Affair

9.3K 173 13
                                    

[Flashback]

"Kres." Panggil Alvin yang sedang menyetir mobil mengantarku pulang.

"Kenapa Vin?" Tanyaku sambil memandang lurus ke jalanan, setelah kejadian tadi aku tidak berani memandangnya karena aku tadi baru saja menyatakan perasaanku padanya.

"Tadi..." Katanya menggantung.

Aku tidak membalas, diam, menunggunya untuk melanjutkan omongannya.

"Ah, lupakan saja." Katanya lagi.

"Tadi kenapa?" Tanyaku kali ini karena penasaran.

"Apakah kamu serius dengan perkataanmu?" Tanya Alvin.

"Yang mana?" Tanyaku balik pura – pura tidak mengerti perkataannya, tapi sebenarnya hatiku ini sudah berdebar tidak karuan.

"Sebelum kita pulang tadi." Jawabnya.

"Yang mana ya?" Tanyaku masih berlagak tidak mengerti maksudnya.

"Setelah kamu keluar dan kamu berkata terima kasih, lalu kata – kata itu keluar." Terang Alvin.

"Oh...." Hanya kata – kata itu saja yang mampu keluar dari mulutku saat ini.

Aku masih diam, Alvinpun diam menunggu jawabanku.

"Sa... Saya..." Kataku masih berusaha mengatur perasaan yang makin grogi, lebih dari ketika aku melamar istriku dahulu.

"Saya serius." Kataku mantap setelah menarik nafas dalam – dalam sambil menghadap ke arahnya.

Alvin tidak menanggapi jawabanku, tetap fokus ke jalanan, tetapi aku dapat melihat ia tersenyum walaupun hanya sepersekian detik dan hanya sebuah senyuman kecil. Tak mendapat tanggapan apapun, aku kembali menghadap ke depan melihat jalanan yang sepi, saat ini ada perasaan kecewa dan takut dalam hatiku, kecewa karena sepertinya harapanku terlalu tinggi dan takut kehilangan dia setelah ini.

Tiba – tiba Alvin meraih tanganku, menggenggam dan meremasnya pelan, kemudian ditariknya tanganku dan diciumnya telapak tanganku, sambil fokus menyetir. Aku belum pernah mendapatkan perlakuan semacam ini, tentu saja salah tingkah, malu, bahagia, dan kaget.

"Akhirnya perasaanku terbalaskan." Akunya sambil terus memandangi jalanan.

"Saya mencintaimu Kresna Yusuf, entah sejak kapan perasaan ini muncul, tetapi yang pasti ini isi hati saya selama ini." Akunya lagi sambil kini genggaman tangannya makin mengeras dan diletakkannya tanganku di dadanya.

"Saya juga mencintai kamu Alvin Budi." Kataku sambil meremas balik genggaman tangannya.

Sepanjang perjalanan pulang tidak ada kata – kata lagi yang terucap, kami berdua sama – sama fokus ke jalanan, tetapi jangan kami masih saling menggenggam erat, tak sedikitpun terpikirkan untuk melepaskan genggaman ini.

.

Sesampainya di rumahku, sesuai dengan kebiasaan kami sebelumnya, Alvin akan menginap, tetapi kali ini berbeda, setelah turun dari mobil dan menutup pagar, tangan kami kembali saling menggenggam satu sama lain, masuk ke dalam rumah hingga ke kamarku.

"Kamu atau saya yang mandi duluan?" Tanyanya sambil membuka baju setelah memasuki kamarku.

Aku yang biasanya tidak ada perasaan apa – apa ketika melihat badan Alvin selama ini, tiba – tiba wajahku memanas melihatnya kini telah telanjang dada dan bahkan saat ini ia sedang melepaskan celananya, menyisakan celana dalamnya saja. Melihat Alvin saat ini membuat kontolku kembali bangun dari tidurnya.

"Bareng aja gimana? Sudah jam 2, biar cepat dan tidak masuk angin." Tawarnya yang kini sudah telanjang bulat karena baru saja ia melepaskan celana dalamnya itu.

KresnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang