[ 08 ]

194 37 1
                                    

"Jen,gue gak ikut kerja kelompok hari ini"

"Tumben oit? Lo bosen ya tiap hari kerkelnya di rumah gue mulu?" Jeno terkekeh.

"Enggak,hari ini ada urusan. Lo sih main nentuin aja," kesal Jaemin.

"Aish,terus nanti yang bantu gue nyuci piring siapa dong? Lo kan sering bantuin gue anjir"

"Bacot banget"

Jaemin menyampirkan ranselnya di bahu,lalu berdiri dari kursinya.

"Lo kirim aja file yang harus gue kerjain,semalem selesai"

"Iya dah,semerdeka lo aja"

Jaemin tersenyum,ia berjalan keluar kelasnya hendak menuju ke kelas Lia.

Namun saat lewat,kelas gadis itu nampak sepi. Sepertinya kelas mereka sudah keluar duluan.

Tiba-tiba ponsel laki-laki itu bergetar,dan mendapati sebuah panggilan dari Lia.

"Halo? Lia lo di mana?"

"Ah,Jaem,gue pulang duluan ya. Tadi gue liat kelas lo masih lama. Gue pulang sama Renjun kok,sorry ya!"

Jaemin terdiam sejenak,lalu melangkahkan kaki dengan cepat ke parkiran sekolah.

"Lia,lo masih di parkiran kan?"

"Iya lah,ini otw mau pulang. Kalau lo belum mau pulang juga gapapa,sorry ya Jaem. Bye!"

Tut.

Jaemin menggeram marah. Ia berlari ke arah parkiran sekolah.

Tapi sepertinya ia terlambat.

Ia sama sekali tidak melihat sosok Lia ataupun Renjun di sana.

Jaemin berdecak kesal,segera berlari menuju motornya dan pergi dari sekolah.

* * * *

"Jun,nanti mau mampir ke rumah gue bentar gak?" Tanya Lia saat mereka berhenti di lampu merah.

"Hmm,rumah kamu masih yang lama ya?"

"Iya,dekat sama rumahnya Jaemin"

Renjun diam berpikir.

"Err kayaknya hari ini gak bisa dulu. Saya baru ingat motor ini harus saya balikin pas jam pulang sekolah,soalnya ini motor punya tetangga saya,hehe. Maaf ya," ucap Renjun sedikit menyesal.

"Ohh yaudah sans aja. Duh,gue lupa deh lo gak tinggal di sini lagi kaya dulu," Lia berucap canggung.

Perjalanan mereka berikutnya diisi dengan keheningan,sampai Lia sampai di rumahnya.

"Makasih ya Renjun,kapan-kapan mampir deh lo mumpung masa barter belum abis," Lia berucap senang.

"Iya Lia,saya balik ya. Maaf gak bisa mampir"

"Santai. Makasih ya Jun!"

Renjun tersenyum dan membawa motornya pergi dari pekarangan rumah Lia.

Sepeninggal Renjun,Lia masuk ke rumahnya dengan alis mengernyit.

"Lehernya Renjun diperban,dia kenapa ya?"

Lia menyesal tak menanyakan hal itu pada Renjun,ia jadi sedikit khawatir.

Gadis itu tidak melihat ayahnya di manapun,apakah masih bekerja?

Best Friend [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang