二十七 | i can't

65 7 33
                                    

Bagian duapuluh tujuh;
•i can't.

Quote of the chapter:

Perasaan itu bukan suatu kejahatan.
Perasaan juga bukan suatu hal yang bisa kita prediksi akan jatuh pada siapa.
Maka dari itu bersiaplah, karena belum tentu rasanya akan sepadan.














------

Ella.

"Maafin gue, lo mau marah sama gue juga ngga papa." Kata Taeyong buat gue kesel. Kenapa lo harus minta maaf sih?

"Lo kenapa harus minta maaf, Tae? Ini itu bukan salah lo." Taeyong menggeleng cepat dengan air matanya yang terus turun. "Ini salah gue, La. Seharusnya gue ngga kenal sama lo. Seharusnya gue ngga naruh rasa ke lo."

Gue ngga tahu mau ngomong apalagi disaat pikiran gue lagi kacau.

"Ngga gitu juga kali....... Lo berhak punya perasaan, lo berhak jatuh hati, dan semua hal itu...... Bu----bukan sebuah kesalahan, Tae."

"Itu sebuah kesalahan besar bagi gue. Juga......." Dia memberikan jeda untuk menarik nafas panjang sebelum melanjutkan kata-katanya yang buat gue tercekat.

"Gue kakak kandungnya Hana, perempuan yang mungkin lo benci."

Dia natap gue dalam, "Dan maafkan gue kalo gue egois. Karena egois itu gue, La."

Belum sempat gue jawab, dengan cepat Taeyong menarik pinggang gue untuk mendekat dan mempertemukan bibir gue dan dia.

Mata gue terbuka sempurna, tangan gue memukul-mukul dada nya dengan keras, memberikan isyarat agar dia berhenti. Tapi usaha gue membuat Taeyong semakin menjadi-jadi.

Gue diam seperti patung. Air mata gue turun dengan deras. Gue ngga mau Taeyong kayak gini, gue ngga pernah mau bakal kayak gini.

Disaat tangannya berpindah membelai pipi gue yang basah karena air mata, Taeyong berhenti. Menjauhkan bibirnya dan membiarkan ujung hidung kita bersentuhan. Gue nangis sejadi-jadinya.

 Gue nangis sejadi-jadinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Plak!

Tangan gue bergerak dengan sendirinya, menampar Taeyong dengan keras setelah mundur beberapa langkah.

"Keluar....... KELUAR!" Taeyong keluar, tubuh gue merosot ke bawah, gue lihat kedua tangan yang bergetar kemudian mengepalnya.

Kenapa semuanya jadi rumit seperti ini?

------

Taeyong.

Menyesap wine dengan pelan di apartemen gue sendiri adalah sebuah keharusan, setidaknya saat ini.

[✓] WartenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang