Frederick

10.3K 177 5
                                    

"Sial! Karyawan nggak ada yang becus kerjanya!" Umpatku sendirian di dalam ruang kerjaku.

Tadi pagi baru saja kuingatkan untuk berhati - hati ketika berkomunikasi dengan siapapun, baik konsumen ataupun distributor, sekarang sudah menjadi masalah. Karena nada bicara karyawanku, salah satu distributor yang menjadikan tokoku ini satu - satunya pemegang hak jual merk mereka mengancam akan memberikan hak ini kepada pihak lain. Dan untuk menyelesaikan permasalahan ini mereka mengharuskan aku sendiri yang menyelesaikan masalahnya, dan big boss mereka, yang kebetulan sedang berada di sini, juga menghendaki demikian.

"Shit!" Umpatku lagi karena merasa sangat kesal dan sial.

Selain kasus ini, ada saja hal lain yang membuatku makin emosi, mulai dari cuaca yang sangat terik, suhu yang luar biasa panas, AC rusak, penjualan yang terus menurun, ditambah 2 hari berturut – turut memimpikan si brengsek, Alvin.

Tok! Tok! Tok! Pintuku diketuk dari luar.

"Permisi pak, saya mau mengingatkan jam 2 siang, bapak ada janji dengan Pak Frederick di hotel." Kata Fanny, sekretarisku, dari balik pintu.

"Oh Shit! Aku tidak bisa gym! Lengkap penderitaanku hari ini!" Umpatku lagi setelah ingat bahwa pertemuan ini mengambil jam untuk gym ku.

Aku tak membalas perkataan Fanny, waktu saat ini menunjukkan pukul 11.45 dan aku memutuskan untuk berangkat lebih awal, selain perjalanan cukup jauh, aku juga akan makan siang terlebih dahulu di daerah tersebut. Aku bergegas meninggalkan kantor dan berangkat menuju hotel tempat pertemuanku. Dan saat aku mengemudikan mobilku, ada pesan masuk dari nomor yang tak dikenal. Rupanya Pak Frederick memajukan jam pertemuan kami, dan Pak Frederick mengajakku makan siang dengannya.

Aku sendiri belum pernah bertemu dengan Pak Frederick, selama ini aku hanya berkomunikasi dengan pimpinan cabang di sini, dan untuk memberikan kesan yang baik maka aku harus sesegera mungkin sampai di lokasi pertemuan itu. Selama perjalanan aku mendengarkan musik untuk mengembalikan emosiku, dan untung saja jalanan tidak macet sehingga emosiku dapat terjaga. Tidak sampai 30 menit aku sudah memarkirkan mobilku di basement hotel tempat pertemuanku, aku langsung turun, menuju lift. Aku tersenyum sendiri melihat pantulan diriku, rapi, sopan, dan tidak terkesan berlebihan, hari ini aku mengenakan kaos polo hitam, celana panjang khaki, dan sepatu kesukaanku. Dan banyak yang berkata kalau aku berpakaian seperti ini tidak ada yang mengira kalau aku sudah umur 50 lebih, mereka mengira aku masih awal 40 an, dan aku bangga dengan hal itu, latihan dan pola hidupku berhasil membuatku terlihat jauh lebih muda.

"Permisi, saya ada janji dengan Pak Fredrick." Kataku ke bagian resepsionis hotel.

"Oh baik pak, nanti bapak akan diantar oleh concierge kami. Silakan pak" Kata resepsionis tersebut mempersilakan diriku.

"Lantai paling atas ini ruang pertemuan ya?" Tanyaku pada concierge saat berada di dalam lift.

"Bukan pak, lantai paling atas adalah kamar presidential suite hotel kami." Jawabnya sopan.

"Wah! Gila! Yang sewa orang penting pasti ya." Timpalku.

"Betul pak, kebetulan Bapak Presiden kalau berkunjung ke kota ini juga menempati kamar ini." Katanya.

"Wah Pak Frederick ini pasti orang sangat penting juga ya." Kataku lagi.

"Pak Frederick adalah pemilik hotel ini pak." Jawabnya singkat.

Aku kaget mendengar jawabannya, dan aku tidak menyangka aku akan bertemu langsung dengan boss besar merk terkenal sekaligus pemiliki hotel ini.

"Silakan pak." Kata concierge mempersilakanku keluar lift.

KresnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang