Explosion

360 72 27
                                    

"Keparat, kenapa dia muncul lagi, sih?!" umpat Seonghwa sambil berlari ke arah kerumunan orang dan memutuskan untuk berbaur di sana.

Duaarr!!!

Beberapa mobil yang lewat meledak, semakin memperparah kekacauan di sana. Orang-orang berteriak meminta pertolongan, sedangkan sebagian titik api semakin meluas.

Tak butuh waktu lama bagi beberapa tentara dari markas keluar dan berusaha mengendalikan kekacauan itu. Tak sedikit dari mereka yang terpaksa mengangkat senjata karena harus melawan segerombolan bersenjata.

Semua orang mendadak teringat pada Tuhan. Memanggil namaNya, berharap diselamatkan dari kekacauan itu.

Seonghwa terus memacu kakinya berlari menjauhi orang itu. Ia tidak ingin berhadapan dengannya.

"Seonghwa!"

Ah, Seonghwa tidak ingin menoleh. Sungguh. Orang gila macam apa yang membuang-buang waktunya di tengah kekacauan seperti sekarang hanya untuk mencari tahu siapa yang memanggilnya?

Jeritan orang-orang semakin mengeras. Rentetan tembakan tembakan dan logam mobil yang bertabrakan memperkeruh kekacauan di sana. Asap membumbung, menyesakkan dada dan membutakan pandangan.

Seonghwa kira semua akan baik-baik saja. Ia akan selamat dari kekacauan ini.

Tidak semudah itu.

Bruukk!!!!

"Akh! Apa-apaan?!"

"Bagaimana? Sudah memikirkan jawabanmu?"

Seonghwa terengah-engah menahan tangan yang hendak menyayat lehernya. Bagaimana orang ini bisa bergerak dengan begitu senyap? Seonghwa bahkan tidak menyadari keberadaannya sebelum ia menjatuhkannya ke aspal dan mengungkungnya seperti ini.

Mata itu lagi.

"U-ugh! Kau ini ada masalah apa, sih?!" seru Seonghwa tepat di depan wajahnya. Tangannya mulai bergetar menahan lengan lawannya agar belati itu tidak menyentuh kulitnya. Astaga, kuat sekali.

"Sudahkah memutuskan untuk pergi dari sini atau kubunuh?"

Seonghwa mendecih; mengumpulkan kekuatannya untuk mendorong orang itu ke sisinya, memberinya ruang untuk melarikan diri.

"Jangan lari!"

Dor!!

Untunglah Seonghwa cukup cepat untuk bersembunyi di balik sebuah mobil yang terparkir dan membiarkan timah panas itu menembus badan mobil. Ia mendudukkan dirinya, bersandar di balik kap mesin.

Adakah ia membawa sesuatu dari rumah tadi?

Tangannya merogoh-rogoh semua saku di pakaiannya.

Hanya pisau lipat dan sebuah brass knuckles.

Ia mendecak sambil memasang brass knuckles itu di salah satu tangannya.






Duaaarrr!!!






Entah di mana ledakan susulan terjadi. Sirene polisi kini mulai terdengar.

Seonghwa menoleh ke sisinya, memastikan apa orang itu dekat dengannya. Sialnya, orang itu terlalu senyap dan keadaan di sana terlalu kacau. Ia bahkan tidak bisa mendengar langkah kakinya.

Ia mengangkat bobot tubuhnya perlahan, berusaha tetap serendah mungkin dengan tanah, mungkin ia bisa tertutup dengan beberapa mobil yang ditinggalkan begitu saja di sana.

Ia harus bisa melarikan diri dari sini.

Zep.

"Tidak menyadari keberadaanku, sepertinya."

Arsenal [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang