5. Aca Acen 🌙

48 9 5
                                    


the way they leave
tells you everything

Happy reading <3

“Kak Aca, jangan cepet cepet larinya, Acen takut jatuh,” teriak sesosok anak laki laki tampan dengan usia sekitar 8 tahun, tengah berlari pelan mengikuti kakaknya yang sudah berlari kencang didepannya.

“Hahaha, Ayo sini katanya Spiderman masa larinya kayak siput,” balas teriak sang kakak yang diselingi tawa kepada adiknya, mungkin usia mereka terpaut hanya 2 tahun.

Ketika asiknya mereka berlari saling mengejar satu sama lain, sang kakak yang berlari di depan tiba tiba saja jatuh pingsan.
Sang adik yang berlari pelan tadi, mempercepat larinya menuju sang kakak.

“Kak Aca, kak bangun kak,”

“Kakak jangan sering jatuh,’

“Kak Aca, bangun kak,”

“Kak, ayo Acen gendong di punggung Acen,” ujar anak itu sambil mengangkat kakaknya menuju atas punggungnya, lalu berdiri sekuat tenaga.

Ia mencoba menyeberangi jalan raya kompleks yang berada tak jauh dari taman ia bermain tadi untuk pulang ke rumah.

Naas, sebuah sepeda motor melaju dengan kecepatan sangat penuh, menabrak tubuh ringkih anak laki laki yang menggendong kakaknya itu.

Mereka terpental, terlihat darah segar mengucur dari kepala sang adik yang terbentur paving jalanan. Dilihatnya kakaknya yang tak jauh darinya dengan kondisi sama Naasnya sepertinya.

“Kakak, kuat ya kak, Acen b b b-bakal hhhh,” kalimat terakhir yang dikeluarkan sang adik sebelum ia akhirnya tak sadarkan diri juga.

Kringg Kringg
“Mimpi itu lagi, ash mereka siapa sih,” Hendery terbangung karena bunyi Alarmnya sambil mengusak rambutnya kasar.

Ini bukan pertama kalinya ia memimpikan dua bocah tersebut, biasanya dalam mimpinya dua bocah itu tidak akan menyebutkan nama mereka. Tapi entah mengapa saat ini 2 nama yang disebutkan 2 bocah pada mimpinya itu sangat mengganggu pikirannya.

“Sialan,” umpat Hendery kesal lalu beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.

Setelah ritual mandinya selesai, ia mengenakan seragam sekolahnya dan pergi menuju lantai bawah untuk sarapan sambil menenteng tas sekolah disebelah bahunya.

Setengah terkejut ia melihat Mamanya tengah duduk di meja makan meminum jus dengan notebook didepannya, sementara Papanya tengah menelfon seseorang dengan sepiring roti bakar yang baru dimakan seperempat itu didepannya.

Hendery sebenarnya sering dikejutkan oleh kedua orang tuanya yang berangkat terlambat seperti ini, tetapi biasanya mereka akan langsung berangkat jika Hendery datang. Seolah olah memang benar benar menghindari anak mereka sendiri, sampai sekarang Hendery menyimpulkan bahwa kedua orang tuanya super sibuk. Tapi toh ia tidak peduli, 4 tahun tidaklah singkat dan hidup dalam lingkup dinginnya keluarga selama itu benar benar membuat Hendery sudah sangat terbiasa.

Sesekali Papa atau Mama nya akan mengajaknya bicara basa basi seolah mereka lama tak bertemu, ia hanya menjawab sekenanya dengan malas dan itupun bisa dihitung mungkin hanya satu minggu sekali saat weekend mereka akan bertanya pada Hendery sambil laptop/notebook didepan mata mereka.

Hendery muak, ia benar benar tak butuh banyak uang dari orang tuanya. Ia hanya butuh disayang, bukan basa basi seperti ini seolah olah mereka adalah orang asing yang tak sengaja mengobrol, bukan orang tua dan anak.

Hendery beranjak menuju dapur dan kembali dikejutkan dengan sepiring roti bakar dengan Nutella dan segelas susu stroberi yang terletak di sebelah kompor.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HENDERY 🌙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang