Bagian 2

1.3K 183 100
                                    

Jangan lupa vote dulu yah
Terus komen deh suka-suka asal sopan aja biar enak kalau dipandang sama orang nanti.

Happy Reading

Nyelesain masalah itu pake kepala dingin, omongin baik-baik. Bukan marah-marah yang bikin api semakin berkobar.

-Renata Putri Gemilang


Bu Soma tengah sibuk memperhatikan wajah-wajah berandal yang kini sedang ada dihadapannya. Ia merasa heran dengan sikap mereka yang tidak pernah kapok untuk selalu berbuat onar.

"Kalian nih udah kelas 12 masih aja gak berubah," ujar Bu Soma.

"Kita bukan power rangers, Bu," balas Erik.

"Kalau kita berubah nanti ibu suka lagi sama kita. Eeaakkk," tambahnya. Lagi-lagi perkataan Erik bisa membuat ketiga sahabatnya tertawa.

"Hushh, bu Soma sukanya sama si Adit bukan kita," Sahut Devan menyambar.

"Kalian ini kalau dinasehatin ngejawab terus!" tegas Bu Soma.

"Berarti saya pinter bu."

"Pinter matamu!"

"Pinter bohong maksudnya, hahahhaha," ucap Devan dengan tawanya yang menggelegar.

"Rik, Dev diem!" celetuk Seno.

Kini mereka berempat sudah keluar dari ruangan bu Soma, mereka membawa surat panggilan untuk orang tuanya masing-masing. Tapi, sekuat apapun pihak sekolah menyuruh  mereka untuk datang bersama orang tuanya, tetap saja usahanya nihil tak pernah berbuah sedikit pun. Entah itu karena keluarganya tidak peduli terhadap mereka atau karena mereka tidak pernah memberikan suratnya. Entahlah dasar geng Absurd, ga patuh sama aturan!

"Kantin belakang apa utama nih bos?" tanya Devan menggoda.

"Utama," balasnya dingin.

Mereka bertiga mengangguk serempak, tak lupa juga mereka menghubungi Askal yang tadi pergi kekelas lebih awal karena katanya dia ingin mengerjakan PRnya. Ahh Askal kau idamanku.

Suasana kantin masih terlibat sepi, karena saat ini bukanlah jamnya untuk istirahat. Sudah biasa bagi mereka membolos jam pelajaran hanya untuk bercanda tertawa ria dengan ocehan Erik maupun Devan yang saling menyahut tak mau kalah.

"Nihh yah gue punya tebak-tebakan," ujar Erik dengan wajah yang terlihat sok serius.

"Apa nih apa?" tembal Devan yang kepo langsung menyambar perkataan Erik.

"Ikan apa yang bau banget?" tanya Erik dengan menggerak-gerakan kedua alisnya.

"Ikan Tongkol? Ikan Jaer? Ikan Mas? Ikan Koi? Ikan Lele? Ikan-ikanan?" jawab Devan bertubi-tubi sembari menjentikan tangannya.

"Ikan Asin?" tanya balik Lintang.

"Van lo mau jual ikan apa?" tanya Erik yang belum memberikan jawaban sebenarnya.

"Semoga jadi bos nya aja, kan biar kaya lagu dangdut."

"Aishh sijuragan Empang." Erik memukul pelan belakang kepala Devan.

"Rik!" Suara tegas itu terdengar sangat tajam.

"Jadi apa jawabannya?" lanjut Seno serius.

"Sabar sabar, jadi jawaban nya adalah-" Erik menggantungkan jawabannya.

"Apa?!" balas mereka kompak.

"I, ih kan lo! Hahahahahaha,"

Sama sekali tidak lucu, hanya Erik yang tertawa disana. Ketiga sahabatnya menatap Erik dengan tajam seperti ingin sekali menampolnya dengan wajan bi Eti yang selalu digunakan untuk membuat seblak dikantin.

THE COASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang