13. Wrong Direction

2.1K 339 22
                                    

Pintu gymnasium terbuka. Satu sosok berdiri dengan kotak bekal super besar sementara tangan lainnya digunakan buat menutupi kuapan.

"Hima... Kau melupakan bekalmu..." Dia bicara dengan nada malas. Matanya tertutup dan terbuka. Tidak sadar jika kehadirannya di gymnasium lebih dari cukup membuat semua kegiatan di sana terhenti. Membuat nyaris semua pasang mata menatapnya, heran.

Semenit.

Lima menit.

Tidak ada yang menyahuti apalagi sampai berjalan mendekatinya. Si gadis mengernyit, dia mendesah kesal sebelum akhirnya berjalan meski dengan langkah yang terkesan malas.

Untuk kali pertama setelah sampai di gymnasium, matanya terbuka. Dia mengerjap beberapa kali saat tidak mendapati satupun anak-anak anggota tim basket di sana.

Tatapan matanya berpendar ke seluruh gymnasium. Mencari. Tapi tetap saja, wajah-wajah di dalam gymnasium itu tidak berubah sama sekali.

Sekali lagi. Dia mengerjap. Kali ini bahkan dia terpaksa mengusak matanya buat menyadarkan diri. Mana mungkin kan dia sebegitu tidak sadarnya sampai berhalusinasi melihat bola voli di mana-mana?

Eh? Bola voli?

Si gadis mengernyit.

Tunggu dulu, tunggu dulu. Selama dia bersekolah di Inarizaki, tidak sekalipun dia salah sasaran begini. Mana mungkin dia salah mendatangi gymnasium kan? Sengantuk apa pun dia, dia tidak pernah salah melangkahkan kakinya buat mendatangi gymnasium tempat basket putri. Lalu apa-apaan pandangan di depannya ini?

"Saki san, sepertinya kau salah tempat," Akagi yang pertama kali mendatanginya sekaligus menyapanya saat dia terlihat kebingungan. Iya bahkan matanya tidak seperti orang mengantuk lagi.

Sekali lagi, Haruka mengerjap. Keningnya mengernyit dalam. Ditatapnya sosok itu, lekat.

"Naa Michinari kun, aku tidak mungkin salah tempat, kakiku sudah hafal tempat latihan anak basket putri, sekalipun aku berjalan sambil tidur."

Eh jadi dia sadar kalau dia sering berjalan kaki sembari tidur?

Begitulah ekspresi wajah yang ditunjukkan nyaris semua sosok yang berada dalam gymnasium itu. Beruntung pelatih sedang ada urusan, jadi Haruka tidak akan kena omel karena masuk begitu saja. Membuat keributan lagi.

"Ryuugasaki," Sosok itu berjalan mendekat. Dengan ekspresi khasnya dia berhenti tepat di depan si gadis. Menatapnya datar. "Kami meminjam gymnasium tempat tim basket putri."

Kali ini Haruka diam untuk sesaat sebelum akhirnya napas ia embuskan, berat. Mendesah kasar. Dengan kesal dia meletakkan kotak bekal super besar yang ia bawa, kemudian mengambil ponsel dari saku celana trainingnya -dia memakai celana training dan kaus lengan panjang bukan seragam sekolah-

"Hima, kau di mana?"

"Di gymnasium tempat anak basket putra, ada apa Haru chan?"

Haruka mengernyit. Matanya sedikit memincing saat mendengar jawaban itu.

"Bento--"

"Ah bento yang di atas meja makan kan? Aku membawanya,"

Oh begitu. Pantas saja anak ini tidak sadar mengenai bekal yang ia buatkan sebanyak ini.

"Haru chan? Moshi Moshi..."

"Hn?"

"Kau di mana sekarang?" Suaranya terdengar panik.

Haruka menghela napas pelan. "Di sekolah, aku melupakan sesuatu di perpustakaan, jaa aku tutup."

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang