5✓

44 20 1
                                    

Happy reading guys:)


Alvinno POV

Setelah mengantarkan Shakira pulang,gue juga langsung pulang.

Gue masuk kedalam rumah. Sepi. Ya itulah yang membuat gue kadang nggak betah di rumah sendiri.

Setiap pulang sekolah nggak ada yang namanya sambutan hangat dari orangtua. Hanya ada bibi yang selalu menyambut gue ketika gue pulang.

Gue sedih. Kenapa orangtua gue nggak pernah nyempetin waktunya buat gue,buat sekedar tahu keaadan gue juga kayaknya sulit. Mereka selalu sibuk bekerja.

Papi yang harus keluar kota atau luar negeri demi uang dan bahkan ngelupain kalo dia udah punya gue,anaknya.

Sedangkan papi juga sibuk dengan butiknya yang sudah mendunia itu atau jika ada waktu luang mamah nemenin papi bekerja.

Sebenarnya gue pingin banget punya adek. Gue berpikir mungkin aja dengan adanya saudara hidup gue nggak akan sesepi ini.

"Eh den Alvin udah pulang?" Tanya bi Imah dari arah taman belakang rumah.

"Iya Bi. Bi Alvin capek bi."jawab gue sambil mendudukkan tubuh gue ke sofa.

"Aden mau bibi pijetin?" Tanya bi Imah.

"Enggak bi. Alvin cuma capek sama hidup Alvin. Kenapa papi sama mami seolah nggak peduli sama Alvin?. Apa mereka nggak tau kalo Alvin kesepian? Alvin juga ingin seperti teman teman Alvin bi'. Saat pulang sekolah teman² Alvin selalu disambut hangat sama maminya dan dimasakin makanan kesukaannya,bermain bersama papinya." Cerita gue sama bi imah sambil menahan tangis. Hanya dihadapan bi Imah gue nggak malu kalopun harus nangis.

"Kenapa bi? Apa papi sama mami benci sama aku?" Lanjut gue.

Gue ngerasain elusan di pundak gue,iya itu adalah tangan bi Imah yang berusaha untuk menguatkan gue.

"Aden nggak boleh ngomong kayak gitu,kan mereka bekerja juga buat aden, biar hidup aden bahagia." Ucap bibi juga dengan suara yang serak menahan tangis.

Apa semenyedihkan itu kehidupan gue? Dari kecil bi Imah yang selalu nemenin gue.bahkan dari gue kecil bi Imah juga yang selalu ambil rapot gue.

"Bahagia apanya bi? kalo kayak gini aku malah ngerasa seperti anak angkat yang cuma di kasih uang sama mereka. Bahkan mungkin anak angkat di luaran sana lebih beruntung daripada aku. Mungkin mereka malah mendapatkan kasih sayang yang tulus dari orangtua angkatnya."jelas gue yang tanpa gue sadari air mata gue sudah jatuh.

"Bi apa boleh Alvin peluk bibi?"tanya gue.

Gue cuma butuh pundak untuk bersandar dan butuh pelukan untuk nenangin hati gue yang rasanya hancur ini.

"Sini."jawab bi Imah yang merentangkan tangannya.

Gue langsung memeluk tubuh bi Imah. Pelukan bi Imah yang selalu bisa nenangin gue. Bahkan gue lupa kapan terakhir kalinya gue meluk mami. Mi aku rindu mami.

Gue tumpahin tangisan gue dalam pelukan bi imah.rasanya sedikit lega karena apa yang gue rasain udah gue ceritain ke bi Imah.

"Den Alvin mendingan mandi dulu ya,,terus makan malem.biar bibi siapin." Kata bi Imah saat gue melepas pelukan kita.

"Iya bi."

Alvinno POV end

                               °°°°°

Sekarang ini Alvinno berada di kamarnya. Ia hanya berguling guling di atas kasur.Dilihatnya jam yang menunjukkan pukul sebelas malam.

Karena belum mengantuk, ia memutuskan untuk memainkan hape nya. Apakah ada notifikasi penting atau tidak.

ALSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang