CHAPTER 9.

92 11 1
                                    

Banyak orang menjadikan diri sendiri pemeran utama dalam cerita hidupnya dan menganggap orang lain hanyalah figuran semata. Bukankah itu murni sifat manusia? Karena aku, termasuk dari banyaknya orang itu.

~Syila

_____________________

Happy reading💘

Syila mengikat sabuk hitam di pinggangnya pada baju yang ia kenakan saat ini, menatap lurus lawannya>>Nanta, dengan tatapan tajam.

Dikubu lawan, Nanta juga bersiap sama seperti dirinya, merenggangkan otot tangannya dengan menekuk satu persatu jarinya menimbulkan suara retakan yang sampai ke telinga Syila.

"Ready?"

"Hm"

Syila memulainya, dia tahu serangannya akan sangat terbaca apabila dia langsung memukul wajah Nanta, dia menggulingkan badannya ke depan saat selangkah lebih dekat pada Nanta kaki kanan Syila menyapu kedepan membuat Nanta jatuh tersungkur.

Sialan, gue terkecoh lagi. Batin Nanta

Syila bangun tersenyum penuh arti membuat Nanta kesal melihatnya, Nanta ikut bangkit menyerang saat Syila lengah dengan memutar badannya lalu menendang pundak kanan Syila disambung dengan memukul pipinya lumayan keras, Syila meringis, tak menyia-menyiakan waktu lagi ia segera membalas pukulan tadi dan menyerang Nanta dengan kemampuan yang dia punya.

Keduanya sama-sama jago dalam bela diri, paket cocok jika disatukan dalam sebuah pertandingan, mereka memang mempunyai banyak penghargaan di bidang ini, sejak SMP juga mereka berdua selalu ditunjuk menjadi duta mewakili lomba pencak silat di sekolahnya.

"Nyerah gak lo?" Tanya Nanta dengan nafas memburu.

"Hm."

Sekarang posisi kemenangan berada pada Syila, memang dalam tehnik bela diri ini Nanta akui bahwa Syila lebih unggul daripada dirinya.

Nanta tengkurap menghadap lantai diatasnya ada Syila yang menekan tangan Nanta yang terkunci pada lengannya, tersenyum kemenangan karena berhasil lagi mengalahkan Nanta, itu berarti dia belum lupa tehnik bela diri yang dipelajarinya dulu.

"Lepas bego, sakit."

Syila nyengir kemudian melepaskan tangannya yang menahan tangan Nanta. "Lagian tinggal bilang nyerah aja susah amat, dasar lampir."

Nanta beranjak bangun melihat sekeliling, tidak hanya peralatan bela diri dan boxing, alat-alat untuk GYM juga sangat lengkap disini, kalo saja alat GYM disini boleh disewakan atau tempat ini dibuka untuk GYM umum sepertinya akan ramai, hanya saja alat disini khusus dibeli Oma-Opa untuk Syila, mereka berdua benar-benar orang tua yang baik.

"Mau ngapain lagi?" Tanya Nanta yang melihat Syila bersiap mengganti pakaiannya.

"Boxing kuy? Tangan gue gatel mau mukul samsak hehe." Syila menuju loker pakaian diikuti Nanta yang mengekor dibelakangnya, mereka sama-sama menuju kamar ganti.

"Muka lo ga papa Syil? Perlu gue obatin?"

Tadi saat bertanding kuku Nanta tidak sengaja mencakar pelipis Syila, membuat goresan pendek dan mengeluarkan sedikit darah. Nanta langsung meminta maaf pada Syila, Gadis itu malah tertawa menganggap Nanta lebay, intinya dia memaafkan Nanta dan tidak memperpanjang masalahnya.

"Gwenchana, gue obatin sendiri aja." Syila menjawab santai.

(Gwenchana = Baik-baik saja)

My Crazy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang