PART TWO

528 62 3
                                    

Eunbi masih dalam keadaan shock ketika mendengar kabar bahwa tunangannya meninggal dunia,ia tak menyangka malam yang seharusnya menjadi malam yang bahagia akan berakhir pada duka yang mendalam.

Eunbi menatap datar pada pusara hanbin. ia tak bergerak,tak bersuara hanya kedipan mata yang masih terus mengeluarkan air mata yang menandai bahwa eunbi masih tersadarkan

"Kita doakan agar hanbin tenang dan damai disisinya." Seorang pemuka agama mengakhiri pembicaraannya

Eunbi masih berdiri mematung, memandang lurus dengan hati yang pilu, kata-kata penyemangat dan ucapan belasungkawa tak ia hiraukan bahkan Ia tulikan pendengarannya 

"Ayo nak, kita pulang. Biarkan hanbin tenang." Ibunya berucap tenang

"Eunbi, kuatkan dirimu nak. Untuk hanbin." Kali ini ayahnya

Eunbi tak merespon, jika dilihat eunbi bagai jiwa yang kehilangan sebagian hidupnya sekarang bagaimana tidak, hubungan yang sudah lama terjalin dan akan menuju jenjang yang lebih serius seketika hancur dimalam kebahagiaan. Orang lain tak akan mengerti karena mereka tak merasakannya.

Satu persatu mereka yang menghadiri upacara pemakaman pamit untuk pulang termasuk eunbi, tapi tidak dengan seseorang yang sejak awal berlindung pada balik pohon yang rindang. Setelah keadaan dirasa cukup aman untuk menampakan diri ia bawa tubuhnya duduk dengan kaki yang bertumpu disebelah makam hanbin. Air matanya berlinang tak terbendung, isakan mendalam pilu terdengar dengan jelas. Wanita cantik bergaun Hitam memeluk batu nisan yang masih merah dengan tanah

"Oppa, mengapa seperti ini?"

"Kau berjanji untuk menikahi ku."

"Oppa...."

"Hanbin oppa...."

"gue hamil anak loe!"

**

Ruangannya masih sama, gelap. tak banyak cahaya yang masuk seakan tak berani menyinari sang jiwa yang sepi. Duduk dengan tenang pada kursi kebesarannya, dengan senyum tipis ia pandangi gambar wanita yang sedang menangis ditangannya

"Cantik, meski dengan airmata yang menghiasi wajahmu." Ia menyeringai

"Tapi, bukankah sangat sayang jika airmata itu kau keluarkan untuk pria brengsek seperti dia?" 

"Kau tak boleh, jika bukan menangis karena diriku." Elusan pada gambarnya berubah menjadi remasan yang membuat kertas itu tak terbentuk sekarang

**

Untuk yang mencari alur konflik yang berat jangan terlalu berharap banyak untuk cerita ini ya hehe aku belum terlalu bisa bikin konflik berat berkepanjangan haha
Sorry kalo nyelipin nama dan tokoh yang ngga ada kaitannya sama alur cerita wkwk
Just enjoy it ... Okeh...
Thank for vote and comment
Baayyy

innocentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang