12 | Mad

557 54 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Demi apa. Donghae benar-benar merasa malu ketika dirinya harus memenuhi panggilan sekolah karena kesalahan yang dilakukan anak bungsunya. Ia benar-benar tak habis pikir kenapa bisa Jeno melakukan hal seperti ini. Padahal dimatanya dan Jessica, Jeno tak ubahnya seperti bayi yang begitu polos. Tapi ternyata mereka salah.

"Pihak sekolah terpaksa harus memberikan hukuman bagi siswa yang bersangkutan berupa skorsing selama satu miggu." Ujar pria baya berambut hitam pekat dengan kumis tipis namun tidak terlihat manis. Donghae yang duduk bersama wali murid yang lainnya hanya bisa menghela nafasnya dan menerima semuanya dengan lapang dada. Walau sebenarnya, ia begitu malu atas apa yang telah dilakukan anak bungsunya itu.

"Skorsing dimulai dari hari ini, jadi bapak ibu sekalian bisa membawa pulang putra kalian masing-masing. Dan bimbinglah putra anda selama berada di rumah." Ujar pria itu lagi.

"Pa.. papa marah ya?" Tanya Jeno selepasnya mereka keluar dari ruang guru. Sebenarnya, tidak perlu bertanya lagi apakah papanya itu marah atau tidak. Semuanya terlihat jelas dari tatapan mata yang sangat tajam, rahang yang mengeras, dan nafas yang memburu. Jujur saja, Jeno benar-benar takut jika ayahnya itu marah.

"Pa.. maafkan Jeno ya.. tapi Jeno benar-benar tidak ikut-ikutan.." ucap Jeno, mencoba menjelaskan tentang apa yang terjadi sebenarnya bahwa ia sama sekali tidak terlihat dalam kejadian itu. Tapi Donghae sudah terlanjur marah dan kecewa. Ia sama sekali tidak menanggapi perkataan anaknya, bahkan meliriknya pun tidak. Melihat itu, Jeno merasa tidak dipedulikan oleh ayahnya. Ia ingin sekali menangis. Tapi ia malu karena banyak orang yang saat ini tengah memperhatikan keduanya ketika berjalan di koridor. Apalagi, banyak gadis-gadis. Jeno tidak mau reputasinya di mata gadis-gadis hancur hanya karena ia menangis.

"Papa!!" Panggil seseorang. Itu adalah Sinb. Gadis itu berlari kecil menghampiri Donghae dan Jeno dengan segelas minuman di tangannya. Keningnya langsung mengkerut ketika melihat wajah papa dan adiknya begitu kusut.

"Pertemuannya sudah selesai? Bagaimana? Adek dihukum apa?" Tanya Sinb penasaran. Ia menatap wajah Donghae dan Jeno secara bergantian.

"Kak.. jangan minum minuman seperti itu! Sekarang buang!" Bukannya menjawab, Donghae malah menyuruh Sinb untuk membuang minuman dengan warna mencolok yang ada di tangan Sinb.

"Ta—tapi...."

"Buang kak! Itu tidak sehat! Apalagi ditambah es!" Ujar Donghae lagi. Orang-orang yang ada di sekitar mereka diam-diam memperhatikan. Ternyata, papa Jeno dan Sinb memang sangat tampan dan terlihat masih muda. Pantas saja jika Jeno juga sangat tampan, dan Sinb yang juga begitu cantik.

"I—iya.." ucap Sinb. Ia pada akhirnya menurut dan memilih membuang minuman segar yang ada di tangannya ke tempat sampah terdekat.

"Belajar yang benar kak! Jangan banyak main! Patuhi aturan sekolah!" Ucap Donghae. Sementara itu, Jeno hanya diam saja. Ia merasa bersalah karena dia yang bersalah, kakak perempuannya juga ikut kena imbasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lee Family Diary (HAESICA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang