Hal yang pertama kali Himawari rasakan saat mendengar sendiri sepupunya mengungkapkan perasaan suka pada kapten voli putra adalah diam tidak percaya. Dia bahkan kehilangan kata. Sepupunya itu tidak pernah seperti itu. Sungguhan. Himawari sudah hidup dengan Haruka sejak kecil. Mereka sekolah di tempat yang sama pula sejak SMP. Sepupunya itu memang terlalu jujur saat bicara, tapi ini adalah kali pertama dia bicara blak-blakan perihal dia menyukai seseorang.
Himawari sih sebal karena selama ini sepupunya bahkan tidak pernah mengatakan apa-apa padanya perihal menyukai si kapten voli putra. Tapi yang membuat dia tidak habis pikir itu adalah jalan pikiran sepupunya yang tukang mengantuk ini.
Sungguhan. Bagaimana bisa dia mengucapkan kata nyaris sakral seperti 'suka' dengan ekspresi seperti itu?! Jelas saja tanggapan sang kapten voli putra juga sama lempengnya.
Ayolah, memangnya siapa yang akan menganggap serius pernyataan perasaan dari orang yang mengatakannya dengan wajah mengantuk dan ekspresi datar? Tidak ada. Iya. Kecuali ada yang salah dengan otaknya.
Himawari... Dia mendesah keras. Hidup dengan Haruka sejak kecil, dia mengerti benar seperti apa sepupunya. Haruka bukan tipe orang yang sembarangan mengucapkan kata seperti 'aku menyukaimu'. Dan dari awal, Himawari bahkan tanpa butuh waktu lama, dia percaya jika ucapan yang Haruka katakan memang sungguhan. Bukan sekedar basa-basi atau bercanda. Tidak. Itu sungguhan. Meski ya... Cara bicaranya seperti itu. Dia.. Memang susah dimengerti sih.
Dia berdiri di ambang pintu masuk kelas salah satu anggota tim voli putra. Lebih tepatnya, Himawari berdiri di depan kelas Aran, si wakil ketua tim voli putra.
Kemarin, nyaris seluruh anggota tim basketnya bergosip. Bukan sembarang gosip, apalagi sepertinya gosip satu ini sudah menyebar luas. Iya. Perihal trio kelas dua tim voli yang datang melabrak Haruka. Himawari tidak terlalu pusing sih karena hal semacam itu. Dia tahu, Haruka selalu punya cara untuk menyelesaikan masalahnya. Meski caranya lebih banyak tidak biasa. Hanya saja, Haruka harus tahu alasan dibalik trio pembuat onar itu melabrak Haruka. Mana mungkin kan mereka melabrak Haruka karena sepupunya itu melakukan kokuhaku? Kan bukan sekali ini saja ada siswi yang melakukan kokuhaku pada si ketua tim voli itu. Kalau memang itu alasannya, berarti trio pembuat onar ini sungguhan overprotective pada sang kapten?
Nah, daripada banyak suudzon, lebih baik Himawari mencari tahu sendiri alasannya pada sumber yang paling bisa dipercaya. Dan tentu saja pilihan utamanya itu si wakil kapten tim voli. Ojiro Aran. Kalau Akagi sih, bisa dipastikan dia melebihkan ucapannya.
Himawari itu orang yang dikenal luas oleh murid Inarizaki. Oh tentu saja. Dia tinggi, cantik, atletis, ketua tim basket putri lagi. Seidaman itu memang. Jadi ketika dia mendatangi kelas lain, tidak heran saat banyak orang yang menyapanya.
Aran datang tak lama setelah ia dipanggil. Keduanya berdiri tak jauh dari ambang pintu.
"Gomen Aran kun, aku tidak mengganggu kan?"
Aran menggeleng singkat. "Tidak Himawari san. Sama sekali tidak mengganggu."
Himawari tersenyum manis. Mengangguk semangat. Tidak sadar membuat Aran sedikit tersipu.
"Oh, nee Aran kun, kemarin itu, sebenarnya apa yang terjadi?" Himawari menanyakan hal itu tanpa basa-basi. Sungguhan langsung ke intinya.
Karena nyaris semua orang tahu kalau Himawari adalah sepupu Haruka, maka Aran bisa dengan mudah menebak kemana arah pertanyaan si gadis. Iya. Apalagi kalau bukan soal trio anak kelas dua pembuat onar tim-nya itu.
"Tentang Shinsuke?" Dia masih memastikan. Takut salah. Ayolah, mau ditaruh di mana wajah Aran saat asal menjawab?
Himawari mengangguk cepat. Tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
FanfictionNamanya Kita Shinsuke. Kapten tim voli putra Inarizaki yang isinya dipenuhi kouhai pembuat onar. Kapten tim ekstrakurikuler paling sabar, rajin dan tabah yang dimiliki SMA Inarizaki. Namanya Ryuugasaki Haruka. Anggota komite perpustakaan Inarizaki...