01

141 7 11
                                    

Vani tidak pernah bertemu sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Vani tidak pernah bertemu sang ayah. Tapi kata sang ibu, sang ayah adalah sosok baik hati yang dapat membuat semua perempuan jatuh cinta. Mata Vani katanya diwariskan dari sang ayah yang sekarang tak tahu dimana. Sebenarnya Vani heran, kalau ayah sebaik hati itu kenapa orang tuanya bercerai?

Sang ibu sendiri ketika ditanya hanya akan tersenyum manis seakan memori kecil itu amat berharga. Tetapi ia bahkan tak pernah menceritakan alasan akan hilangnya ayah. Dari sekian kata yang pernah ibunya ucapkan ketika ia bertanya akan sang ayah, yang paling Vani ingat adalah ketika sang ibu menjawab bahwa kehadiran sang ayah hanya akan membuatnya berbahaya.

Vani tidak tahu apa sebabnya. Dan Vani tidak akan bertanya lebih lanjut. Meski memang sang ibu sendiri tidak marah, atau sekedar mengeluh atas pertanyaan berulang si perempuan tentang ayahnya -Vani tau sebesar apapun cinta tersebut pasti ada setitik hal pahit yang menyebabkan mereka berpisah.

"Ingat, kalau ada yang nakal langsung pukul ya!"

Sang ibu memperagakan seolah tengah meninju lawan. Kemudian keduanya tertawa sebelum yang lebih muda segera memasukkan kembali bekalnya yang ia icip sedikit kedalam tasnya. Ia melambaikan tangan kearah sang ibu sebelum menutup pintu mobil.

Kini Vani berdiri di depan sekolahnya, ia melangkah gontai karena merasa tidak ingin ke sekolah.

"Kata bunda nih ya, mengawali pagi tuh harus semangat."

Tanpa menoleh, Vani sudah dapat menebak siapa sumber suara tersebut. Ia cukup menghembuskan nafas kasar sebelum yang menjadi sumber suara menyenggol tubuhnya.

Perempuan itu selalu berjalan riang ketika masuk sekolah. Bagaikan penebar energi positif, ia selalu tersenyum dan bersikap ramah. Terkadang Vani tidak mengerti emosi perempuan yang sekarang di hadapannya itu.

Vani mau tak mau tersenyum kecil. Ia kemudian menyamakan langkah dengan si perempuan yang merupakan salah satu dari teman satu SD nya. Kalau boleh jujur, ia sendiri bingung bagaimana ia bisa berkumpul dengan 5 teman SD nya di SMA yang sama.

Yang pertama, tentu saja perempuan riang penebar energi positif alias Kamalia Andara Zia. Ketika si perempuan berhenti menyapa di pagi hari, itu berarti ada yang salah dengannya. Omong omong, Lia dan Vani tidak sekelas. Vani ada di IPA 5 sedangkan Lia ada di IPA 3.

"Dadahhh, duluan ya." Lia melambaikan tangan dengan senyuman bertengger di wajahnya. Ia kemudian menghilang di balik pintu kelasnya.

Dan Vani kembali sendiri, ia bergerak ke kelasnya yang harus melewati 1 kelas lagi dari kelas Lia. Beberapa orang berdiri di lorong kelas, membuat Vani menunduk dan berjalan pelan.

Vani akhirnya sampai di kelasnya. Tatapan tajam teman sebangkunya membuatnya menaikkan alis. "Kenapa?" Tanyanya.

Yang ditanya mendekatkan wajah, dan mengamati wajah Vani sebelum ia kembali menarik diri. "Lo bergadang kan?!"

POWER.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang