☘︎ Prolog : kafe Melodi's ☘︎

10.8K 590 27
                                    

**********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**********


Kafe Melodi's selalu ramai di datangi pengunjung. Makanannya yang enak, pelayanannya pun sangat ramah. Area tempat kafe menambah kenyamanan pelanggan dengan tiga letak area. Yaitu, bagian depan, tengah dan belakang halaman kafe yang terbuka khusus untuk yang suka merokok.

"Maudi! Tolong, anterin pesanan ini ke meja nomor lima, ya? Gue mau ke belakang bentar, kebelet nih!" Ucap Naomi menyimpan nampan di meja.

Maudi mengangguk sambil tersenyum lalu mengambil nampannya. Ia segera memberikan pesanan itu. "Ini pesanannya. Silahkan," ucapnya menyimpan beberapa makanan dan minuman di meja nomor lima.

Maudi kembali ke tempat kasir sambil menyimpan nampan. Pekerjaannya sekarang lumayan melelahkan. Maudi duduk sambil menutup matanya, ia menghela napas pelan, lalu melihat jam di lengannya sebentar lagi kafe akan tutup.

Setelah kafe mulai sepi, semua pekerja mulai membersihkan kafe dan mulai membereskan semuanya untuk segera tutup. Semua pegawai kafe sudah berada diluar. "Maudi, besok lo bisa jaga kasir, nggak? Gue ada urusan soalnya besok," Ucap Naomi saat mereka menunggu pegawai lelaki yang sedang mengunci pintu kafe.

"Oke bisa, kok," jawab Maudi.

********

Clek!

"Assalamualaikum Bu, maaf ya Maudi baru pulang. Kerjaan Maudi banyak banget hari ini hehe," Ucap Maudi sambil menyimpan tas dan makanan di meja.

Maudi duduk di kursi menatap sang Ibu, mengelus tangannya dan menciumnya pelan. "Cepat sembuh Bu, Maudi kangen Ibu. Mahdi sekarang sudah rajin sholat sama sekolah, dia nggak bandel lagi. Emang, Ibu nggak mau liat Maudi sama Mahdi?" Tanya Maudi menatapnya.

Tidak ada jawaban dari Sang Ibu, Maudi hanya tersenyum. Seorang Dokter masuk ke ruangan membuat Maudi menoleh. "Malam Dokter," ucap Maudi menyapa.

"Malam Maudi, kamu baru pulang kerja, ya?" Tanya dokter itu. Maudi tersenyum sambil mengangguk. "Ada yang harus kita bicarakan. Apa kamu ada waktu?" Tanyanya lagi. Maudi langsung mengangguk.

Mereka berdua keluar ruangan dan duduk di bangku depan ruangan Ibu. Dokter itu menatap Maudi. "Maudi, saya sudah memberi tahu kamu, kan? Ibu kamu harus segera menjalani operasi, kalau tidak, penyakitnya akan semakin parah," Ucapnya.

"Kamu harus memikirkan ini Maudi, sebelum semuanya terlambat."



*
*
*


"Maudi!"

"Maudi! Woy!"

Maudi terkejut saat suara cempreng Naomi menusuk telinganya. Maudi langsung menoleh. "I-iya Aom, kenapa?" Tanya Maudi.

"Lo kenapa sih? Dari awal kafe buka, lo ngelamun terus. Lo ada masalah?" Tanya Naomi menatapnya.

Maudi menghela napas, lalu mengangguk pelan. "Hmm," jawab Maudi.

Naomi menghela napas. Sudah dua hari ini Maudi tidak fokus bekerja dan banyak melamun. "Keadaan Ibu? Harus segera operasi ya?" Tanya Naomi lagi yang memang sudah tahu perihal Ibu Maudi yang di rawat.

"Hmm," jawab Maudi pelan. "Gue nggak tau harus gimana lagi. Sementara gajian gue masih lama," Ucap Maudi.

"Eh Di, kenapa lo nggak coba buat minta pinjeman ke Pak bos?" Tanya Naomi.

"Bos? Nggak ah, gue tau Pak Bos aja nggak. Orangnya kan nggak pernah kesini," ucap Maudi.

Maudi sebenarnya bekerja sebagai Administrasi di sebuah kafe Melodi's. Ia juga terkadang ikut membantu menjaga di Kasir. Karena kasir disini hanya berdua dengan dirinya yang saling bergantian.

"Ya, iya sih, Eh! hari sabtu biasanya si Pak Bos datang kalau nggak sibuk sih," ucap Naomi melihat kalender di dinding. Naomi menoleh menatap Maudi. "Coba nanti kita tunggu, dia datang apa nggak." Ucap Naomi lagi.

Maudi hanya mengangguk, dia baru bekerja tujuh bulan di kafe ini. Katanya Bos kafe ini lebih sibuk sama pekerjaan pribadinya. Urusan perkembangan kafe, dia serahkan pada orang kepercayaannya. Bos kafe ini akan datang di hari Sabtu atau Minggu.



*
*
*



Pintu berwarna coklat itu di ketuk dan terdengar suara seseorang dari dalam. Suara berat itu menyuruhnya untuk masuk. Pintu terbuka dan tertutup kembali.

"Ma-maaf Pak menganggu, ini pesanan Bapak tadi."

Mendengar suara lain, ia mengerutkan dahi. Itu bukan suara Naomi yang biasanya mengantarkan makanan atau kopi untuknya. Ia berbalik memutar kursinya dan perlahan menatap seseorang yang ternyata pegawai baru.

"Astagfirullah, Pak Rangga! ngapain Bapak duduk disitu!"

"Hah? Kamu kenal saya? Emang— kita pernah bertemu?"





"Hah? Kamu kenal saya? Emang— kita pernah bertemu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*
*
*



Hhhhaaaiiiiii
Kangen ggaakkk wkwkwkwk 🤣🤣🤣

Aku datang dengan parian baru eeaaa :v

Yang baca Dospem Skripsweet pasti sudah tau siapa visual mereka berdua disana... 😍😍😍

Oh iya...
Kalau tulisan Cafe nya salah aku minta maaf yyaa...🙏🙏
Soalnya aku ngetiknya Kafe disini...
Jadi maaf kalau salah ya..



#NOTE#
Ini adalah Cerita Dosen series ke-3
Yang aku buat ☺☺

Dimana seri pertamanya itu : Dosen Kutub - [ SUDAH TERBIT ]

Dan Seri keduanya itu : Dospem Skrip(S)weet - [ SUDAH TERBIT ]

Kalian bisa baca di lapak mereka masing-masing yyyaaa 😊😊


Kuy llaahhh...
Di Vote dan Komentar yang banyak yyaaa...
Biar aku bisa lanjutin ceritanya...

Hatur nuhun 🙏


Bandung 11 Mei 2020


Ig : @Roseneyy_
Pinterest : @anekeney

Kafe & Kisahnya - [ Repots ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang