The Offering

394 77 29
                                    

"Terima kasih, datang kembali!"

Pelanggan terakhir meninggalkan restoran itu dengan senyum di wajahnya, puas dengan pelayanan di sana. Satu jam lagi tengah malam; lembur mereka lebih lama dari biasanya. Hari ini pengunjung restoran itu membludak.

Yunho berjalan keluar dari konter kasirnya dan membalikkan papan bertulisan 'Buka', menggantinya dengan tulisan 'Tutup'. Ia menarik napasnya lalu meregangkan punggung kakunya. Kembali ia masuki restoran itu, hendak membereskannya.

Akhir bulan datang dengan cepat. Rekeningnya kembali terisi penuh. Kembali menunggu dihabiskan di bulan depannya. Keringatnya selama sebulan tidak sia-sia.

"Eh, tumben dapur cepet beresnya, Hwa," tanya Yunho sambil mengambil alat-alat kebersihan.

Seonghwa, yang sedang mengelap meja ketujuh, menjawab, "udah diberesin sejak dua jam sebelum tutup. Gak banyak pesanan di jam malam soalnya."

"Oke," Yunho mulai menyapu seluruh ruangan itu, "hari ini lo yang ngunci kan?"

"Yep. Aku yang ngunci," jawab Seonghwa.

Menjadi bagian dari jajaran karyawan kepercayaan hanya dalam waktu empat tahun adalah suatu pencapaian yang impresif. Pemilik restoran itu, Jeong Keonhee, kakak dari Yunho, sangat terkesan dengan etos kerja Seonghwa. Selain itu, dengan status sebagai teman dekat adiknya, membuatnya lebih mudah memercayai Seonghwa untuk membantunya mengelola restoran itu.



"Hwa, gue duluan, yaa.. mau nyusul kakak ke RS. Jangan lupa kunci, yaa!" Yunho mendorong pintu restoran itu.

"Hati-hati di jalan!"

Kini Seonghwa seorang diri di sana. Sedikit lagi, pekerjaannya akan selesai. Tinggal mengunci pintu dapur, mematikan lampu-lampu, dan mengunci rolling door dan folding gate restoran itu.


Kling! Kling!

"Maaf!" Seonghwa berbalik, menemukan seseorang berpakaian serba hitam memasuki restoran itu, "restorannya sudah tutup. Kembali lagi esok, ya. Maaf."

"Park Seonghwa."

Seonghwa mengernyit. Bagaimana orang ini tahu nama lengkapnya?

"Kutunggu di luar, dekat lampu lalu lintas."

Orang asing itu keluar, kembali meninggalkan Seonghwa seorang diri di sana.

Seonghwa segera memakai jaketnya, menggendong ranselnya, dan mematikan seluruh pencahayaan ruangan itu. Dengan cekatan, ia mengunci bangunan itu lalu berlari ke arah yang berlawanan dengan lampu lalu lintas tak jauh dari sana.

Ia memutuskan untuk menginap di flat Yunho, mengingat rutenya tidak perlu melalui lampu lalu lintas itu, berlawanan dengan rute menuju flatnya.

Orang gila!



••••••



Lelaki itu mendengarkan perintah yang diucapkan atasannya melalui earpiece nya dengan seksama.

"Ia sudah lewat depanku. Baik, dimengerti."

Ia melangkahkan kakinya keluar dari persembunyiannya, mengejar lelaki yang dimaksud atasannya itu.

"Apa mau-- eh?"

Orang yang dikejarnya itu mendadak sontak berbalik badan, menghadapinya dengan sebilah pisau lipat di tangannya.

"Kau orang yang berbeda. Siapa kau?"

Ia tersenyum miring di balik maskernya. Sulaman kalajengking emas di pojok bawah maskernya menarik perhatian Seonghwa.

Arsenal [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang