Mending minggir kalian semua." Seperti nya kalau Aish sudah begini, maka tiada lagi yang bisa memadamkan kobaran apinya. Ya, dia Aisha Alifa perempuan dengan wajah rupawan namun ditakuti oleh para santriwan karena ia tidak segan-segan menghajar lawan yang sudah melewati batasan. Kerap kali ia mendapat juara dibidang pencak silat nasional, sehingga seantero pondok pun tiada yang tidak mengetahui siapa sosok Aish.

"Monggo neng Aish, jalan ini selalu terbuka lebar untuk eneng." Alpin membungkuk seperti sedang memberikan penghormatan kepada bapak presiden.

Kemudian Aish melangkahkan kakinya sambil menatap nyalang iris mata Rangga. Yang ditatap hanya bergidik ngeri. "Ada ya cewek model kaya gitu." Rangga masih memandangi Aish yang mulai menjauh.

"Yang kayak gitu mah cuman satu di pondok kita bro." Rehan menepuk pelan bahu Rangga.

"Woi kurang 5 menit lagi bel cuy!" Iyan mengagetkan mereka, kemudian dalam hitungan mudur mereka langsung lari terbirit birit ke sekolah.

***

Bel masuk berbunyi, kelima cowok tersebut dengan langkah tergesa gesa memasuki gerbang yang hampir saja ditutup oleh pak satpam.

Hosh hosh hosh

"Hampir aja kita telat, bisa kena skorshing kita karena telat 3 kali." Reyhan mengelap keringat nya yang bercucuran.

Wajar saja jika sekolah ini terkenal ketat, karena terlambat satu atau dua kali saja bisa kena takzir membersihkan seluruh lingkungan sekolah.

*****
Suara ricuh terdengar di dalam kelas sebab kedatangan siswa baru dari pondok pesantren, apalagi bagi kaum hawa yang tergila-gila dengan wajah rupawannya.

Wah ada anak baru guys

Ganteng ya dia

Dia yang katanya dari ponpes itu ya

Dih masih gantengan gue kali

"ngga, lo nggak risih jadi bahan omongan sekelas kaya gini?" tutur Iyan yang duduk di sebelah Rangga.

"hm, udah biasa." Rangga tampak cuek.

"gila lo, mentang-mentang goodlooqing.SOMBONG AMAT!" Sinis Iyan yang tampak tak dihiraukan oleh Rangga.

"Eh Pak Sugeng datang." Tampak seorang siswa berlari menuju kelas.

Keadaan kelas menjadi hening sebab kedatangan guru killer. Semua siswa berdiri menyambut kedatangan Pak Sugeng, guru matematika.

QIYAMAN!

"Assalamualaikum warohmatullohi wabarokaatuh."

"Waalaikumussalam warohmatullohi wabarokaatuh."

JULUSAN!

"Baik, pagi hari ini kita kedatangan siswa baru, saya perkenankan untuk maju ke depan memperkenalkan diri."

Rangga berjalan ke depan dengan langkah malas.

"Kenalin, gue Rangga Arkana Mahendra pindahan dari Jakarta,panggil aja Rangga."

"Apakah ada yang ingin ditanyakan?" Tanya Pak Sugeng.

"saya pak!" seorang siswi mengacungkan jari

"Iya, silahkan aish."

"Tanyain pak, bisa gak tuh mukanya gak usah songong gitu." Ujar Aish dengan nada lantang

Tawa menggema disetiap sudut kelas.

"Buseeet si Aish berulah lagi tuh." Ujar Satria kepada Alpin.

"kita liat aja kelanjutannya gimana." jawab Si Alpin

"Sudah sudah, silahkan kamu boleh kembali ke tempat duduk." Pak Sugeng mempersilakan Rangga.

Rangga berjalan sambil melotot kearah Aish yang duduk di bangku depan. Sedangkan yang dipelototi malah menjulurkan lidahnya.

Huft setelah beberapa bulan gak update, sekarang baru bisa update ya.. Hehe maapkeun soalnya akhir akhir ini sibuk.

Semoga suka:)

Sabtu, 26 Desember 2020



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

laa buddaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang