LOHA guys! 🌻
Sorry rada maleman up nya hehe
Jangan lupa vote peach please 😭
Follow juga ya biar kamu ga ketinggalan cerita ini!💛
Happy reading! 🌻Tok tok tok
"Nak, kamu udh bangun?" Arlin yang mendengar suara Erna segera membukakan pintu dengan keadaan handuk yang dililitkan di rambutnya yang basah. "Kalau Arlin udah siap, turun kebawah ya nak kita sarapan" Arlin hanya mengangguk sembari mengeringkan rambutnya.
...
Arlin turun ke bawah sudah terlihat Erna yang sedang menunggu di meja makan "hari ini mau mami antar?" Arlin duduk di meja makan kemudian mengangguk lagi "hari ini mau mami antar?" Arlin mengerti maksud dari maminya yang mengulang pertanyaannya "Iya, mi" Erna yang mendengar itu terkekeh "mami nanya nya ngomong, kok Arlin jawabnya pake bahasa isyarat" Arlin hanya menyungging kan senyumnya. "Mami gak bisa jemput ya nak nanti, mami ada rapat guru" ya, wajar saja maminya pasti sibuk karna tahun ajaran baru,"iya mi" mereka selsai sarapan kemudian bergegas pergi ke kampus yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Sebenarnya bukan karena mengidolakan kampus tersebut, hanya karena jarak dari rumah yang tak terlalu jauh, selain itu Arlin juga masuk kampus tersebut jalur 'orang dalam' pamannya adalah dosen fakultas ilmu komunikasi karna itu sangat mudah bagi Arlin untuk masuk kampus tersebut.
...
Arlin dan Erna sampai di kampus, segera mereka keluar dari mobil tak lupa Arlin menyalimi tangan Erna dan hendak berlalu, "nak, mami harap kamu bisa ceria lagi seperti dulu. Mami kangen Ed- eh uh, Arlin mami yang cerewet dan periang" sejenak Arlin tampak kaget karna Erna nyaris menyebutkan nama lamanya, kemudian memasang wajah datar semula dan berlalu meninggalkan mami nya yang masih menatap punggungnya.
...
"Yok maba Fk. Ilmu budaya antropologi, arkeologi, dan bahasa asing baris di depan saya!" Tanpa di suruh dua kali semua maba ilmu budaya baris dengan rapi begitu juga dengan Arlin, ia berada di tengah barisan dan perbatasan antara maba cewek dan maba cowok. Risih Arlin merasa risih karna sedari tadi tak sedikit pasang mata yang menyorotinya bagaimana tidak? Tubuh tingginya yang menonjol diantara para cewek² yang mayoritas tinggi badannya 165 kebawah sedangkan Arlin dengan tinggi 172 itu berdiri di tengah², tak hanya itu wajah yang rupawan, rambut yang lebat hitam dan indah serta proposi tubuh yang pas membuatnya terlihat seperi boneka hidup. Upacara penyambutan serta pembukaan OSPEK sudah dibuka, semua maba dan para senior serta para dosen dan dekan menjalani upacara dengan baik.
...
Upacara selesai barisan para maba tak di bubarkan karena ada Pengecekan atribut OSPEK, Arlin tak membawa apapun dia hanya membawa badan dan tote bag nya saja. Tanpa merasa bersalah ataupun gusar sedikitpun, Arlin menunggu gilirannya untuk di periksa. "kamu, kenapa name tag nya gaada?" Arlin menatap sosok wanita di depannya itu yang merupakan seniornya, sedikit menunduk karna wanita itu lebih rendah darinya. Rambut wanita itu di cat brown dengan kulit sawo matang dan mata bulat besar. Ini adalah momen yang paling Arlin benci saat² dimana dia harus membuka mulutnya dan berbicara dia tak bisa mengelak sedikit pun untuk tak berbicara. "Arlin" suara berat seorang pria paruh baya menghampirinya "ini name tag kamu ketinggalan lain kali jangan lupa ya, pasti kamu gelisah banget" Arlin menatap pamannya dengan wajah datar
"....."
"oh enggak toh he he"
Ridwan menggaruk tengkuk nya yang tak gatal itu dan merasa canggung "yaudah uncle pergi dulu ya, bye Ed- oh Arlin"Arlin memasang name tag nya dan menatap senior nya tadi
"Emily Karlina Olivia Eden, Fk. Arkeologi. Itu kamu?"
Arlin sedikit kesal karna Ridwan lupa menghilangkan nama akhirnya. Arlin mengangguk "namamu bagus semoga betah ya kuliah disini" senior itu tersenyum manis padanya kemudian berlalu dan mengecek atribut maba lainnya....
15 menit lagi OSPEK hari pertama akan selesai, canggung saat ini Arlin tak tau harus bagaimana ia berada dalam tugas kelompok yang telah dibagi oleh panitia. Kelompok Arlin terdiri dari beberapa orang tapi saat ini baru ada Arlin dan cewek yang baru saja bergabung disampingnya, dan saat ini dia harus berbicara ugh ini mengesalkan ia tak suka membuka tutup mulutnya dan menggerakkan lidahnya untuk berbicara.
"Lo Ardi ya? Kenalin gue Gea. Lo cantik banget kita temenan ya? kita satu Fk, semoga aja kita satu kelas. Btw gue rada cerewet semoga lo betah ya temenan sama gue" Arlin mengerutkan dahinya bagaimana caranya bisa berbicara tanpa henti seperti dia? "gue Arlin bukan Ardi" Arlin memalingkan wajahnya menatap sisi lain "ASTAGA! ini pertama kalinya gue denger lo ngomong, gatau kenapa tapi gue ngerasa bangga lo jawab omongan gue. Oh ya Ard- eh Arlin kita jadi temen ya?" Arlin jengah dan enggan menanggapinya.
"hai kenalin gue Ica, dan kita satu kelompok" Arlin dan gea menatap sosok yang menggunakan masker, sarung tangan menggelarkan kain di tempat duduk nya kemudian menyemprotkan cairan disinfektan pada kain tersebut "btw gue mysophobia jadi sorry kalau kalian ngerasa gak nyaman. Oh ya soal tugas kelompoknya gue aja yang ngerjain ya, katanya soal teka teki. Gue gabisa kumpul² terlalu lama gue ga tahan liat keringat, kotoran kuku dll"Arlin dan Gea yang mendengarnya bergidik dan sedikit menjauh dari Ica, siapa yang tau dia akan menyiramkan cairan disinfektan pada mereka karna mereka berkeringat. Kemudian sosok perempuan berambut panjang dengan kantung mata yang hitam serta poni yang nyaris menyentuh mata itu menghampiri mereka dan nimbrung bersama mereka "lo siapa? Lo kelompok sini?" sewot Gea "gue? Gue peachflam" Arlin, Gea, dan Ica sontak kaget dan sungkem padanya Ho Ho Ho Ho
...
Letih, Arlin terhuyung dan menuju keluar kampus ia sudah tidak sanggup berjalan lagi. ia sangat lelah, karena hari ini dia sudah berbicara sebanyak 3 kali dan itu membuatnya sangat lelah. Matanya sibuk mencari objek yang bisa untuk ia duduki, taman? Sejak kapan itu ada disana?
BRUK!
Arlin mendudukkan tubuhnya kasar pada bangku taman yang menghadap langsung gapura selamat datang di kampusnya, sebagian mahasiswa telah pulang. Saat ini sedang golden hour cahaya matahari yang tak terlalu menyengat menembus wajahnya. nyaman, Arlin merasa nyaman dengan suasana ini saat dimana kampus tak terlalu ramai dan cuaca yang mendukung. Dia menarik earpods nya dan menyantolkannya pada telinganya. Mendengarkan isi playlistnya sambil menutup matanya dan membiarkan cahaya matahari meraup wajahnya.
Arlin merasakan teduh kemana sinar surya yang baru saja menjajah wajahnya? Ia membuka matanya melihat sosok pria yang terlihat lebih tinggi darinya kira² sekitar 180 cm berdada bidang dan berkaki jenjang. Arlin mengibas²kan tangannya di udara memberi kode kepada sosok didepannya untuk minggir kemudian hendak menutup matanya lagi.
"~~~~"
Arlin tak mendengar apa yang laki² itu katakan sehingga dia melepas earpods nya dan menatap kosong pria itu dan menggerakkan dagunya seakan mengatakan apa?
"Lo Arlin kan?"
Entah sudah berapa kali ia mendengar kalimat ini sebenarnya apa yang ia perbuat hingga nyaris semua orang tau namanya?.
"Kenalin gue David"
Pria itu menyodorkan tangannya pada Arlin dengan tatapan berharap bahwa Arlin menyambut jabatan tangannya itu, Arlin menatap wajah serta tangan pria itu bergantian kemudian berdiri dan berlalu hendak meninggalkan pria yang bernama David itu."Mami harap kamu bisa ceria seperti dulu lagi"
*sigh sial kenapa juga dia harus teringat kata Erna saat ini juga?. Arlin berhenti, kemudian setengah berbalik dan mematahkan egonya, menatap pria itu yan ternyata sedari tadi menatapnya yang hendak pergi "Arlin"Hohoho Arlin yang judes gitu ketemu saya langsung sungkem lohh kkkk 😆
Btw follow and vote peach please 💛🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlin Biar Aku Yang Mengejarmu
Teen FictionTerlihat amat rumit, misterius, dingin, judes hingga kasar membuat siapapun yang melihatnya pasti ilfil dengan Arlin. Tapi tak berlaku bagi David, pria yang tak ada takutnya itu menggoda singa yang tertidur. Bagi David, Arlin gadis yang penuh luka d...