Drowned in Tears

665 67 30
                                    

"Tuan, ada laporan baru tadi pagi, mengenai database kita."

San mengernyit sambil mengangkat pandangannya dari kertas-kertasnya.

"Ada yang meretasnya."

"Dapat identitasnya?"

Jiwon mengangguk, "identitas yang sama dengan peretas Lab Axtra waktu itu."

San termenung lalu menarik seringainya, "ah... jadi dia bermain di belakangku lagi. Baiklah. Kita lihat sejauh mana ia bisa bertahan dengan permainannya."

•••••

"Sudah sampai di Terminal Seoul!"

Leedo terbangun dari lamunannya. Tak terasa setelah berjam-jam ia duduk di kursi bus, akhirnya ia sampai di tujuannya. Di luar sudah temaram. Ia sesegera mungkin menggendong ranselnya dan mengeratkan jaketnya. Ia turun dari bus sesudah bus telah sepenuhnya berhenti di terminal.

Aneh.

Bisa dibilang, ia cukup nekat pergi ke kota seorang diri. Apalagi hanya bermodalkan peta kota yang berusia lima tahun.

Entah mengapa hawa kota ini agak aneh dari terakhir kali ia ke sana lima tahun yang lalu. Ah, lima tahun lalu saja sudah aneh, sekarang semakin aneh.

"Baiklah," gumamnya sambil beranjak dari terminal, "mari kita cari penginapan terlebih dahulu. Hmm, naik bus sekali lagi, lalu jalan sedikit."

Dadanya berguruh tidak nyaman. Ia merasa ada seseorang atau lebih yang mengekorinya. Namun, kapanpun ia menoleh, ia tidak menemukan siapapun yang mencurigakan mengekorinya.

Halte yang ia tuju akhirnya sampai. Barulah pada saat ia mendudukkan dirinya, ia semakin yakin ada yang menguntitnya.

Seseorang duduk di sampingnya dengan peta menutupi hampir seluruh wajahnya.

"Ekhem!" orang asing itu terbatuk.

"Eric?"

Leedo masih menunggu orang yang ia yakini sebagai Eric untuk segera menyadari keberadaannya.

"Um... peta Anda terbalik, pak."

Sreet...

"Hehehe..."

"Kan."

Eric menyengir lebar sambil terkekeh konyol, "ketahuan, ya?"

"Kamu baca petanya kebalik."

"Ya abis, aku gak tahu ke mana arahnya," keluh Eric sambil melipat petanya kembali.

"Kamu ngapain ikut ke kota, hah?!" seru Leedo. "Nanti mama kecarian!"

Eric melengkungkan bibirnya sebal, "tadi udah izin ke mama."

"Iyakah?"

"Huum."

Leedo menghela napasnya, "jalan aja, yuk. Jam segini paman gak yakin ada bus lewat."

Eric tersenyum kecil sesudah berhasil mengelabui pamannya. Ia mengekori langkah Leedo yang menyusuri trotoar menuju entah ke mana.

Langit jingga dengan cepat menjelma gelap. Lampu-lampu jalan mulai dinyalakan satu per satu. Eric dan pamannya masih menyusuri jalan menuju penginapan yang dituju. Perlahan namun pasti, mereka semakin jauh dari keramaian kota.

Udara semakin mendingin dan bintang gemerlapan. Deru air sungai terdengar dari kejauhan karena senyapnya lingkungan itu. Hanya ada satu-dua kendaraan yang lewat daerah gelap itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arsenal [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang