[ Bonus Part ]

448 48 5
                                    


My steps feel too heavy
To make it through without you

*****



"Gue suka sama lo, dari lama"

Lia tetap menunduk, tangan yang ia taruh di atas meja perlahan mengepal.

Ia tidak akan memotong sampai Jaemin menyelesaikan ucapannya.

"Gue malu sama lo. Gue juga malu sama diri gue sendiri. Bisa-bisanya setelah kejadian tahun lalu dengan santainya gue nyatain perasaan ke lo"

"Gapapa dah, habis ini lo mau bilang gue gila, sinting, apa kek. Hm yang jelas, gue udah lega, udah bisa ngomong ke lo"

Lia tak mengerti, ia merasa canggung dan agak cemas.

"Kenapa diam? Gue udah selesai ngomong kok," Jaemin terkekeh pelan.

Gadis Choi menyeruput milkshake coklat di depannya. Ia menarik nafas, dan membuangnya pelan. Lia harus menyelesaikan semua ini.

"Makasih, udah suka sama gue. Tapi, sebenarnya gue-"

"Oke, shhtt! Gak usah dilanjutin, gue gak sanggup dengernya"

Lia merasa agak kesal.

Tadi katanya suruh jawab, sekarang suruh diem, apa maumu?

"Tadi lo yang suruh gue ngomong loh, Jaem"

"Iya maaf, udah gak usah dilanjutin"

Tapi serius, Jaemin tidak ingin mendengar jawaban lebih lanjut dari Lia. Ia punya firasat bahwa ia akan makin sakit hati jika mendengar jawaban gadis itu.

"Jaem, sebenarnya lo ngapain ngajak gue ketemuan? Gue ngerasa kalau ada hal yang penting yang harus lo bilang selain perasaan lo," Lia seakan mendesak Jaemin untuk menjawab.

Bukannya merasa malas atau bagaimana. Hanya saja, Lia tau ada hal yang lebih penting yang harus laki-laki itu bicarakan.

Semoga saja bukan hal buruk.

"Gue-maaf Ya, kita harus balik ke situasi semula," Jaemin mengalihkan pandangannya.

"Apa sih? Gue nggak paham, bisa ngomong yang lebih jelas?"

"Mulai detik setelah ini, anggap aja kita nggak pernah kenal. Kita urusin hidup masing-masing"

"Lu ngomong apa, Jaem?!"

"Lu nggak seharusnya kenal sama orang bejat kaya gue yang rela bunuh sahabatnya sendiri. Ngomong sama lu aja rasanya gue nggak punya harga diri lagi. Jadi, anggap aja kita cuma orang asing yang gak sengaja ketemu," Jaemin menghela nafas berat.

Lia mengepalkan tangannya.

Tidak, bukan seperti ini yang ia inginkan.

Lia, ayo buka mulutmu! Bicara apa yang kau pikirkan!

"Udah gitu doang sih. Gue buru-buru nih, habis ini gue harus pergi, lu gak bakal ketemu gue lagi. Ada yang mau lu sampein lagi gak?" Jaemin berucap dengan senyum di bibirnya, seolah memang itu bukan hal yang berat untuk dibicarakan.

Hampir menangis. Iya, Lia hampir menangis.

Ia menyeruput kembali milkshake coklat di hadapannya. Bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

"Oh oke. Gak ada sih, hati-hati. Semoga lu sampai dengan selamat. Makasih buat waktunya"

Bodoh! Lia, otak lu dimana?!

"Oke kalau gitu. Gue pergi dulu, Ya. Jaga diri lu, makasih dan maaf buat semuanya. Gue janji besok sampai hari seterusnya, gue gak bakal nampakin diri gue di depan lu lagi. Semoga kuliah lu sukses"

Jaemin menyeruput ice americano nya untuk terakhir kali. Ia berdiri dari kursinya, bersiap melangkah keluar.

Namun, ia kembali berhenti, dan menoleh ke belakang. Mendapati Lia yang terus menunduk, hanya diam.

"Lia, sebenarnya gue gak bisa nemuin satupun alasan yang bagus untuk ngelupain lu. Doain aja gue terus ngingat lo sampe nanti gue kakek-kakek, hehe. Oke bye, take care!"

Lia terus menunduk. Sekarang ia benar-benar tak bisa mendengar suara laki-laki.

Jaemin, ia benar-benar serius dengan perkataannya.

Dan sekarang, air mata gadis itu mengalir dari kedua matanya. Lia bersyukur karena keadaan kafe sedang sepi.

Disaat yang bersamaan, hujan pun turun membasahi bumi. Tangis Lia semakin deras, namun terbendung oleh suara hujan yang tak kalah lebat.

"Maafin gue," bisiknya pelan dalam isak tangis.

Sementara itu, Jaemin yang duduk diam di pojok bis menuju bandara, menatap ke luar jendela. Menikmati pemandangan kota yang diguyur hujan, untuk terakhir kalinya.

Tangannya menggenggam sebuah foto polaroid kecil. Foto dirinya dan Lia saat pertama kali masuk SMA bersama.

Satu persatu bulir bening perlahan mulai turun dari matanya. Meski begitu, senyum di wajahnya tetap mengembang. Jaemin cukup bahagia, meski rasanya sakit.

"Makasih udah nemenin gue selama tiga belas tahun belakangan ini. Maafin gue"

Intinya perpisahan ini terlalu dipaksakan. Namun jika memang sudah digariskan, mereka pasti akan bertemu.

Itu sangat pasti.

* * * *













Selesai, yay!

With this bonus part, I announce that "BEST FRIEND" IS OFFICIALLY END!!!!

Sekali lagi makasih banget buat yang udah ngikutin dari awal sampai akhir. Maaf jika ada kesalahan penulisan atau kata.

Bonus part ini alurnya agak abstrak. Sesuai imajinasi masing-masing aja lah ya, menurut kalian ini bonus part nya tentang apa hehew :>

Sorry lama update, Jeje lupa masih punya lapak wattpad /jangan tampol. Tugas gak kelar-kelar serius, maklum udah kelas tiga.

Buat yang mau bisa cek work lain Jeje yang udah di publish, bisa follow dulu akun Jeje @betterjee okeyy?^^

Thankyou all, have a good day, may God bless you always!^^

Regards,

Jeniffer // betterjee



Best Friend [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang