"Mama, kenapa mereka menempati rumah Paman Baker?"
"Karena Paman Baker sudah meninggal."
"Kenapa dia meninggal?"
"Entalah."
Itulah yang dikatakan mamaku. Tidak ada yang aneh dengan pemilik baru rumah itu. Yang kutahu mereka adalah kerabat Paman Baker yang menempati rumah putih di seberang.
Aku menganggap mereka keluarga biasa. Aku bahkan bermain dengan anak mereka, Mark. Tetapi saat aku kelas enam, semuanya mulai terlihat aneh. Mark mulai jarang masuk sekolah. Dia menjadi lebih pemurung. Bahkan sering menolak ajakan bermain PS-ku.
Tidak hanya Mark, orang tuanya juga jarang datang ke rapat dan acara-acara kompleks. Itulah yang dikatakan orang tuaku.
"Hey, katanya ada game baru yang dirilis, loh," ujar Gilang semangat.
"Wah, mantap! Pasti seru," jawab Matt sembari memakan baksonya.
"Sabtu mau main, gak? Tapi di rumah lu, ya" Gilang menunjukku dengan garpunya.
"Kenapa gue?" protesku.
"Rumah lu kan enak buat main, deket lagi."
Aku menghela napas. "Iya, iya. Kalian yang beli camilan, ya."
"Siap!"
"Eh ... gua ajak Mark, ya. Biar rame." Entah pikiran apa yang membuatku menanyakan ini.
"Yaudah."
***
"PERMISI. MARK."
Sudah berkali-kali aku berteriak memanggilnya, menggedor-gedor pagar rumahnya, bahkan mengirimkan puluhan pesan dan telepon. Tapi tidak ada respon satupun.
"Woi! Gimana? Mark jadi ikutan?" tanya Gilang yang baru tiba dengan Matt.
"Ga tau, nih. Udah dipanggil daritadi, gak ada jawaban. Padahal mobilnya ada."
"Kemarin adik kelas gue bilang kalo Mark udah ga masuk kelas lebih dari seminggu. Guru-guru bahkan sulit menghubungi keluaganya," ujar Matt sembari memarkir sepedanya di depan pagar.
Tiba-tiba ada pesan masuk ke handphone ku. Aku mengambil ponsel di saku celanaku.
From : Mark
Paman Baker dibuandjhshd
"Siapa?"
"Mark. Tapi pesannya aneh," jawabku sembari menunjukkan layar ponselku pada mereka.
"Paman Baker siapa?"
"Itu loh, pria yang tinggal di sini sebelum Mark."
"Ohh ... Kakeknya Mark, ya. Kenapa tiba-tiba dia kirim pesan ini?"
"Mana gue tau. Mau coba ku—"
Tiba-tiba ponselku berbunyi. Tampak layar panggilan bertuliskan Mark. Dengan cepat aku memencet tombol hijau dan tombol loudspeaker agar mereka bisa mendengarkan.
"Halo, Mark." Tidak ada jawaban. Namun, kami bertiga bisa mendengar suara napas lemah seseorang.
"Kak Emily ... tolong ... aku!" jawab Mark dengan suara lemah.
"Apa yang terjadi? Kamu dimana?" tanya Gilang panik.
"Cepat ke ruang baca. Kakek Baker sebenarnya di—"
"Halo, Mark. Halo?" Sambungan telepon kami mendadak terputus. Aku kembali meneleponnya, tapi tidak bisa dihubungin.
"Jangan-jangan terjadi sesuatu di dalam."

KAMU SEDANG MEMBACA
GenFest 2020: Mystery x Thriller
Mystery / ThrillerBagaimana kamu menemukan kebenaran tersembunyi sementara rasa ngeri menggorogoti? ** Dalam Genre Festival yang diselenggarakan oleh Nusantara Pen Circle kali ini, para penulis akan menyajikan sebuah karya dengan Genre Mystery yang dipadukan dengan...