Frustrated

543 101 65
                                    

Triple apdet, diminta sama Authan WinterCreamm__ ku yg terzeyenk. Moga ga bosen, bwahahahahaha XP

●●●●●●●●●●●●●●●●●

"Huum.. iya... ah, begitukah? Kapan kira-kira Kak Tae ke kota? Lusa? Siipp.. nanti kukabari lagi, ya. Oke, makasih, kaa.."

"Kak Taehyung?"

Wooyoung berjengit lalu berbalik. "Apaan sih, Do?! Kaget tahu," serunya sambil menutup telepon rumahnya. Lelaki yang mendadak memasuki rumahnya itu terlihat bersedekap dada.

Leedo menghampiri Wooyoung, yang sedang duduk di dipan, lalu bersila di hadapannya. "Aku udah bilang kan, gak usah telepon-telepon Kak Taehyung lagi," tegasnya.

Wooyoung menghela napasnya, tersenyum masam, "iya, Do. Aku juga udah bilang kan, aku gak mau ngerepotin kamu terus." Hening sejenak menyelanya. "Capek ah, ngomonginnya gini terus. Aku mau masak dulu. Permisi," Wooyoung bangkit berdiri.

Sreet..
Dug!

Wooyoung mendecak lalu membenarkan posisi duduknya lagi, "apa sih, Do? Pembahasan kita gak pernah maju-maju..."

"Wooyoung, kumohon.." Leedo menatap Wooyoung jauh ke dalam jiwanya. "Demi Eric..."

Wooyoung menghela napasnya. Bila anaknya dibawa-bawa, ia selalu merasa berat. Wooyoung harus bagaimana?

"Leedo, aku gak mau tergantung terus sama kamu dan Seonghwa. Aku punya kewajiban buat menghidupi anakku--

"Eric juga anakku, Young."

Wooyoung mengusap kasar wajahnya. "Do, aku gak mau nyiksa kamu. Kamu tahu jawaban aku apa kan?"

Leedo terdiam. Bertahun-tahun ia membicarakan hal yang sama, dan tidak ada perubahan jawaban dari Wooyoung. "Kamu gak mau ngusahain sedikit pun, Young?"

"Aku udah bilang berapa kali..." Wooyoung memijat pangkal hidungnya, menahan airmata yang sebentar lagi meluncur. "Aku udah usahain buat ngebales cinta kamu, Do. Gak bisa! Aku masih sayang sama dia--

"Tapi dia gak ada nyari kamu kan? Apa dia ada berusaha, setidaknya, mencari anak kalian dan memberinya hidup yang lebih baik?" sergah Leedo. "Apa- apa dia tahu bagaimana terpuruknya kamu?"

"Bukan gitu, Do... kamu gak ngerti!!"

"JELASIN!"

Wooyoung membekap mulutnya, menahan isakannya terdengar keras. Ia tidak suka situasi seperti ini.

"Woo..." lirih Leedo putus asa. "K-kamu gak pernah mau lihat aku sama sekali?"

"A-a-aku--

"Aku berusaha membungkam omongan warga soal kamu, Young! Aku gak mau namamu rusak hanya karena Eric tidak terlihat punya ayah!" jelas Leedo. Matanya berbayang. "Selama ini aku bilang kalau ayahnya kerja di luar negeri dan kebetulan belum bisa pulang! Tapi aku yakin warga ga sebodoh itu, Young..."

Wooyoung menggeleng-geleng cepat. Bahunya bergetar hebat, "gak bisa, Do. Gak bisa.. aku sayang dia. Aku juga udah bilang kan kalau aku sudah menikah sebenarnya?"

"Warga tidak akan percaya itu, Young!"

"Persetan dengan mereka, Do! Persetan!" jerit Wooyoung.

"Lalu kau membiarkan Eric tumbuh dewasa sama sekali tanpa sosok ayah? Setiap kelulusannya hanya akan dihadiri ibunya?"

"B-bukan itu--






"Yah, Leedo! Lama sekali!"

Mereka terdiam. Perdebatan mereka usai saat itu juga. Hanya terdengar embusan napas mereka. Selesai secepat itu sesudah suara lantang Seonghwa menyela dari luar.

Arsenal [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang