SALAH FAHAM

416 18 2
                                    

Salman Abidzar Aditama


  Anak laki-laki tunggal dari pasangan Haris aditama dan sofie oktavina. Ayahnya sudah meninggal sejak 2 tahun lalu akibat sakit ginjal yg dideritanya. Ia bekerja sebagai seorang dokter disebuah rumah sakit milik keluarganya dijakarta. Wajah tampan nan mapan membuat dirinya digilai oleh banyak kaum hawa.

Namun, ia tak pernah memikirkannya. Ia menganggap semua itu hanya godaan semata. Ia juga tau bahwa semua wanita yg mendekatinya itu sebab mereka tergiur dengan kekayaan yang dimilikinya. Bukan karna mereka benar-benar mencintainya.

🐛🐛🐛

#Flashback on

"Hallo Assalamualaikum aden." ucap seseorang diseberang sana.

"Iya Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatu bik.  Kenapa? " tanya salman.

"Itu den. Bibi mau tanyak, apa nyonya dijakarta bersama aden? "

"Hah engga bi. Bunda ga sama salman. Emangnya kenapa ya bi?"

" Eee itu den anu eeee kemarin nyonya bilang sama bibi katanya nyonya mau pergi liat caffe, setelah dari caffe katanya nyonya mau nyusulin aden kejakarta. Mau kasih kejutan."

"Trus bi?"

"Karna nyonya ga pulang, bibi fikir setelah dari caffe nyonya langsung nyusulin aden ke jakarta.. Tapi tadi bibi kaget, ga sengaja liat dompet nyonya dirumah. Makannya bibi langsung nelpon aden." jelas bibi panjang x lebar x alas x tinggi x... Ah banyak tingkah lu thor. Hehe.. Maap. Lanjut.

"Jadi bunda belum pulang bi? " tanya salman

"Belum aden, Sudah hampir dua hari."

"Astagfirullah. Kenapa baru ngabarin salman sekarang bi?"

"Aduh bibi minta maaf den. Bibi fikir nyonya nyusul aden kejakarta.Bagaimana ini aden? Ini semua salah bibi. Bibi takut nyonya kenapa-napa. " khawatir bibik

" Yasudah tidak pp bi. Salman pulang sekarang dan biar nanti salman yang cari bunda. Bibi tunggu dirumah saja, jika ada kabar dari bunda tolong langsung kasih tau salman ya bi! "

" Iya aden iya. Sekali lagi bibi minta maaf. Aden hati-hati ya den"

"Iya bi ga pp, ini bukan salah bibi kok. Yauda Salman tutup ya bi Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu"

"Wa'alaikumussalam den"

#Flashback off

Ya Allah bunda dimana bun? Jerit batin salman. Dia kini sedang menelpon orang kepercayaannya dibandung untuk mengerahkan semua anak buahnya guna mencari keberadaan bunda nya saat ini.

Ia memerintahkan mereka untuk memeriksa daftar nama semua penerbangan dua hari yang lalu. Setelah selesai mengurus semuanya. Salman langsung pergi kebandung. Khawatir? Pasti. Sedih? Jelas.

Tapi dia berusaha untuk tetap tenang agar semua bisa dikendalikan. Yah begitulah salman, dia selalu berusaha untuk tetap tenang dalam menghadapi tiap masalah.

√•Kediaman aditama family•√

"Assalamualaikum bi. " ucap lelaki dari sebrang pintu.

" Wa'alaikumussalam. Eh aden bagaimana den?"

" Salman baru sampe bi, tolong tarok semua barang-barang salman dikamar ya bi. Salman mau langsung cari bunda."

"Oh iya den. Aden hati-hati ya."

"Iya bi. Kalo gitu salman pergi sekarang. assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam aden. Ya Allah lindungi majikan dan anak majikan hamba ya Allah. " doa bibik.

Salman pov.

Dering suara handphone mewarnai seisi mobil yg ku kendarai. Aku langsung melihatnya. Dan ternyata itu telpon dari om Adi, orang kepercayaan ayahku. Langsung ku tekan tombol hijau untuk menjawabnya.

"Ya Assalamualaikum. Bagaimana om? Ada kabar tentang bunda? " tanya ku

"Maaf man, semua bandara sudah kami datangi dan kami cek. Tapi nama bundamu tak ada masuk daftar penumpang dalam penerbangan dua hari yang lalu."

"Astagfirullah. Lalu bagaimana ini om?" aku semakin kalut.

"Kemungkinan besar kami mengira bahwa bundamu masih berada dikota bandung. "

"Kalau begitu tolong segera kerahkan semua anak buah om Adi untuk mencari bunda keseluruh penjuru kota." perintahku

"Baiklah man. Akan om usahakan. Ya sudah kalau begitu Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatu"

Aku mematikan handphone ku. Aku terus menelpon nomor bunda berharap bunda mengangkatnya tapi sayangnya tidak. Ah ya lebih baik aku shalat dzuhur terlebih dahulu. Di penghujung shalatku aku menengadahkan tangan.

"Ya Allah hamba kembali menghadapmu memohon ampunan dan ridho mu atas segala dosa-dosa yg hamba perbuat ya rabb. Berikanlah kemudahan kepada hamba untuk bisa segera menemukan bunda. Bantu hamba ya Allah. Lindungi bunda dimanapun bunda berada. Aamin aamin ya rabbal'alamin."

Seusai shalat aku kembali ke aktivitas awalku lagi, yaa mencari bunda. Lagi lagi aku terus menelpon nomor bunda. Aktif tapi mengapa bunda tak mau mengakatnya?.

Oh Ayolah bun, kenapa bunda ga mau angkat telpon salman? Bunda marah sama salman? Batin salman sambil terus menghubungi bundanya. Tapi tiba-tiba setelah sekian banyak aku menelpon bunda... bunda akhirnya mengangkat telpon ku.

" Hallo Assalamualaikum bun. Bunda dimana? Kok ga kasih kabar ke salman?  Bun, bunda ga papa kan? Bunda marah sama salman? Jawab salman bun. " tanya salman p x l.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatu. Maaf mas ini bukan ibu nya mas." jawab wanita diseberang sana.

Deg. Hati salman berdesir mendengar suara wanita disebrang sana. Bukan, itu bukan suara bundanya. Tapi mengapa ia merasakan perasaan yg aneh. Apa ini?

Ia langsung tersadar dari lamunanya, ia berfikir bahwa itu hanya perasaannya saja dan langsung bertanya siapa wanita tersebut.

"Lalu kamu siapa? Mana bunda saya? Bukankah ini handphone bunda saya? Kamu ngerampok handphone bunda saya ya? Atau jangan-jangan kamu yg sudah mencelakakan bunda saya? Ayo jawab kamu siapa? "

"Astagfirullah. Saya bukan... "

"Ga usah ngeles, sekarang kasih tau saya dimana bunda saya. Cepat!!? "Potong ku langsung saat ia belum menyesaikan kata-katanya.

Yah begitulah aku. Jika ada yg menyakiti bunda aku tak akan tinggal diam.

"Eee iya mas. Bun bunda nya mas se sekarang sedang dirawat dirumah sa sakit Ar-Rasyid bandung. " jawab wanita itu gemetar.

Lalu aku langsung mematikan telpon sepihak.

🐍🐍🐍
Nantiin next part nya ya:)

Please terus support cerita ini, biar aku tambah semangat hoho..
Jgn lupa tekan vote+comment kalian🍒
Makasih❤
Maaf kalo banyak typo bertebaran

My Husband Is Doctor KutubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang