20. I'm Fine

2.9K 305 33
                                    

"Selamat pagi Chanyeol, apa kau sudah bangun? Cepatlah bangun, jangan jadi pemalas."

Aku sudah bangun sayangku. Ingin rasanya aku menjawab seperti itu. Namun, aku belum ingin mendengar suaranya berhenti.

"Sarapan apa kau hari ini? Jangan sarapan pizza semalam, pangganglah roti atau buat sandwich saja. Aku sudah pernah mengajarimu cara membuatnya, harusnya kau ingat."

Benar, Kyungsoo-ku memang pernah mengajariku ini. Aku mengulum senyum mengingat bagaimana dia dengan rajinnya membantuku memanggang roti. Ia juga pernah sangat cerewet mengajariku membuat sandwich. Ah, andai dia tahu aku tak pernah ingin benar-benar belajar agar aku bisa terus merasakan sarapan buatannya.

Aku bangun dengan malas, masih membawa ponselku agar suara Kyungsoo masih bisa kudengar.

"Hari ini aku akan di galeri sampai malam, jadi sepertinya aku baru bisa menghubungimu malam nanti. Ah, aku tidak tahu kenapa kau memaksa sekali aku bicara di voice mail, tetapi tak apa. Aku harus pergi sekarang, sampai berjumpa nanti malam."

Aku tersenyum lagi saat suaranya berakhir. Menghadap dua lembar roti di hadapanku aku menghembuskan napas pelan. Entah mengapa rasanya nafsu makanku hilang. Ingin rasanya saat ini aku melihatnya tersenyum padaku, menceramahiku dengan berbagai hal yang sering aku lupakan.

Ponselku bergetar lagi saat panggilan masuk dari Sehun datang. Aku menggeser simbol hijau di layar ponselku.

"Hyung, kau sudah bangun?"

"Hmm. Kau tidak punya pekerjaan lain selain menelfonku pagi-pagi begini?"

"Aku hanya sedikit khawatir, ini adalah hari itu kan."

Suara Sehun menggantung. Ia nampak bertanya, tetapi seolah tak membutuhkan jawaban.

"Kau mau menemaniku nanti?"

"Boleh, nanti aku datang menjemputmu. Jangan bawa mobil sendiri."

"Iya, kenapa kau jadi cerewet sekali seperti dia."

"Entahlah, keturunan sepertinya. Walau kami tidak lahir dari wanita yang sama, kami tetaplah berasal dari pria yang sama."

"Ya, ya jangan bicarakan teori kedokteranmu itu padaku. Aku tunggu jangan terlalu lama."

"Baik hyung."

Aku kembali menatap dua lembar roti di hadapanku. Akhirnya aku bergerak ke lemari pendinginku, mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat sandwich. Dengan berlari-lari kecil aku mengambil tripod di kamarku, memasang kamera lalu menyalakannya.

"Hei Kyungsoo. Aku akan membuat sandwich yang pernah kau ajarkan. Aku harap rasanya tidak terlalu buruk, karena aku berencana berbagi dengan Sehun nanti. Kalau rasanya buruk, adikmu itu akan dengan kurang ajarnya mengolokku."

Begitulah aku merekam kegiatanku membuat sarapan. Sampai akhirnya saat semuanya sudah siap aku mematikan kameranya. Dalam sunyi aku duduk sendirian di meja makan, mengunyah perlahan sandwich yang kubuat. Lalu dengan tidak sopannya air mataku jatuh.

Sial. Aku merindukanmu Do Kyungsoo. Kau harusnya ada di sini bersamaku sekarang. Kau harusnya tidak pergi sejauh itu, kau harusnya tidak pergi ke tempat yang tak pernah bisa kugapai lagi.

Isakanku semakin menjadi. Aku rasa lebih baik aku menangis sekarang ketimbang nanti aku menangis di hadapan Sehun. Ia bisa marah padaku jika sampai aku menangis lagi, padahal ia sendiri sering sekali menangis diam-diam, atau mungkin sekarang ia juga sedang menangis di apartemennya.

Puas menangis, aku mandi dan berganti pakaian. Aku memakai celana jeanse, kaus putih dan topi hitam yang langsung kupakai. Mengingat cuaca masih dingin, jadi aku harus memakai jaketku.

Story of ChansooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang