06

42 7 5
                                    

Lia melihat sekelilingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lia melihat sekelilingnya. Badannya sudah tampak seperti patung yang sama sekali tidak bergerak, hanya matanya yang bergerak mengitari ruangan.

"Kamu betul betul mirip Sephira. Hehehehehe."

Reflek, Lia menoleh kearah kiri. Dari remang remang kasar, di dekat jendela terduduk seorang nenek tua. Wajahnya tidak semenyeramkan yang Lia kira. Tapi tidak mengubah fakta kalau ia bisa jadi berbahaya.

Si penyihir memakai dress bewarna hijau lumut. Dengan kalung besar dan cincin berlian. Dilihat bagaimanapun, si penyihir terlihat seperti seorang gypsi.

"Sephira?" Dengan memberanikan diri, Lia bertanya.

Si penyihir mengalihkan pandangannya dari Lia dan berjalan menuju meja di hadapannya.

"Anakku."

Mungkin, Lia bisa tenang. Karena, pasti jika ia mirip dengan anaknya mungkin si penyihir bisa mudah luluh dan memberi jawaban.

"Tapi dia sudah mati."

Kembali, Lia jadi semakin tertekan.

"Anak itu anak gila. Dia memihak kepada pamannya tentang kejadian 10 tahun yang lalu." Keluh si penyihir, ia menuangkan sesuatu dari teko ke gelas. "Kemari, minum sedikit. Hehehehheheh."

Lia bergidik ngeri tiap tawa kikikan itu keluar dari mulut si penyihir. Tetapi ia tetap terus bergerak dan duduk di hadapan si penyihir.

"Kalau boleh tau, kejadian 10 tahun yang lalu itu apa?" Tanya Lia pelan, ia mengaduk minuman yang disodorkan sang penyihir untuknya.

"Dia berkhianat."

Oke, Lia jadi takut kalau kalau ada fakta seperti si ibu penyihir membunuh anaknya sendiri karena ia berkhianat.

"D-dari?"

Lia menelan ludah ketika tatapan tajam si penyihir di lontarkan padanya. Kemudian ia menyesal kembali bertanya, karena si penyihir kembali terkikik cempreng.

"10 tahun lalu. Zaman orang tua si kembar. Terjadi pemberontakan hebat dari seorang lelaki haus kekuasaan." Si penyihir menyesap minumannya sebelum melanjutkan.

"Si lelaki meminta bantuan dari seorang penyihir untuk membantunya. Tebak kepada siapa ia datang?"

"Saudara lelaki mu?" Lia menjawab, masih tidak menatap si penyihir.

"Tepat. Anak bodoh itu membantunya, karena baginya jumlah uang yang diberikan si lelaki lebih menggoda. Kakakku itu memberi tahu cara memanggi monster dari dimensi lain dan membantunya. Setelahnya, anakku terkena getahnya. Anak itu jatuh cinta dengan si maniak kekuasaan."

POWER.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang