Bagian 1

2.1K 222 180
                                    

Suara deruman motor meriuhkan suasana pagi digerbang SMA Kencana, terlihat di sana Lintang sebagai ketua geng motor Coaster tengah siap memberikan aba-aba pada anggotanya untuk bersiap masuk ke area parkiran sekolah.

Lintang dikenal sebagai pria yang dingin, cuek, pemarah, segala kemauannya harus terlaksana tidak boleh ada satupun yang menolak. Tidak takut kepada siapapun kecuali tuhanya, bahkan orangtuanya sendiripun ia tidak akan pernah merasa takut jika memang harus beradu mulut ataupun tangan dengan dirinya.

Motornya kini sudah berjejer rapi diparkiran, tidak ada yang mau parkir berdekatan dengan mereka kecuali anggota dari geng mereka itu sendiri. Karena geng Coaster dikenal dengan anggotanya yang memiliki sikap bengis dan egois, meskipun tidak semuanya.

Lintang melepas helmnya kemudian ia turun dari motor yang baru saja dibelinya kemarin hasil dari balapan liar.

"Sepeda siapa ini?!" tanya Lintang dengan lantang.

"Gue tanya sepeda siapa ini?!" tanyanya lagi, suaranya makin meninggi.

"Gaada yang ngaku? Gue bocorin nih bannya!"

Setelah mendengar perkataan itu, wanita berambut panjang yang diikat oleh pita berwarna biru langsung berlari menghampiri Lintang.

"Itu sepeda saya kak, ada apa yah?" ucap wanita itu dengan herannya.

"Lo murid baru yah?!" tanya Lintang geram.

"Iya kak," balas wanita itu.

"Pindahin sepeda lo sekarang juga!" Lintang menatap tajam gadis itu lalu ia pergi meninggalkannya.

"Lah emangnya kenapa? kan di sini juga masih luas," tanya gadis itu sambil menahan tas Lintang.

"Buset dah berani amat dia, perang dunia mungkin sebentar lagi akan terjadi." Erik menepuk jidatnya, kaget akan balasan yang dilontarkan oleh gadis si murid baru tersebut.

"Seru nih, asupan dipagi hari," ujar Devan, temannya Lintang.

Lintang menghentikan langkahnya, memegang tali tasnya erat-erat. "Heh murid baru! pokoknya lo harus pindahin sepeda butut lo itu, perih mata gue liatnya." Ia menunjuk ke arah matanya.

"Sembarangan! kalau matanya perih, copot aja! biar gak nyusahin," balasnya dengan nada yang sama tinggi dengan Lintang.

"Lo bilang apa barusan?" Lintang mendekatkan wajahnya dengan wajah gadis itu.

"Tuli yah, Kak?" Renata mandelikan matanya.

"Gue peringatin lo buat terakhir kalinya, jangan pernah muncul lagi dihadapan gue! gadis miskin kaya lo gapantes buat sekolah disini." Lintang mendorong sebelah bahu Renata.

"Emang nya sekolah ini punya kakak? lagian disini juga gak ada tuh peraturan buat yang sekolah disini harus berasal dari orang kaya." Renata menggedikan kedua bahunya, ia tak mau kalah bicara dengan lawannya. Pasalnya Renata tidak tahu siapa lawan bicaranya saat ini, jika saja ia tahu maka habislah dia.

"Punya nyali juga lo," desis Lintang. Ia menarik kerah baju Renata dengan paksa wajah kedua orang itu semakin dekat.

"Wess, wess, kalem bos kalem. Masih pagi nih mending kita cari udara segar aja, gak baik ribut sama cewek gak akan ada ujungnya." Seno melerai  keributan yang ada disana, ia menarik pelan Renata kebelakang tubuh nya.

"Inget omongan gue!!" ketus Lintang meninggalkan mereka yang masih berdiri disana.

"Udah gak usah diladenin, lain kali lo bisa cari tempat lain buat parkirin sepeda lo. Dia emang gitu sikapnya sensian," ujar Seno ramah.

THE COASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang