Rumah Sakit

11 6 0
                                    

Yo! Readers Arlin update yuhuu
Oh ya jangan lupa buat vote + follow + and comment 💛🌻

Waktu menunjukkan pukul 10.47

Arlin membuka matanya, ia tersadar dari tidurnya. Ini hari Minggu dan jadwal Arlin sangat padat dia harus bermalas - malasan, tidur seharian, makan sebanyak yang dia ingin, dan merasa malu serta frustrasi. Arlin tidak bisa melupakan kejadian kemarin saat David memeluknya yang sesenggukan. Arlin menarik selimutnya dan menutupi hingga seluruh kepalanya lalu menendang - nendang selimut itu.

Arlin meraih ponselnya dan melihat banyak pesan chat yang belum ia baca diantaranya dari cowok - cowok ganjen yang terus menerus mengiriminya pesan chat.

"Eh, ini..."

Arlin melihat salah satu dari ribuan chat yang ada yaitu dari nomor yang tak tersimpan oleh kontaknya dengan profpic sosok yang kemarin memeluknya dalam hujan.

Morning Lin, hari ini lo ada acara?
-David

Arlin jengah membalasnya dan hanya melihat - lihat pesan chat lainnya.

Tringgggg!

"Iya mi?"

"Nak kamu gak kerumah sakit?"

"...."

"Mami gabisa antar ya nak, mami lagi tempat aunty kamu ini. Arlin bisa berangkat sendiri?"

"...."

"Arlin sayang, kalau gamau kesana ya gapapa atau kalau mau maksain kesana ajak teman atau siapapun ya?"

"Iya"

"Yasudah nanti kabarin mami ya dah~"

Panggilan di akhiri, Arlin tertegun wajahnya pucat. Bagaimana bisa ia lupa bahwa setiap hari minggu dia harus kesana? Ini semua salah David batinnya.

...

Arlin berdiri di depan rumah sakit besar yang sudah tak asing baginya ia sudah sangat mengenal semua lokasi yang ada di dalam sana. Arlin melangkah menemui sosok yang selalu hadir dalam mimpinya, beberapa perawat serta dokter yang melihat Arlin menyapanya dengan hangat. Kini ia berdiri di ruangan VVIP tempat dimana putra pemilik rumah sakit ini di rawat.

Arlin gusar seluruh tubuhnya bergetar hebat, jantungnya seakan ingin melompat dari tempatnya matanya memanas dan tubuhnya membatu. Arlin membuka pintu ruangan itu terlihat sosok yang tampan, berkulit pucat, berbadan kurus sedang tertidur dengan nyenyaknya. Arlin meletakkan buket aneka bunga tulip di atas meja, bunga yang selalu ia bawa 2 tahun terakhir ini. Ia mendudukkan tubuhnya di kursi disamping sosok itu.

"Hai, seminggu kemarin aku udh masuk kuliah. Aku ngambil Fk yang kamu mau" lirih Arlin yang bergetar nyaris membuatnya menangis "aku masih melihatmu dalam mimpiku dan aku bersyukur, seengaknya di mimpiku aku ngeliat kamu yang bicara sama aku dan tersenyum padaku..." Arlin tidak meneruskan kalimatnya ia mati - matian menahan tangisnya. "Dan saat aku terbangun, aku menyesal karena kalau tau itu hanya mimpi lebih baik... Jikaa.. Aku gapernah.... Melihat kamuuu... Dalam mimpiku..." Arlin tak kuasa menahan tangisnya yang sudah tak terbendung, ia terisak hingga dadanya perih nafasnya memburu ia menggenggam tangan yang sedang di selangi infus itu dan tersedu - sedu di pahanya. "Kamu itu, jauh lebih mageran daripada aku tau nga? Tidur udah 2 tahun gak bangun - bangun bahkan untuk makan dan minum atau hanya.... Menatap mataku.... Sekali...la..lagi..." Tangisnya semakin menjadi dadanya amat sangat sesak, bahkan seolah tak memberinya ruang untuk bernafas. "Bangunlah...aku mohonnn" Arlin memelas dengan amat pasrah ia memeluk lengan sosok yang kini hanya mematung dan tertidur.

...

Arlin menatap taman sekitar rumah sakit dari rooftop, pandangannya lurus kedepan menyapu semua yang ada di hadapannya.
Angin menghembus tiap helaian rambut Arlin air matanya terhempas. Ia sudah amat sangat tersiksa dengan semua kedukaan yang ia alami bukan hanya sekali ia menangis dia bahkan sudah bosan menitihkan air matanya.

"Nak Arlin"

Arlin membalikkan tubuhnya menatap sosok wanita paruh baya, sosok wanita dengan jas putih beliau masih tampak cantik di usianya. Beliau adalah Viona ibu dari sosok yang ia tangisi tadi. Arlin berlari dan memeluk sosok itu kemudian tersedu - sedu lagi.

"Bunda maafin Arlin, ini semua salah Arlin kalau aja Arli.."

"Ssst! Kamu itu ngomong apa? Ini semua kemalangan nak. Gaada yang bisa menghindari musibah yang udah di takdirkan jadi jangan salahkan dirimu sendiri"

Arlin mengangguk dan mencoba menghentikan tangisnya. Viona merasa sangat prihatin melihat Arlin yang terus seperti ini sejak 2 tahun terakhir hingga kini ia berubah menjadi pribadi yang tertutup dan tidak ceria seperti dulu.

"Kamu kangen dia?"

"Iya bunda, Arlin amat sangat merindukan... Dirga"

Jadi guys, Driga itu koma T_T
Padahal saya lagi good mood loh malah ngetiknya yang melow gini jadi sad 😩😭
Oh ya para readers jangan lupa votenya~

Arlin Biar Aku Yang MengejarmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang