*jika ada typo tolong tandai dengan komentar*
*
*
*Maudi membereskan barangnya ke dalam tas. Sudah waktunya pulang. Tidak—Maudi tidak pulang, tapi ia akan pergi ke kafe. Rangga sendiri sedang memasukkan barangnya ke dalam tas. Setelah makan siang di kantin tadi, sampai sekarang Rangga tidak bicara apapun. Maudi menunggu Rangga selesai membereskan barang-barangnya. Maudi sesekali melihat Rangga yang masih memegang perutnya. Apalagi sedari tadi Rangga terus bulak-balik kamar mandi sudah empat kali.
Penyebabnya kejadian di kantin tadi. Karena kejadian di kelas itu, membuat Maudi marah dan kabur dari fakultas Rangga. Maudi pergi ke kantin area fakultasnya dulu dan makan mie baso Bu Juju. Namun setelah pesanannya datang, tiba-tiba Rangga menemukan kebaradaannya. Rangga langsung menarik mangkuk mie baso Maudi dan memakannya. Itu membuat Maudi terkejut, masalahnya, mie baso nya pasti sangat pedas.
Sementara Rangga, sudah tau mie baso nya pedas tetap lanjut makan. Dan akhirnya, Rangga sakit perut. Maudi menjadi khawatir melihatnya, rasa bersalah menyerang hatinya padahal itu bukan salahnya.
"Ayo." Ajak Rangga setelah berdiri di depan Maudi.
Mereka keluar dari ruangan, Maudi menunggu Rangga mengunci pintu. Namun setelah itu, Rangga langsung menyerahkan tas ke Maudi. "Kamu duluan, saya ke toilet dulu." Ucap Rangga lalu pergi dengan buru-buru.
Rangga benar-benar sakit perut. Maudi tidak pergi seperti kata Rangga, dia duduk di bangku menunggu Rangga. Tidak lama Rangga keluar dengan dahi berkeringat. Ia mengumpat sambil memegangi perutnya.
"Ba—pak, nggak apa-apa, kan?" Tanya Maudi pelan menepuk pundak Bosnya ini.
"Iya, ayo pulang." Ajak Rangga lagi mengambil alih tasnya.
Rangga emang mengajak Maudi untuk ke kafe bersama. Mereka berjalan menuju parkiran mobil khusus Dosen di kampus. Namun, setelah mereka sudah berada di dalam mobil, kembali lelaki itu menyuruh Maudi untuk menunggu. Sementara Rangga pergi buru-buru untuk ke kamar mandi yang dekat di parkiran.
"Ya Allah, berdosa banget gue lihat dia bulak-balik kamar mandi dari tadi." Ucap Maudi pelan.
Maudi memainkan ponselnya menunggu Rangga. Tidak lama pintu kemudi itu terbuka dan masuklah Rangga dengan wajah pucat. "Pak, aku aja yang nyetir." Ucap Maudi menawarkan diri agar Rangga duduk istirahat saja.
Rangga menggeleng mendengar ucapan Maudi. "Tidak usah," Jawab Rangga memutar kunci mobilnya dan menyalakan mesin. "Saya nggak separah itu." ucap Rangga lagi melajukan mobilnya keluar kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kafe & Kisahnya - [ Repots ]
Dla nastolatków[Dosen Series-3] . Rangga Iki Arfahmi. Lelaki berumur tiga puluh lima tahun masih sendiri alias lajang. Tanpa pendamping atau seseorang yang disebut kekasih. Karena kedua orang tuanya khawatir dan ingin Rangga cepat-cepat menikah, menyebabkan diriny...