Depok, 9 Mei 2020
Kepada De
Yang masih aku cintai
Hingga saat ini.
Halo De? Semoga ditengah pandemi yang melanda ini kamu tetap sehat ya. Dalam surat ini, aku hanya sekadar menyampaikan untaian kata-kata rindu yang selama ini tak bisa aku ungkapkan kepadamu. Yah, selama ini kamu masih marah pada diriku, kan?
Kamu tahu kan betapa menyiksanya pandemi Corona ini? Puluhan hari dirumahkan, tidak ada kegiatan di kampus, di rumah ibadah, dan di tempat-tempat lainnya. Mungkin yang kamu rasakan hanyalah sekadar kesengsaraan karena tidak bisa beranjak dari rumah atau kejenuhan dalam belajar di rumah. Lain halnya dengan diriku yang menjadi gila karena selain tidak bisa kemana-mana dan banyaknya tugas, aku hanya memikirkan tentang dirimu setiap pagi maupun malam. Semua hal ini semakin terasa menggila ketika aku menyadari bahwa aku tinggal di zona merah Corona.
Biasanya aku melakukan hal-hal sibuk di luar rumah pada pagi hingga sore hari. Barulah malamnya aku memikirkanmu hingga tertidur. Itupun jam tidurku menjadi kacau. Selelah apapun aku, aku selalu tidur setelah jam setengah satu pagi. Menetap di rumah saat ini menimbulkan hawa 'ingin istirahat' terus-menerus. Makanya, kali ini habis waktuku memikirkanmu. Biasanya? Aku memikirkanmu hanya diatas jam 10 malam, diiringi lagu-lagu sedih karya-karya Boy Pablo, Cuco, Alexa, dan penyanyi maupun band lainnya yang berada dalam daftar putar musikku.
De, karena pandemi ini, aku semakin tersiksa. Aku sudah tidak pernah melihatmu secara langsung lagi. Biasanya, aku masih sering melihatmu berjalan menuju kelas atau menuju fakultas seberang untuk pulang. Kali ini, hanya beberapa seminar daring yang bisa aku hadiri demi melihat dirimu tersenyum lagi. Maafkan aku ya, aku tahu kamu tidak suka denganku yang berlagak seperti cowok romantis yang menonton wanita pujaannya dari jauh. Hanya saja, kali ini aku benar-benar merindukan dirimu dan tak ada lagi yang bisa aku lakukan.
Bagaimana kabarmu di tengah pandemi Corona ini? Kudengar kamu juga sudah kerja ya? Selamat ya. Semoga karirmu dipermudah. Apakah kamu menerapkan sistem kerja dari rumah saat ini? Bagaimana rasanya? Apakah terasa bosan? Kurasa kita semua penat berada di rumah selama lebih dari 50 hari. Kita semua yang biasanya penat dengan suasana kampus ataupun kerja, pasti akan rindu dengan suasana itu. Iyakan, De?
Percayakah kamu, ditengah pandemi ini aku sudah menulis lebih dari 5 cerita mengenai dirimu? Bahkan jauh sebelum ini, aku sudah membuat sekitar belasan tulisan yang isinya hanya tentang kamu, kamu, kamu. Jangan khawatir, kamu akan membaca seluruh surat tersebut suatu hari nanti jika aku sudah pergi dari dunia ini. Maaf, aku terlalu takut untuk memberikan surat-surat tersebut saat ini.
Kurasa, surat ini hanya akan tersimpan di dalam memori laptopku. Aku tahu kamu tidak ingin aku hadir dalam hidupmu lagi. Yah, setidaknya jika aku mati nanti, ada beberapa surat yang bisa kuberikan padamu melalui temanku. Sekali lagi maaf, nyaliku tidak sebesar dirimu. Hanya ini yang bisa kulakukan agar kamu tahu bahwa aku masih mencintaimu hingga saat ini. Aku sangat berharap Kamu membalas. Tapi, bukankah tidak mungkin kamu membalasnya jika aku tidak mengirimkannya? Ah, sudahlah. Biar aku yang menanggung semua perasaan ini. Kamu berhak bahagia tanpa diriku.
Selesai pandemi ini, harapanku hanya dua. Indonesia segera membaik dan kita segera rujuk. Jika tidak rujuk, setidaknya aku bisa berbincang santai denganmu seperti sedia kala. Ya, kuharap. Jangan khawatirkan aku, ini hanya sebuah harapan.
Dari aku yang terakhir bercakap denganmu 2 tahun lalu.
Rio
Ah, aku menyertai beberapa kenang-kenangan untuk menutup cerita ini.
Nasi goreng buatan kita pertama kali
Kalimat gombalmu. haha aku terus tersenyum selama 3 hari karena ini
Aku dan Tasmu. Ini waktu aku bantu kamu belanja bulanan kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Tentang Dia
RomanceSudah 2 tahun lebih aku dibenci. Sekarang aku hanya berharap untuk kembali. Sedikit kenangan tentang kita yang pernah ada.