9. Janji?

399 34 7
                                    

Kini Biru dan Senja berada di sebuah tempat. Sebuah rumah kecil dipinggir danau. Tempat ini sangat sepi, bahkan tertutup. Jarang sekali orang-orang mengunjungi Danau yg indah ini. Pulang sekolah tadi, Biru mengajak Senja kesini karena tidak ingin langsung pulang kerumahnya. Ditambah teman-teman sablengnya sibuk dengan tugas yang diberikan Pak Ambon tadi, saat mereka absen pada jam pelajaran terakhir dengan alasan ketiduran di UKS.

Saat memasuki rumah itu, Senja memandang takjub. Bagaimana tidak(?) didalam terdapat beberapa foto Biru dan temannya tertempel disana. Dan juga ada beberapa buku-buku yg tersusun rapih,dan tempat ini sangat nyaman.

"Tutup mata." Ucapan Biru membuat Senja memandangnya bingung."Gua mau ganti baju."

Senja langsung mengalihkan pandangannya. Ia berjalan menuju buku-buku yg tersusun rapih di rak.

"Lo suka baca buku ginian?"

"Itu buku Zaki."

Senja hanya menganggukan kepalanya. Lalu berjalan menuju foto-foto yg tertempel,begitu banyak. Tapi ada satu foto yang menarik perhatiannya. Foto Biru beserta keempat temannya dan seorang cewek. Ia seperti mengenal cewek yang ada di foto tersebut.

Biru yang sudah mengganti seragamnya berjalan menuju sofa yang ada dipojok dekat jendela. Namun pandangannya tertuju pada Senja yang sedang memandangi foto. Lalu ia mendekati gadis itu.

"Kenapa?" Tanya Biru. Membuat Senja membalikan badannya. "Gua ganteng ya?"

"Dih pd gile." Ketus Senja. Lalu menunjuk foto gadis itu. "Ini siapa?"

Biru terdiam,tidak berniat menjawab pertanyaan Senja. Diliriknya gadis yang kini berada disampingnya. Lihatlah! Bahkan tingginya hanya sebahu Biru.

Sedangkan Senja mendongak kearah Biru karna cowok itu lebih tinggi darinya, menunggu jawaban dari pertanyaannya tadi. Namun yang ia dapat bukan jawaban,melainkan wajah datar milik Biru. Lagi-lagi ada sorot kesedihan yang ia lihat dari matanya.

Sekarang Senja tak tau harus apa. Keadaan menjadi canggung seketika. Ruangan ini sekarang lebih mirip menjadi tempat uji nyali. Sepi banget gak ada suara.

"Nja." Panggil Biru. Senja menoleh. "Mending ribut aja yuk."

Senja melotot. Sedangkan Biru terekekeh. "Kita gapantes kalo diem-dieman."

"Iya juga ya." Senja menganggukan kepalanya setuju. "Ini tempat ngumpul lu sama yang lainnya?"

Biru mengangguk. "Zaki yang nemuin tempatnya. Emang tuh anak bisa aja nemu tempat kek gini."

"Tapi nyaman juga sih tempatnya." Senja duduk di sofa sambil memandang kagum tempat ini.

"Nyamannya karena ada gua kali." Ucap Biru duduk disebelah Senja. Membuat Senja menatapnya sinis.

"Gua mau nanya." Ucap Biru, menatap Senja intens.

Senja yang ditatap seperti itu segera mengalihkan pandangannya. "Apa?"

"Tentang lo."

Senja terdiam, lalu menatap Biru kembali. Sebelah alisnya terangkat.

"Kenapa setiap ketemu gua lo selalu nangis?"

Hening. Senja hanya menatap Biru begitupun sebaliknya.

"Nja." panggil Biru, tapi tidak digubris.

"Senja." panggilnya lagi.

"Eh iya?" Senja tersadar dari lamunannya. "Oh itu? Gapapa."

Biru berdecak. "Kalo ditanya kenapa tuh harusnya jawabnya karena. Bukan gapapa."

BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang