"Nay, lo tuh manis tau."
"Bisa banget ya lo Semesta bikin gue pusing."[ t e n t a n g s e m e s t a ]
____________________________________
Setelah Anaya menyimpan belanjaannya dan membersihkan diri, sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.
+62-xxx-xxxx-xxx
|hai anaya
semesta ya?|
|tau aja lo, hehe
|save nomor gue ya
|jangan lupa besok kita berangkat barengiya|
nggak lo ingetin juga|
gue bakal inget|hahaha
|yaudah
|see you tomorrow, manis.Pesan terakhir dari Semesta membuat jantung Anaya berdetak kencang. "Apa-apaan anak itu? Jantungku jadi nggak karuan," Batin Anaya. Anaya segera menyimpan nomor tersebut.
____________________________________
Pagi menyapa apartemen Anaya. Sinar mentari menyinari kamar Anaya, membuatnya terbangun. Anaya segera memeriksa jamnya.
setengah enam pagi.
Anaya masih memiliki banyak waktu sebelum Semesta menjemputnya. Ia segera membereskan kamar tidurnya, lalu bersiap sekolah.
____________________________________
Semesta sudah siap untuk berangkat. Saat ini ia mengunyah roti coklat dalam perjalanannya ke apartemen Anaya.
memang bucin.
Semesta melihat sebuah toko cokelat, dan ia mendapat sebuah ide.
mampir sebentar ke toko cokelat itu tak apa, kan?
____________________________________
Anaya sedang menikmati sarapannya saat ponselnya berdering. Semesta, ternyata. Ia mengangkat panggilan tersebut. "Halo?"
"Ah, Anaya." Suara familiar itu menyapa telinga Anaya. "Kenapa, Ta?" Tanya Anaya. "Anu, gue kayaknya agak telatan sampai ke apartemen lo. Gue ada urusan sebentar."
Anaya mengangguk, walaupun ia tahu Semesta tak bisa melihatnya. "Yaudah, selesaiin urusan lo dulu, gue belakangan," jawab Anaya. "oke Nay, gue tutup ya? See you."
____________________________________
Anaya berjalan santai keluar apartemennya. Anaya tidak terkejut melihat Semesta sudah menunggunya di depan gerbang apartemen.
"Hai cantik," sapa Semesta, membuat Anaya terkekeh. "Jangan gitu Ta, nanti gue baper." Balas Anaya. Semesta mengelus pelan surai cokelat Anaya.
"Baper juga nggak apa-apa, siapa tau kita jodoh."
Satu kata tersebut langsung membuat pipi Anaya memanas. Telinganya memerah, membuat Semesta terkekeh. "Yaudah, yuk berangkat. Nanti telat."
"Ohya, Nay?" panggil Semesta sebelum mereka benar-benar berangkat. "Kenapa, Ta?"
"Di tas gue ada sesuatu buat lo, plastik putih, ambil aja."
____________________________________
Semesta memarkirkan motornya, sementara Anaya menunggu di sampingnya. "Semesta," panggil Anaya. Semesta menoleh. "Kenapa, Nay?"
"Makasih udah nganterin gue, padahal gue bisa naik bus aja," ujar Anaya. Semesta tersenyum, mengusak surai Anaya yang bersinar diterpa cahaya mentari.
"Sama-sama, biasain diri ya. Bentar lagi gue bakal jadi ojek pribadi lo."
____________________________________
Setelah berpisah dengan Semesta di depan pintu kelasnya, Anaya disambut oleh seruan-seruan dari teman sekelasnya.
"CIEEE ANAYAA DIANTERIN SIAPA TUH??"
"SEMESTA ANAK KELAS SEBELAH BUKAN SIH?"
"PEJE DONG PEJE!"
Semua seruan tersebut membuat Anaya bersemu. "Udah ah, kita baru kenalan. Belum tentu juga dia suka sama gue," balas Anaya.
"WIHH JADI ANAYA NAKSIR NIH SAMA SEMESTA? CIEE!" Ternyata balasan Anaya malah menimbulkan lebih banyak seruan.
Anaya pun jengah. Ia memutuskan lebih baik segera menduduki kursinya dan menyumpal telinganya dengan earphone, agar seruan seruan konyol itu tidak terdengar.
____________________________________
Semesta, setelah menaruh tasnya di kursi, memutuskan untuk pergi ke kantin, yang berarti ia akan melewati 11 IPS 2, kelas Anaya.
Semesta mendengar semua keributan yang disebabkan oleh dirinya dan Anaya. Ia juga melihat Anaya yang bersemu-hal favorit Semesta yang membuatnya gencar menggoda Anaya.
Semesta tersenyum.
____________________________________
[ t e n t a n g s e m e s t a ]
CRVITIES, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
tentang semesta | seongmin. ✔
Fanfictionini tentang semestamu, semestaku, dan semesta kita. cravity lokal!au 1975files, 2020