Fifi segera menuju keruang inap beliau untuk melihat keadaannya. Ia melihat wanita paruh baya itu tengah terbaring lemah diatas brankar dengan bibir pucat yg terkatup rapat.
Fifi senantiasa menunggu wanita paruh baya itu. Tiba-tiba perasaan aneh menyelinap kedalam hati Fifi, kala ia memandang wajah teduh sosok wanita yang sedang ia jaga.
Nyaman, tenang, juga damai. Begitulah definisinya ketika ia memandang wajah wanita paruh baya itu. Entahlah. Mungkin saja karna saat ini Fifi sedang merindukan ibunya.
Belum juga ada satu hari fifi pergi. Ia sudah rindu saja. Haha.. Dasar payah.
Fifi adalah anak yang sangat dekat dengan ibu panti. Walaupun fifi tau, beliau bukan ibu kandungnya.
Tapi meskipun begitu, hal itu tak pernah menyurutkan rasa sayangnya terhadap ibu pantinya itu. Ibu yang sudah ia anggap sebagai ibu kandungnya.
Fifi tersadar dari lamunannya. Ia baru ingat bahwa ia belum menyelesaikan administrasi wanita yang sedang ia jaga itu. Fifi pun langsung bergegas menuju ke ruang administrasi.
----
"Permisi mbak, selamat siang.""Selamat siang mbak, ada yang bisa saya bantu?" ucap petugas administrasi dengan mengatupkan kedua tangannya di depan dada seraya tersenyum ramah.
"Begini mbak, saya ingin menanyakan biaya rumah sakit dari pasien yang berada diruang inap mawar nomor 131."
"Baik. Tunggu sebentar ya mbak, saya lihat data di komputer dulu."
Fifi mengangguk seraya tersenyum ramah membalas perkataan sang petugas administrasi.
"Total biayanya sebesar Rp10.000.000 mbak."
"Se-sepuluh juta?" Fifi terkejut. Bagaimana ia bisa dapatkan uang sebanyak itu?
"Iya mbak benar. Sepuluh juta."
"Baiklah kalau begitu, terima kasih banyak mbak. Saya akan segera kembali untuk melunasinya."
"Baiklah mbak."
Shaffiya melenggang pergi dari tempat itu. Dia terus berfikir bagaimana ia akan melunasinya. Sedangkan keluarga pasien belum juga ada yg menghubungi.
Namun dia teringat akan sesuatu. Ia mengambil sebuah atm dari dompetnya.
"Tabunganku, yah aku bisa pakai uang tabunganku." ucap dewi batin Fifi.
"Aku harus pakai uang tabunganku. Ga ada cara lain lagi. Ya aku harus pakai uang ini. Kasian ibu itu." ujar Fifi berbicara pada dirinya sendiri.
Lalu fifi kembali ke bagian administrasi untuk melunasi biaya rumah sakit.
"Permisi mbak. Saya ingin melunasi biaya rumah sakit yang tadi mbak."
"Oh iya mbak."
" Ini mbak. Ini atm saya." Fifi menyerahkan atm-nya kepada petugas administrasi.
"Sebentar ya mbak."
Tak lama kemudian, "Ini mbak atm nya." ucap seorang pegawai administrasi mengembalikan atm Fifi.
" Oh ya terima kasih banyak mbak."
" Iya mbak sama-sama. Semoga ibunya lekas sembuh." jawab petuga
Fifi langsung bergegas kembali keruang inap wanita itu. Takut-takut jika beliau sadarkan diri, tak ada orang yang menemaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Doctor Kutub
Fiksi UmumSeorang gadis yang tulus dan baik hati, datang dari sebuah desa terpencil dipelosok kota. Shaffiyah. Gadis itu adalah Shaffiyah. Datang ke bandung untuk mendaftar beasiswa kuliah. Namun skenario Allah sangat luar biasa. Hingga ia bisa bertemu dengan...