-6-

25 5 3
                                    

Happy reading:*


Sebuah ide terlintas dibenak Alpin, ia segera berlari mencari sesuatu, setelah kiranya berhasil menemukan apa yang ia cari, ia kembali ke dalam kamar, lantas menempelkan benda tersebut didekat kuping Iyan.

"Man robbuka." Suara tersebut terdengar seperti bisikan.

"Man robbuka." Iyan belum sadarkan diri, sepertinya harus lebih ekstrim lagi pikir Alpin.

"MAN ROBBUKA." Suara tersebut menggelegar dikuping Iyan layaknya malaikat munkar nakir yang sedang menanyai penghuni kubur.

Seperti nya Iyan mulai terganggu dengan suara itu, ia terlihat seperti sedang bermimpi buruk, keringat dingin mulai membasahi pelipis cowok tersebut.

"Sekali lagi mungkin lebih mengasyikan." Alpin tersenyum puas.

"MAN ROBBUKA." Kali ini terdengar seperti petir yang menyambar.

"TIDAK!" iyan terlonjak terbangun seperti seseorang yang baru saja bertemu dengan malaikat munkar nakir, wajahnya pucat pasi seperti mayyit. Tak disangka cara ampuh yang Alpin gunakan ternyata bisa memberikan efek nyata bagi Iyan.

Alpin terpingkal-pingkal melihat ekspresi Iyan yang sangat shocked. Dilain ranjang, Rangga mendengar suara yang sangat berisik pun ikut terbangun, ia menuruni ranjang kemudian bertanya kepada pelaku.

"Kalian ini lagi ngapain?!" Rangga memandang Alpin dan Iyan secara bergantian. Rangga ikut terpingkal pingkal melihat ekspresi Iyan yang sudah seperti mayyit hidup. Ia tak bisa menahan tawanya sampai air matanya keluar saking lucunya ekspresi Iyan.

"Lo pada ngeselin semua emang!" Iyan turun dari ranjang kemudian meninggalkan mereka yang masih saja menertawainya.

*****

Di mushola santri mereka melaksanakan sholat tahajud bersama. Sudah menjadi kebiasaan santriwan santriwati di ponpes Darussalam ini untuk menjalani berbagai macam sholat sunnah. Mushola ini terletak di tengah tengah antara kompleks putra dan putri, mushola tersebut biasa digunakan untuk sholat berjamaah dengan abah yai.

Didalam pondok ini juga banyak aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh semua warga pesantren, dan apabila melanggar akan dikenai takzir sesuai dengan apa yang dilanggarnya.

Rangga dan Iyan melangkahkan kaki menuju mushola santri setelah mengambil air wudhu, disana sudah banyak santriwan dan santriwati yang sedang melaksanakan sholat tahajud, Rangga yang tampak gelisah akhirnya membuka suara.

"Disini kok rame banget ya?" Rangga menatap sekeliling mushola.

"Iyalah rame, orang lagi pada konser." Celetuk Iyan tanpa dosa.

Rangga terbelalak kaget, "Konser?! Yang bener aja, konser apaan?" Tanya Rangga antusias.

Iyan menepok jidat, "Heh serangga, lo itu ogeb apa sinting hah? Terus tadi gunanya lo wudhu buat apa joni?!" Iyan geram dengan kelakuan Rangga yang bisa dibilang sangat menggemaskan baginya.

"Eh inget ya nama gue itu Rangga bukan serangga apa lagi joni, emang tampang gue kaya tukang sayur apa?!" Kemudian Rangga melangkahkan kakinya memasuki mushola tersebut.

"Etdah bocah gue malah ditinggalin. Nasib jomblo ya gini,  ditinggalin pas lagi sayang-sayang nya." Iyan bergumam sendiri kemudian menyusul Rangga kedalam mushola.

*****

Setelah melaksanakan sholat tahajud para santri membaca alquran sambil menunggu adzan subuh untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Rangga celingukan seperti orang hilang, dia tidak tahu harus berbuat apa, maklum santri baru masih butuh bimbingan. Seseorang menepuk pundaknya, Rangga terlonjak kaget mendapati Rehan yang sudah berada disampingnya.

"Sendirian aja, yang lain mana?" Tanya Rehan dengan sopan.

"Gak tau tuh, pada ninggalin."

"Eh yang ada lo tuh yang ninggalin gue." Tiba-tiba Iyan datang menyahuti perkataan Rangga.

"Udah-udah gak baik bertengkar di mushola, nanti aja lanjutin di pondok." Sergah Rehan.

"Sesat lu han." Iyan memutar kedua bola mata dengan malas.

"Yaudah lebih baik kita baca alquran aja sambil nunggu adzan subuh." Rehan pergi mengambil alquran.

Setelah mengambil 3 buah alquran Rehan memberikannya kepada Iyan dan juga Rangga.

"Em, tapi gue nggak bisa baca alquran." Ucap Rangga malu, selama ini ia tak pernah diajarkan oleh orang tuanya untuk membaca alquran, ia bukanlah seorang yang agamis, bahkan pengetahuannya tentang agama pun bisa dikatakan masih sebatas alif dan ba' belum sampai tahap ya'.

"Bukan nggak bisa, tapi belum bisa. Perlahan-lahan kamu pasti bisa membaca alquran dengan lancar." Tutur Rehan sangat lembut.

"Tapi, apakah ada orang yang sanggup mengajari gue baca alquran dari nol?" Rangga menunduk lesu.

"Tenang aja, gue yang bakal ngajarin elo, apa gunanya teman kalo nggak saling bantu, Iyakan yan?" Rehan menyenggol lengan Iyan yang sedari tadi hanya mendengar perbincangan kedua cowok tampan tersebut.

"Betul betul betul." jawab Iyan menirukan suara ipin.

"Yaudah yuk kita duduk disana aja." Tunjuk Rehan di sudut mushola. Kemudian mereka melangkahkan kaki menuju sudut ruangan.

***

Setelah melaksanakan sholat subuh berjamaah, para santriwan dan santriwati mendengarkan kultum yang dibawakan oleh abah yai dengan seksama, tapi ada yang sampai ketiduran. Berbeda dengan Rangga yang sudah menelungkupkan kepalanya diatas keramik.

Beberapa menit kemudian akhirnya selesai juga acara pengajian subuh itu, para santri mulai membubarkan diri dari musholla. Mereka pergi kekamar masing-masing untuk melaksanakan aktivitas seperti biasanya.

Sama halnya dengan Alpin, Iyan, Rehan, dan Satria mereka sudah sampai di kamar mereka. Tapi sepertinya mereka melupakan seseorang.

"Hey, Rangga kemana?" Rehan menghentikan aktivitas ketiga temannya.

"Aduh, kayaknya tadi dia ketiduran di musholla deh pas pengajian." Alpin merutuki dirinya karena melupakan teman barunya.

"Yaudah sana bangunin, ntar kita terlambat sekolah lagi, udah hampir jam 7 nih." Satria melirik jam di pergelangan tangannya.

"Gue aja yang bangunin. Dijamin langsung bangun." Setelah mengatakan itu, Iyan langsung berlari ke musholla.

Jangan lupa vomen ya guys

19 Mei 2k20

laa buddaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang