Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
"Kenapa?"
Jessica bertanya pada anak lelakinya yang baru saja pulang dari sekolah dengan wajah mendung. Ia dibuat heran dengan sikap putranya itu. Biasanya.. jika pulang sekolah Jeno selalu berkata "aku pulang!" dengan riangnya, lalu mencium kedua pipi ibunya. Tapi hari ini, Jessica bahkan bisa mendengar betapa kerasnya hentakkan kaki anak itu tanpa menjawab pertanyaannya.
"Adeknya kenapa kak?" Tanya Jessica pada anak gadisnya yang baru saja muncul dari balik pintu rumahnya dengan keadaan lesu. Hah, anak gadisnya memang selalu seperti itu jika pulang sekolah. Seakan-akan kegiatannya di sekolah membuatnya hampir mati. Pasti setelah ini anak itu akan berlari menuju kulkas, duduk di ruang makan, dan memakan apa saja yang ada.
"Tidak tahu. Kulihat dia mimisan saat keluar kelas." Balas Sinb. Benar saja perkiraan Jessica, gadis dengan rambut sebahu itu segera melarikan dirinya ke ruang makan setelah mengumpulkan makanan dari dalam lemari pendingin.
"Apa karena ulangan matematika?" Tanya Jessica yang mengikuti anak gadisnya ke ruang makan.
"Mungkin." Jawab Sinb santai. Ia membuka bungkusan makanan setelah menuangkan segelas jus kedalam gelasnya.
"Kak.. jangan banyak ngemil kalau ingin kurus!" Ujar Jessica memberi nasehat. Ia menatap ngeri beberapa makanan manis yang kini terletak di atas meja makannya.
"Nanti aku akan diet ma.. tenang saja.." balas Sinb, ia memasukan beberapa makanan ke dalam mulutnya.
"Mama tidak tahu betapa stresnya aku di sekolah.." tambah Sinb, Jessica hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak gadisnya itu. Ia kemudian melenggang pergi untuk menemui anak lelakinya.
Hening. Itu yang Jessica dapatkan saat ia memasuki kamar putranya. Dilihatnya, Jeno tengah meringkuk di atas kasurnya dengan seragam sekolah yang masih lengkap di tubuhnya. Jessica mencoba menghampiri anak itu, duduk di pinggir kasurnya, dan menyentuh pelan ubun-ubunnya.
"Dek.. kenapa?" Tanya Jessica dengan lembut, perlahan ia mulai menggerakkan tangannya. Mengusap kepala anaknya dengan lembut.
"Karena ulangan matematika itu?" Tanya Jessica hati-hati.
Tiba-tiba, Jeno menggerakkan tubuhnya dengan kasar, menggeser posisinya menjauhi Jessica.
"Hei.. kenapa?" Tanya Jessica lagi, kini ia menyentuh bahu anaknya itu.
Kali ini, Jeno akhirnya terduduk. Menatap Jessica dengan kesal, wajahnya memerah dan nafasnya memburu. Rambutnya terlihat acak-acakan.
"Kenapa nak?" Tanya Jessica lagi dengan hati-hati. Jujur saja, ia takut jika anaknya itu marah seperti ini. Marahnya Jeno benar-benar menyeramkan.
"Aku benci papa!! Papa tidak adil!! Papa itu lebih sayang kakak daripada aku!!" Jeno memekik dengan keras dan membuat Jessica terkejut. Terlebih dengan apa yang dikatakan anaknya itu. Papa? Apa urusannya dengan Donghae?