十二 | you

71 10 20
                                    

Bagian dua belas;
•you.




















------
Jaehyun.

"Pinter banget ya lo bikin rencana." Gue pikir dia kesini karena kangen sama gue. Tapi, bukan.

Gue juga baru tahu ditampar tuh rasanya kayak gimana.

Ella natap gue penuh kecewa sama marah, sedangkan gue--gue cuma natap dia bingung. Gue ngga tahu apa penyebab dia dateng ke kelas gue dan langsung nampar gue.

"Gue ngga nyangka lo bakal kayak gini. Dan juga gue yang goblok udah masuk perangkap lo."

Gue diem ngga merespon perkataan Ella karena gue ngga paham sama yang dia omongin.

"Kenapa? Lo kenapa gini, La?"

"Kenapa lo bilang? Tanya aja sama Si Cewek bangsat yang jadi bahawan lo itu."

"Sapa sih, La?"

"Jangan sok bego bisa ngga sih? Kalo lo itu benci gue, ngga usah kayak gini. Ngga usah pake drama lo suka sama gue, padahal lo udah pacar. Basi tau ngga?" Ujar Ella dingin. Ngga ada angin, ngga ada apa ini, dia kok gini? Sumpah demi Tuhan, gue ngga tahu.

"Masalah apa sih, La? Beri tahu coba. Gue ngga ngerti. Lo itu---" Disaat gue mencoba bicara sama Ella agar dia bilang apa masalahnya, tapi satu tamparan mendarat lagi ke pipi gue. "Gue benci sama lo." Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir Ella dan setelah itu dia langsung berbalik meninggalkan gue.

Gue bener-bener ngga tau apa yang buat Ella kayak gini. Bahkan, Mark sama Johnnya yang balik dari kantin dan pas-pasan sama Ella, mereka langsung kaget dan nyamperin gue.

"ELLA KENAPA ANYING??"

"Dia nangis lho, Jae."

Sayang, gue tenggelam terlalu dalam untuk beradaptasi sama situasi ini. Pikiran gue masih blank.

Ella, lo kenapa sih?!

------

Jaemin.

"Hilih, bicit li!" Nyinyir Haechan ketika Gue menjanjikan akan mentraktir es krim mereka. Biasa, uang dah cair soalnya. "Ngga, Chan. Sumpah dah ni. Lo kalo ngga mau, gue ngga beliin dah."

Si Jeno cuma diem sambil dengerin lagu pake headset nya. Emang ya, ngga dimana, temenan nya sama headset.

"Pokoknya gue beliin feast yang rasa coklat dua! Ngga mau tau, pokoknya dua." Pinta Haechan bikin gue mencibir, "Ujung-ujungnya juga lo minta beliin."

"Tapikan nanti gue juga traktir lo berdua." Biasa dah kalo gini, Haechan gengsian sih. Kalah mah Berbie Kumalasari.

"Terserah dah." Kata gue.

"Nih, Ella kemana sih? Lama beut dah. Padahal udah setengah jam ini." Keluh Haechan lalu meminum air gelas. Maklum, uang saku menipis. "Kita ke kelas aja dah. Katanya Ella bakal nyusul kesana." Balas gue, Haechan langsung ngangguk dan narik baju lengan Jeno buat berdiri.

Kita berjalan ke kelas dan semua pada kicep. Ngga ada topik sih, kayaknya Si Haechan lagi ngga punya bahan ghibah.

"Chan, lo ngga punya bahan ghibah, gitu? Tumben mingkem, galau lo?" Tanya gue.

"Ketua lambe turah lagi sakit. Gue jadi ngga nemu info." Timpal Haechan. Lambe Turah aja ada ketua nya. Heran gue sama dunia, ghibah dosa padahal, tapi enak di lakuin.

"Bukannya lo ketuanya? Kan lo mirip perempuan." Ejek gue. Kalo itu emang fakta lho ya, dia ngga mau ngalah soalnya meskipun lawannya perempuan.

"BANGSA, LO MINTA GUE TAMPOL YA MULUTNYA?" Teriak Haechan sambil mengeluarkan kata-kata mutiaranya, Jeno yang telinganya disumpel headset aja kedengaran. "What the fuvk, volume nya dikecilkan. Jaemin ngga tuli."

[✓] WartenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang