"Selamat datang- kalian siapa?"Suara berat terdengar dari hadapan mereka. Dan Asya tidak suka hal ini. Perempuan itu jantungan setengah mati dan berpikir bahwa ia akan mati, tetapi nyatanya ia muncul di tempat antah berantah dengan posisi tertidur di rerumputan.
Ketika ia mendudukkan diri, ia hampir terlonjak ketika melihat seorang laki laki tegap di hadapannya. Wajahnya tampak tak kalah kaget melihat Asya. Dan ketika ia melihat ke sekelilingnya, ia bersyukur teman temannya masih ada disampingnya. Berarti ia bisa mati bersama.
"Jangan bunuh gue, plis." Asya menunduk, tangannya bergerak berposisi memohon.
"Kamu siapa? Raja pasti tidak akan senang jika aku membawa anak anak tidak jelas ke dunia ini." Lelaki itu berdecih. Kalau dilihat lihat, lelaki itu memakai pakaian ala ala ksatria di buku cerita. Dan Asya tidak bohong kalau wajah lelaki tersebut tampan.
"Aku- eh saya Asya..." Asya menundukkan kepala. Malu sendiri ketika lelaki di hadapannya menatap wajahnya lekat lekat.
Lagian kenapa kawan kawannya belum ada yang membuka mata sih?!?? Jangan jangan mereka mati?!?!
"Eh, kak, temen temen saya gak apa apa kan??" Asya berkata sopan, takut dibunuh karena ia bisa melihat sebilah pedang disampirkan di pinggang sang lelaki.
"Mereka harusnya bangun sebentar lagi. Tapi kamu, gimana caranya kamu melewati perbatasan??" Lelaki itu bertanya, ia menjongkokkan diri agar menyamakan tinggi dengan Asya yang terduduk di rerumputan.
"Saya cuma ngikutin teman saya. Ampun. Saya gak ada maksud apa apa." Asya meringis.
"Devani Putri Renggana?" Tanya sang lelaki.
Mendengar nama kawannya disebut, ia memberanikan diri mengangkat kepala. "Eh iya, kok tau saya ngikutin dia? Eh tapi nama Vani kan cuma Devani Renggana?"
Tak ada jawaban. Lelaki itu kembali berdiri. "Kamu harus bangunin Devani dan yang lain secepatnya. Kita gak punya waktu banyak." Gerutu lelaki tersebut.
Maka, karena tidak mau dibunuh atau ditawan dengan laki laki cosplay dihadapannya, Asya berdiri dan bergerak kearah teman temannya. Menampar pelan wajah kawannya agar segera terbangun.
Dan itu berhasil, satu per satu terbangun. Malahan ketika Dea terbangun, perempuan itu ikut membalas menampar Asya.
Ketika Vani berdiri. Lelaki itu menundukkan kepalanya seakan tanda hormat. "Nona Devani, anak dari Destria dan Rangga. Selamat datang." Katanya membuat Vani menoleh kearah kawan kawannya dengan bingung.
Asya sendiri menggerutu di tempat. Toh lelaki itu bahkan tidak menyambutnya dengan ikhlas ketika ia terbangun.
"Eh siapa?" Keluh Vani. Ia memundurkan diri.
"Aku Daniswara, pengawal yang akan membimbing anda dalam perjalanan ini." Lelaki Daniswara itu tersenyum, menambah kesan manis di wajahnya.
"Perjalanan apa?!??" Vani bertanya, masih menjauhkan diri dengan si lelaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
POWER.
FantasyVani pikir, hidupnya yang biasa biasa saja ini tidak akan lebih aneh dari saat diceritakan bahwa hidupnya antara hidup dan mati di negeri antah berantah. Tetapi ketika seseorang mengatakan bahwa ia memiliki kembaran, mungkin Vani bisa menggila saat...