Encounter

1.1K 185 7
                                    

Salju yang menyelimuti Kota Daegu Bellatrixia perlahan mulai mencair, walaupun suhu udara masih terasa dingin membuat tulang dan bibir terasa kaku. Pagi itu Taehyung dan Seokjin berangkat dari rumah bersama, mengenakan setelan coat tebal satu-satunya yang mereka miliki.  "Bukankah akhir-akhir ini terasa sangat dingin?" Seokjin membuka percakapan sambil berjalan meniup-niup kedua tangan untuk membuatnya tetap hangat. Taehyung kembali melirik kakak semata wayangnya, menaikkan kedua alis dan menaikan sudut bibirnya tanda setuju dengan apa yang barusan didengarnya.

"Omong-omong, apa kau sudah dengar? Minggu depan kerajaan akan mengadakan acara besar-besaran. Pesta ulang tahun putri Jisoo. Aku dengar pihak kerajaan akan membuka gerbang kerajaan hingga rakyat biasa seperti kita pun bisa datang bertemu tuan Putri, bahkan Ratu dan Raja. Bukankah itu luar biasa?" Seokjin bersemangat, matanya berbinar membayangkan betapa meriah dan menakjubkan acara kerajaan yang sangat dinantinya.

"Aku tidak suka berada di keramaian. Lagipula aku tidak bisa berdansa." respon Taehyung datar yang begitu berbanding terbalik dengan kakaknya.

"Siapa bilang kau harus berdansa. Kau hanya perlu menikmati acara yang belum tentu akan terjadi lagi selama sisa hidupmu ini Tae." Seokjin membujuk adiknya. "Acara ini pasti sangat menyenangkan terlebih yang mengadakan ini adalah pihak kerajaan. Dan juga, apa kau tidak penasaran seperti apa wajah putri Jisoo? aku mendengar cerita dari beberapa pelayan istana yang sering mampir ke kedai tempatku bekerja, mereka mengatakan bahwa tuan putri sangatlah cantik." Seokjin tersenyum dengan kedua tangan mengepal tepat dibawah dagu, gemas sendiri mengkhayal betapa cantiknya tuan putri yang akan ia temui.

"Senyum menjijikkan macam apa ini?" Taehyung memecahkan khayalan Seokjin "Dan jika benar ia sangatlahlah cantik, lantas kau ingin apa? Menikahinya? Wanita cantik dan kaya, terlebih ia seorang putri, tentu saja seleranya bukan seperti kita Hyung. Sadarlah." menepuk-nepuk pundak Seokjin yang kehilangan semangat akibat perkataan Taehyung hingga mereka tiba di persimpangan dan berpisah menuju tempat kerja masing-masing.


________________



"Tuan putri tunggu.. aku takut ketahuan penjaga istana. Bagaimana kalau kita tertangkap dan dilaporkan pada Hands King?" merasa ragu akan tindakannya seketika Putri Jisoo menarik pelayan yang mengenakan tudung kepala dan langsung membekap bibirnya "Rose, bicaramu terlalu keras. Kau bisa membuat kita tertangkap. Santai saja lagipula kita sudah sering melakukannya bukan?" bisik Jisoo menenangkan pelayan yang selalu dibuatnya gemetar untuk mewujudkan keinginannya itu. "Dan tolong, jangan panggil aku putri jika sedang bepergian seperti ini, oke?" Jisoo tersenyum dan merangkul Rose, pelayan yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri. 

Putri Jisoo merupakan anak pertama dari Raja dan Ratu Daegu lumiére. Ya, satu-satunya kerajaan yang berisi manusia "normal" pada Kota Daegu Bellatrixia. Sudah menjadi kebiasaan putri Jisoo pergi menyamar dan bepergian keluar, karena ia selalu penasaran bagaimana kehidupan orang-orang yang tinggal di luar istana.

Jisoo dan Rose berjalan-jalan di daerah pinggiran Daegu lumiére karena jika mereka berada di pusat kota akan sangat mudah untuk ditemukan para petugas keamanan istana yang hobi berkeliling memantau keadaan kota. "Tuan Put.. Eh, tidak--- maksudku Jisoo. Apakah kali ini kita akan mampir ke toko itu lagi?" Rose heran melihat gerak-gerik Jisoo sedari tadi memperhatikan toko yang sama didatanginya bulan lalu. Akhir-akhir ini ketika bepergian keluar, Jisoo selalu menyempatkan diri untuk mampir kesana. "A-apa? Ti-dak. Lagian tidak ada yang ingin ku beli." Jisoo tersipu hingga membuat pipinya merona. "Ah, mengapa cuaca begitu dingin?" Ia mengalihkan pembicaraan yang sangat jelas tertangkap oleh Rose bahwa Tuan putri kesayangannya itu sedang berbohong. "Ayo, kita kesana sebentar. Ada yang ingin ku beli disitu. Bukankah diluar sini cukup dingin?" Belum sempat menjawab ajakan itu Rose buru-buru menarik tangan Jisoo dan membawanya menyebrang jalan langsung menuju toko.

The Coldest OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang