Tuan Putri Irene segera membalikkan badan. Ia tak ingin melanjutkan pemandangan yang tak ingin dilihatnya. Perasaannya campur aduk tak karuan. Seokjin yang berdiri disebelahnya ikut tercengang melihat pemandangan tersebut, hingga beberapa saat kemudian Irene buru-buru pergi meninggalkannya.
"YA KIM TAEHYUNG!" teriak Seokjin yang berhasil membangunkan Taehyung dari lamunannya hingga mendorong tubuh Jisoo menjauh darinya. Seokjin buru-buru mendatangi keberadaan adiknya. Ia tak menyangka jika Taehyung mencium gadis yang ingin sekali dinikahinya. Tuan Putri Jisoo yang canggung dengan suasana disana segera meninggalkan kedua kakak beradik tersebut.
"Ya! Sebenarnya apa yang kau lakukan! Bukankah kau tau aku menyukainya? Kenapa menyatakan perasaanmu, terlebih menciumnya?" ucap Seokjin emosi.
"Sebentar Hyung, kau salah paham. Bukan aku yang menciumnya. Aku sangat terkejut mengapa Tuan Putri Jisoo berada disana dan lagi aku tidak membalasnya, manabisa itu disebut ciuman." jelas Taehyung.
"Lantas harusnya dengan siapa kau berbicara disana? Hentikan alasanmu Tae. Aku dan Tuan Putri Irene jelas-jelas melihat kalian berciuman --
Apa? Tuan Putri Irene ada disini? Sial.
Belum selesai Seokjin dengan segala amarah yang ingin diluapkannya, Taehyung malah berlari pergi meninggalkannya. Beberapa kali Seokjin meneriakinya sedikitpun Taehyung tak bergeming, yang ada di dalam pikirannya adalah menemukan Irene sesegera mungkin. Ia berlari melirik ke lorong panjang istana, melihat seluruh ruangan yang mungkin terdapat Irene di dalamnya. Berlari menaiki anak tangga menuju perpustakaan tempat favoritnya, kembali ke aula kerajaan tempat diselenggarakannya pesta dan ia hanya melihat sekumpulan orang-orang yang asyik berdansa serta Raja dan Ratu yang bercengkrama dengan kolega mereka, tak ada tanda-tanda keberadaan Irene disana. Taehyung menghela napas panjang dan mengacak-ngacak rambutnya frustasi.
Matanya menatap seluruh ruangan, dilihatnya Wendy sedang minum bersama teman-teman pelayannya. Taehyung segera berlari menghampiri dan menanyakan keberadaan Irene.
"Entahlah. Aku rasa Tuan Putri naik ke kamarnya. Sebelumnya ia bilang ingin mengambil sesuatu di kamar dan bergegas pergi setelahnya."
Tanpa sepatah kata pun, ia segera pergi meninggalkankan Wendy yang terlihat bingung melihat dirinya berantakan dan bersikap aneh tidak seperti biasanya.
Sesekali ia melirik ke kiri dan kanan lorong istana, khawatir para penjaga akan mendapati dirinya yang berdiri di depan kamar Tuan Putri Irene. Wanita yang harusnya mendengar pengakuan darinya. Dengan napas tersengal, ia memberanikan diri mengetuk pintu megah berwarna coklat keemasan yang berdiri tegak di depan matanya.
"Tuan Putri ini aku, Kim Taehyung. Apa kau disana?"
"Tuan Putri."
Beberapa kali memanggil Taehyung tidak mendapatkan jawaban. Dari tempatnya berpijak terdengar suara orang-orang sedang bercakap, langkah kaki beberapa pengawal yang sedang naik menuju tangga didekat persimpangan kamar Irene.
"Tuan Putri bisakah kamu membuka pintunya? Ada beberapa pengawal hendak naik kemari-- bisa gawat jika mereka melihatku disini." pinta Taehyung sambil mengetuk pelan pintu megah yang ada di hadapannya. Tak berapa lama kemudian, pintu megah itu mulai terbuka dan sebuah tangan segera menariknya masuk ke dalam segera mengunci pintunya.
________________
Untuk pertama kalinya Taehyung menyelinap masuk ke dalam kamar Tuan Putri Kerajaan Arandelle. Ia begitu terkesima dengan kemewahan yang terpancar disana. Kamar yang didominasi warna krem serta ornamen yang terpatri menambah kesan megah di kamarnya, dilihatnya foto Irene yang tersenyum manis dengan balutan gaun berwarna navy melekuk indah pada tubuhnya serta buket tulip ungu yang disimpan pada sebuah vas bunga yang berada di meja sudut tempat tidurnya.
Setelah berhasil masuk ke dalam kamar, Irene segera melepas tangannya dari Taehyung. Suasana canggung mulai menyelimuti mereka. Taehyung berdiri di depan sebuah cermin besar dan setelah melihat tampilannya yang berantakan, dengan segera ia memperbaikinya.
"Ada apa kemari?" tanya Irene dengan ekspresi datarnya.
"Umm-- Ya-- Bukankah tadi kita janji bertemu di taman?" ucap Taehyung.
"Aku melupakan sesuatu, ada yang harus aku kerjakan tadi jadi belum sempat kesana." ucap Irene tersenyum.
"Bohong. Seokjin memberitahuku kau ada disana." tutup Taehyung.
Irene yang membelakangi Taehyung berjalan menjauhinya.
"Lantas?" tanya Irene kembali. Kata-katanya yang begitu dingin seakan menghentikan Taehyung untuk menelan ludahnya. Ia ingin menjelaskan kepada Irene tetapi bingung harus memulai darimana.
"Aku melihat kau dan Jisoo disana, karena tidak ingin mengganggu aku putuskan untuk segera pergi." jelas Irene kemudian mengambil segelas minuman diatas meja kamarnya.
"Tuan Putri, kau salah paham. Aku tidak tahu kenapa ia berada disana dan tiba-tiba memelukku. Sungguh, aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Kalian menggunakan jubah yang sama, aku pikir kau yang menungguku dan ternyata aku salah."
Irene yang membelakangi Taehyung hanya berdiam tak merespon sepatah katapun.
"Tuan Putri? Kenapa tidak meresponku?" tanya Taehyung, masih berdiri di tempatnya.
"Respon apa yang kau harapkan? Untuk apa repot-repot menjelaskan semuanya padaku?"
"Tentu saja karena aku menyukaimu." refleks Taehyung menjawab dengan suara berat miliknya hingga membuat Irene semakin erat menggenggam gelas yang sedang dipegangnya.
Taehyung berjalan perlahan mendekati Irene yang masih berdiri membelakanginya, ia mengambil gelas yang sedang dipegang Irene dan kembali menaruhnya di atas meja. Ia memegang kedua bahu Irene yang masih tertutup jubah merah dan mengarahkan tubuh Irene menghadap kearahnya. Tangannya yang memegang bahu mulai menurun mengambil kedua tangan Irene yang terbungkus sarung tangan putih dan mulai menggenggamnya.
"Aku menyukai Tuan Putri Irene. Aku menjelaskannya karna tak ingin kau salah paham." Taehyung menatapnya dengan kedua mata yang seakan mengeluarkan madu, sembari mengelus kedua tangan Irene yang telah dipegangnya.
"Kenapa? Kenapa kau menyukai gadis sepertiku? Apa kau sudah gila?" Irene melepaskan kedua tangannya dan membentak Taehyung dengan nada yang cukup tinggi.
"Apa maksudnya dengan gadis sepertimu? Apa maksudmu perasaanku salah?"
"Tentu saja ini salah. Apa kau tidak takut dengan kutukanku? Dan bukankah kau mengetahui umurku yang sudah tidak banyak ini? Aku harus mencari lelaki yang tepat untuk menghilangkan kutukan ini Tae, dan orang itu bukanlah kau." jelas Irene hingga membuat Taehyung tersentak.
"Ya. Aku tahu. Aku hanyalah manusia biasa yang tidak bisa menghilangkan kutukan itu. Tapi aku akan berusaha mencari orang yang tepat untukmu. Setelah kutukan itu menghilang, maukah Tuan Putri menyukaiku? Aku ingin Tuan Putri berada di sisiku." Taehyung kembali menarik kedua tangan Irene ke dalam genggamannya berharap agar Irene menerima perasaannya.
Untuk pertama kalinya Irene mendengar pengakuan cinta dari seseorang. Kata-kata Taehyung terdengar begitu tulus dan hangat hingga membuat air matanya jatuh membasahi pipinya.
"Tuan Putri kenapa menangis? Maafkan aku." ucap Taehyung ingin mengusap air mata Irene tetapi tak bisa menyentuhnya.
Perlahan ia memakaikan Irene tudung kepala yang ada pada jubahnya, segera menarik Irene ke dalam pelukannya, membiarkan wajah pujaan hatinya bersandar tepat di dadanya dan mengusap bagian belakang tubuh Irene.
Kenapa? Kenapa kau menyukai gadis yang memiliki kutukan mengerikan sepertiku?
"Tuan Putri akan berumur panjang dan menua bersamaku." ucap Taehyung sambil menatap salju yang turun, masih menunggu Irene yang belum membalas pelukannya.
Kyaaaa >,<
Jangan lupa tinggalin vote dan komen kalian ya biar aku semangat nyeleseinnya. xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coldest One
Fantasy[ COMPLETED ] Daegu Bellatrixia merupakan sebuah kota yang terbagi menjadi dua bagian, Daegu lumiére dan Daegu foncé. Kota tersebut terletak berseberangan, hanya dibatasi dengan sungai yang biasa mereka sebut dengan sungai quelques (yang artinya : s...